Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

twenty: Run For Your Life!!!

original: 1 Okt 2020

minor revision: 22 Des 2021

***

Hogwarts kali ini kembali gempar dengan sosok Lyra yang menghilang, ia tidak kembali ke kastil sejak dikirim ke St. Mungo.

***

Mata merah crimsonnya terlihat sayu, kosong tak bernyawa. Tubuhnya kurus, wajahnya suram dan kulitnya terlihat begitu pucat setelah tak makan maupun terkena sinar matahari dalam waktu lama. Sosok Lyra telah tergantung di ruang penyiksaan selama hampir dua bulan, yang artinya sekarang sudah bulan Maret. Hari Valentine jelas sudah lewat, yang artinya pertemuannya dengan Draco juga batal. Padahal, Lyra sudah berharap bisa memberikan cokelat buatannya sendiri pada pertemuan terakhir mereka. Sayangnya, Lyra malah berakhir terkurung di ruangan terkutuk ini.

Satu-satunya hal yang membuat Lyra masih cukup waras meski telah dihantam kutukan Cruciatus berulang kali adalah tentang Hogwarts, yang tentunya termasuk teman-temannya –yang entah masih menganggapnya teman atau tidak– juga kekasihnya, Draco.

Sering kali ia hampir kehilangan kewarasannya di ruangan ini, tapi tentu saja kedua orang tuanya tak mungkin membiarkan satu-satunya Heir of Ancient and Noble House of White kehilangan kewarasannya, dan bahkan jika ia benar-benar kehilangan kewarasannya, mungkin kedua orang tuanya akan meng-Imperius-nya, yup, semudah itu bagi mereka untuk mendapatkan pewaris sempurna.

Lyra menyesal, sangat menyesal karena tidak memberi pensieve kepada kementerian, hanya karena takut di-Imperius, padahal ia tahu jelas bahwa mata seseorang yang di-Imperius akan terlihat berbeda dari orang biasa, kementerian akan melakukan berbagai pemeriksaan dan ta-da! Kedua orang tuanya akan dipenjara di Azkaban karena telah menggunakan dua Unforgivable Curse pada orang lain. Tapi tentu saja penyesalan tak ada gunanya, ia selalu berpikir bahwa ia punya otak Slytherin yang encer, padahal nyatanya, ia sendiri masih terpenjara ketakutan yang ditanamkan selama bertahun-tahun oleh kedua orang tua kesayangannya—setidaknya sampai ingatannya kembali.

Lyra mengangkat lemah kepalanya ketika melihat sosok ayahnya memasuki ruangan. Otaknya tidak bisa berpikir terlalu jernih mengingat kutukan Cruciatus dilemparkan padanya setiap malam. Ayahnya berdiri tepat di hadapannya, meliriknya dari atas sampai bawah, kemudian menyeringai kecil. Tongkat kemudian teracung ke arahnya.

"Crucio," gumamnya.

Lyra membelalakkan kedua matanya ketika rasa sakit itu kembali terasa. Mulutnya terbuka, hendak berteriak sekeras-kerasnya, tapi tak ada suara yang keluar. Kepalanya terasa terbelah dua, ingatan-ingatan yang ia punya rasanya tiba-tiba terlupakan.

Oswald hanya menatap putri tunggalnya itu dengan tatapan dingin, tak mempedulikan napasnya yang sudah memburu, mata membelalak lebar, juga darah yang kembali mengalir dari bekas luka di telapak tangannya karena terlalu erat dikepal untuk menahan sakit. Tak lama, genggaman itu melemah, kepala Lyra kembali tertunduk ke bawah, terjatuh lemas.

"Hm, cukup untuk hari ini,"gumamnya pelan, kemudian berbalik menuju pintu.

Lyra tersenyum diam-diam, meski ingatannya sedikit kacau, namun selama di ruangan penyiksaan sialan itu ia telah berlatih berkali-kali mencoba mantra tanpa tongkat –meski hanya Accio yang berhasil– demi mendapatkan kembali tongkatnya, didikan sihir gila-gilaan dari keluarga White ternyata berbalik memberi Lyra keuntungan.

Ia masih bisa latihan bahkan meski dirinya hanya makan beberapa kali jika ia merasa dirinya sudah benar-benar hampir menuju gerbang kematian, tentu saja ia masih punya harga diri untuk tidak menjilat lantai hanya demi makanan, ia hanya memakan makanan yang disajikan Gideon, satu-satunya house-elf yang menyajikan makanannya secara manusiawi. Sayang Gideon hanya beberapa kali mengantar makanannya.

"Accio wand," bisiknya.

Sebuah tongkat melayang keluar dari saku Oswald, membuat mata crimson yang sebelumnya terlihat mati dan kosong bersinar begitu terangnya. Seringai muncul di bibirnya. Tanpa membuang waktu ia langsung menggigit tongkatnya dan diarahkan pada borgol yang membelenggunya. Beruntung tak ada mantra penghalang yang menghambat aksinya.

Begitu borgol itu lepas, Lyra langsung mengarahkan tongkatnya pada Oswald yang baru saja membuka pintu.

"Stupefy!"

Lyra tahu mantra itu tak akan bertahan lama, karena itu ia buru-buru keluar dari ruangan itu. Ia tak akan bertahan lebih lama lagi, ia hanya bisa mengeluarkan dua mantra sederhana lain sebelum ia jatuh pingsan. Lyra tak membuang tenaga sihirnya hanya untuk sekedar merapal mantra penyembuhan, meski kondisi fisiknya baik namun akan percuma jika inti sihirnya terkuras. Lyra masih harus bersiap menahan ibunya yang bisa saja ia temui tanpa sengaja.

Lyra buru-buru menuju ke ruang kesehatan milik keluarga White, yang biasa digunakan untuk menyimpan ramuan dan alat medis lain. Seluruh tubuhnya terasa akan remuk saat itu juga, namun Lyra tahu ia masih kuat untuk bertahan sebentar lagi, demi kebebasan.

Tepat di koridor tempat ruangan itu berada, Charlotte sedang berjalan, tepat ke arah Lyra. Kedua mata emasnya membulat, tongkatnya langsung mengarah pada putrinya yang sebelumnya berada di ruang penyiksaan. Sayang, tongkat Lyra lebih cepat bereaksi daripada miliknya.

"Petrificus Totalus!"

Tubuh Charlotte langsung membeku di tempat, memberi Lyra kesempatan untuk masuk ke dalam ruang kesehatan. Ia membuka pintu itu dan mengeluarkan mantra sederhana terakhir yang dapat ia lakukan untuk menemukan Invigoration Draught di ruangan itu.

"Accio Invigoration Draught!"

Sebuah ramuan melayang keluar dari salah satu rak yang berjejer di ruangan itu. Buru-buru Lyra menenggak habis satu vial ramuan itu dan membuang botolnya sembarang. Ia dapat merasakan tenaganya meningkat drastis, belum sempat ia berlari keluar, suara terdengar dari belakangnya.

"EXPLUSO!"

Lyra berteriak keras-keras ketika mantra peledak itu mengenai kakinya. Ia mengarahkan tongkatnya ke belakang, dimana sosok Oswald tengah berdiri sambil mengacungkan tongkat sihirnya.

"Stupe-"

"Langlock!  Stupefy!"

Lyra segera berlari kencang keluar dari ruangan itu, meninggalkan ayahnya yang lagi-lagi tak sadarkan diri. Sosok Charlotte telah menghilang dari depan ruangan itu, Charlotte pasti tengah mengambil tongkat sihirnya.

"AH! There you are, my beautiful daughter. Come back to your mother, girl. Immobulus!"

Lyra langsung menghindar dari sinar mantra yang terarah kepadanya. Ia berguling ke samping sambil menggigit bibirnya keras-keras menahan sakit ketika tangannya yang patah menghantam lantai. Tanpa memedulikan rasa nyeri yang menyerang, ia mengarahkan tongkatnya pada ibunya.

"Alerte Ascendare!"

Tubuh Charlotte terhempas, namun kakinya cukup kuat untuk menahannya agar tak terhempas sepenuhnya ke belakang. Dalam selang waktu itu, Lyra merapal Episkey pada kakinya yang terkena luka bakar, luka bakar itu benar-benar menghalanginya berlari. Ia segera bangkit dan lanjut berlari menuju ruang kerja ayahnya, ia tahu disana ada sebuah portkey yang akan membawanya ke Kementrian Sihir.

Keluar dari manor ini saja tentu tak cukup untuk membuatnya bebas, sekeliling manor adalah hutan yang tentunya tak memungkinkannya untuk kabur, terutama kedua orang tuanya dapat menggunakan mantra Point me untuk menemukannya.

"DIFFINDO!"

"Protego! Impedimenta!"

Suara langkah kaki Charlotte terdengar sedikit menjauh akibat mantra pelambat yang dilemparkan Lyra, namun mantra masih setia terlempar pada Lyra—yang untungnya masih sanggup ditahan perisai Protego miliknya. Napasnya mulai terengah, ia harus berlari menuju lantai atas untuk mencapai ruang kerja ayahnya, koridor-koridor di manor sangat panjang, membuat Lyra hampir kehabisan tenaga untuk berlari. Pelan-pelan ia merapal mantra penyembuhan pada seluruh tubuhnya, namun serangan dari Charlotte lagi-lagi menghalanginya, kali ini ditambah dengan serangan dari Oswald.

"Confringo!//Locomotor Mortis!"

Dua mantra itu langsung mengarah sekaligus pada Lyra. Ia membulatkan matanya, membalikkan badannya lalu merapal mantra untuk menghentikan mereka.

"Protego! Bombarda!"

Asap memenuhi pandangan Lyra, tanpa membuang waktu Lyra berlari dan terus berlari menuju lantai atas tanpa mempedulikan napasnya yang sudah terengah-engah. Kakinya menaiki anak tangga demi anak tangga secara terburu-buru, berusaha sampai secepat mungkin. Lyra mendengar suara teriakan dari baliknya.

"Flipendo!"

Lyra terjatuh dari tangga, menghantam bagian tengah tangga yang untungnya cukup lebar sehingga dirinya tak langsung jatuh ke bawah. Di bagian bawah, Oswald telah berdiri dengan senyum lebar yang terlihat mengerikan. Bajunya tersobek disana-sini akibat ledakan dari Bombarda yang sebelumnya dilemparkan Lyra. Tubuhnya kotor dipenuhi debu namun mata merah crimsonnya memancarkan kegilaan yang sudah siap untuk menghancurkan Lyra.

"Kau tak akan bisa kabur lagi, putri Ayah tersayang, ayo kemari, dan aku tak akan melukaimu, dear my precious daughter," ucapnya dengan salah satu tangannya yang masih mengarah pada Lyra.

"Dalam mimpimu! Reducto!"

To be Continue>>>

A/N :

Yuhu, aku update~

Jadi chapter kali ini bener-bener full fight antara Lyra dan orang tuanya ><

Finally, Lyra bisa bebas dari pengaruh orang tuanya dan akhirnya berani buat sepenuhnya melawan :D

Arc ini yang aku bilang seru buat Lyra, yaitu ketika dia akhirnya berusaha buat kabur dari White Manor, berusaha untuk bebas.

Well, sebenarnya plot dari chapter 20 sampai 24 bener-bener aku rombak habis-habisan karena aku ngeganti cara Lyra bebas, awalnya Lyra bebas bener-bener murni beruntung aja. Tapi kayaknya gimana gitu, jadi aku full rombak jadi adegan pertarungan sihir, dan beberapa adegan lainnya juga ikut berubah karena adegan di chap ini diganti :D

Jadi maaf banget kalo misalnya di chap depan nanti ada kelolosan plot yang belom kurombak ><

So thank you for reading and see you next chapter!

Babai~ (。•̀ᴗ-)✧

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro