Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

seventeen: Remember

original: 9 Sep 2020

minor revision: 9 Des 2021

***

Lyra terbangun di pagi hari dengan kepala yang berdenyut sakit. Ia mendecih pelan ketika mendapati kamar yang ia tempati sudah kosong melompong. Tangannya meraih tongkat yang ia simpan di kantung piyamanya dan men-tranfigurasikannya kembali menjadi jubah dan seragam. Ia menggumamkan mantra 'Tempus' dan melototkan matanya ketika melihat jam sudah menunjukkan pukul delapan lewat lima menit. Tinggal dua puluh lima menit lagi dan ia akan terlambat.

"Merlin! Kenapa tak ada yang membangunkanku?!"

Lyra menyambar handuk dan mandi secara terburu-buru. Itu saja sudah memakan waktu 15 menit. Ia kemudian mengambil buku Mantranya, lalu berlari menuju Aula Besar hanya untuk mendapati makanan yang hanya tersisa beberapa piring treacle tart saja. Setelah mengambil beberapa potong treacle tart, ia mengunyahnya dengan cepat kemudian berlari lagi ke kelas Mantra.

Kelas baru terisi setengahnya, dan Lyra menghela napas lega karena Professor Flitwick belum masuk ke kelas.

"Oh lihat ini, Primadona Hogwarts kita hampir terlambat, huh?"

Mata Lyra mendelik tajam ketika mendengar suara Pansy Parkinson dengan nada menyebalkannya. Lyra sama sekali lupa kalau hari ini adalah kelas Mantra bersama Slytherin. Beberapa murid Slytherin tertawa mendengar ucapan Parkinson, sedang Draco hanya menatap tajam pada Parkinson. Lyra tersenyum kecil melihat Draco, yang dibalas dengan senyuman kecil pula.

"Aku bukan lagi Primadona Hogwarts kalau kau mau tahu, Parkinson. Dan lagipula yang terpenting aku belum terlambat," desis Lyra tajam.

Parkinson kemudian tertawa ketika mendengar ucapan Lyra, lalu melipat kedua tangannya di dada sembari melihat Lyra dengan tatapan menghina. Senyum miring menghiasi wajahnya, lalu membalas Lyra dengan ucapan tajam.

"Oh, baiklah. Kalau begitu 'Murid yang Dijauhi oleh Seluruh Kastil Karena Bermuka Dua',"  ucap Parkinson terkikik kecil.

"Sudahlah, Pansy. Abaikan saja dia," ucap Draco dengan nada dinginnya.

Lyra tersenyum diam-diam ketika mendengar ucapan Draco. Parkinson mengalihkan pandangannya pada Draco lalu menjawab, "Kenapa kau begitu peduli?"

Draco hanya menatapnya tajam, belum sempat ia membalas, Professor Flitwick sudah memasuki kelas dan memulai kegiatan pembelajaran. Sepanjang pelajaran, Lyra mengernyitkan dahinya terus menerus, kepalanya sering sakit sejak mendapat ingatan di Manor tentang sosok Jeffrey.

"Apakah kau baik-baik saja, Miss White? Kau terlihat menahan sakit."

Lyra menunduk dan mendapati Professor Flitwick menatapnya khawatir. Ia tersenyum kecil kemudian membalas, "Saya baik-baik saja, Profe.."

Lyra memejamkan matanya menahan sakit yang menjadi-jadi. Sosok laki-laki berambut putih dengan mata emas yang menatapnya khawatir muncul di hadapannya.

"Apa kau baik-baik saja, Lyra?"

"Sudahlah, Mum. Abaikan dia! Jangan hukum dia!"

Sedikit demi sedikit, ingatan-ingatan lain terasa semakin jelas. Pandangannya menggelap, sebelum akhirnya terjatuh ke lantai.

"Siapapun, tolong bantu papah Miss White ke Hospital Wing!" teriak Professor Flitwick yang kemudian berusaha mengangkat Lyra dengan tubuh kecilnya.

Tentu saja, ia butuh bantuan untuk memapah Lyra, namun semua murid di kelas itu terlihat enggan melakukannya, sebelum akhirnya Draco berdiri dan berkata, "Biar saya saja, Professor."

Pansy menatapnya tajam kemudian mengernyitkan dahinya.

"What?!" bisiknya.

"Just for the House Point," jawab Draco sebelum beranjak untuk memapah Lyra.

Sorot mata Draco jelas menunjukkan kekhawatiran yang mendalam, meski tak semua orang melihatnya. Hermione mengerutkan dahinya ketika melihat sinar kekhawatiran di mata Draco. Ia kemudian juga ikut berdiri dan berkata, "Biar saya bantu Malfoy, Professor."

Professor Flitwick terdiam sejenak sebelum mengangguk ragu, ia sedikit menjauh, memberi celah untuk Draco dan Hermione.

"15 poin untuk Slytherin dan Gryffindor," ucapnya.

Kelas kemudian kembali berlanjut ketika sosok Draco dan Hermione keluar dari kelas membawa Lyra.

Di lorong, Hermione kemudian bertanya pada Draco tentang alasannya berbaik hati memapah Lyra. Draco mendelik tajam sebelum menjawab.

"It's none of your business, Granger," jawab Draco tajam.

"But Lyra is my best friend!" protes Hermione tidak terima.

"Oh yeah? Lalu sahabat apa yang membiarkan sahabatnya terbaring di lantai begitu saja tanpa berniat membantunya sampai seorang Slytherin harus turun tangan?" tanya Draco sarkastik.

Hermione terdiam. Suasana jelas terasa canggung, selain karena mereka adalah Gryffindor dan Slytherin, percakapan tadi tentunya membuat mereka tenggelam dalam pikiran masing-masing. Mereka berdua memapah Lyra sampai ke Hospital Wing.

"Madam Pomfrey!" teriak Draco.

Madam Pomfrey segera keluar dari ruangannya kemudian terkejut ketika melihat Lyra yang pingsan dan dipapah oleh Hermione juga Draco. Ia segera menyuruh keduanya membaringkan Lyra di tempat tidur. Draco mengelus lembut telapak tangan Lyra dengan sorot mata yang begitu khawatir, tentunya ia lakukan diam-diam tanpa menarik perhatian Hermione maupun Madam Pomfrey.

"Apa yang terjadi?" tanya Madam Pomfrey sembari memeriksa kondisi Lyra.

"Professor Flitwick bertanya pada Lyra apakah ia baik-baik saja, karena Lyra sedari tadi kelihatan menahan sakit, namun tiba-tiba ia jatuh pingsan," jawab Hermione dengan wajah khawatir.

Keduanya menunggu Madam Pomfrey menyelesaikan pemeriksaannya pada Lyra. Ketika Madam Pomfrey berdiri dari tempat duduknya, Hermione segera bertanya tentang kondisi Lyra.

"Ia baik-baik saja. Tolong panggilkan Professor McGonagall kemari," ucap Madam Pomfrey serius.

Hermione segera keluar untuk memanggil Professor McGonagall ke Hospital Wing. Draco masih berada di dalam ruangan, kemudian bertanya, "Apakah saya boleh menemani Lyra?"

Madam Pomfrey terlihat sedikit terkejut mendengar pertanyaan Draco, kemudian mengangguk dan menyuruh Draco untuk ikut menunggu di dalam. Professor McGonagall kemudian memasuki ruangan dengan wajah bingung disusul oleh Hermione di depannya.

"Ada apa ini?" tanyanya.

Madam Pomfrey kemudian menghela napas pelan mendengar pertanyaan Professor McGonagall. Professor McGonagall kemudian berdiri di samping Madam Pomfrey. Keduanya berbisik sebentar, wajah Professor McGonagall terlihat terkejut sebelum akhirnya mengangguk.

"Baiklah. Aku rasa kalian berdua adalah orang yang penting bagi Ms. White, kuharap kalian berdua bisa merahasiakan ini," ucap Madam Pomfrey menatap Draco dan Hermione bergantian.

Draco dan Hermione saling berpandangan dengan tatapan tajam di mata mereka setelah mendengar kata-kata 'orang yang penting'. Draco dengan pikirannya soal Hermione adalah sahabat yang tidak setia, sementara Hermione curiga pada Draco yang notabene-nya adalah Slytherin dan musuh Kuartet Emas–atau begitulah nama kelompok mereka sebelumnya–, sebelum akhirnya mengangguk perlahan untuk menjawab pertanyaan Madam Pomfrey.

"Jika Ms. White sudah sadar, aku mohon usahakan jangan biarkan dia di bawah tekanan. Ms. White pasti merasakan kepalanya sakit selama di dalam kelas. Itu semua karena memori yang di-Obliviate kembali," jelas Madam Pomfrey.

Draco mengernyit sebelum akhirnya berbisik perlahan,"Di-Obliviate?"

Madam Pomfrey kemudian mengangguk.

"Setelah ini, Ms. White harus segera dibawa ke St. Mungo untuk perawatan lebih lanjut. Kalian berdua bisa kembali. Ingat, rahasiakan hal ini," ucap Madam Pomfrey.

Draco dan Hermione kemudian kembali ke kelas dengan wajah khawatir–lebih tepatnya Draco hanya menunjukkan sorot mata khawatir, wajahnya datar–. Kelas sudah hampir selesai ketika mereka tiba, dan benar saja, 10 menit setelah mereka tiba kelas dibubarkan. Draco langsung ditarik Pansy keluar kelas dengan tatapan kesal.

"Apa kau gila membawa Gryffindor pencari perhatian itu ke Hospital Wing?!" tanya Pansy dengan nada marah.

"Sudah kujawab tadi. Just for the House point. Aku hanya ingin Slytherin menang, karena setelah ini, yah, kau tahu, tak akan ada lagi tahun ketujuh untukku," jawab Draco dengan senyum getir.

Pansy kemudian menghela napas, ia tentu tahu apa yang terjadi pada temannya itu. Ia sendiri juga tak yakin dirinya masih bisa menghadiri tahun ketujuh di Hogwarts mengingat musim panas ini dirinya akan diberi tanda Death Eater oleh Dark Lord. Tak seperti Draco dan murid laki-laki tahun keenam yang berasal dari Dark Family lainnya yang menerima tanda Death Eater lebih dahulu, Pansy dan Daphne memilih mengambil tanda itu musim panas ini.

"Okay, okay. Aku tahu."

Pansy lalu menjauh dari pandangan Draco, ia kembali ke asrama untuk mengambil buku pelajaran berikutnya. Draco menghela napas pelan, ia lega karena bisa lolos dari Pansy sekaligus khawatir pada Lyra. Draco mendengus pelan mengingat pernyataannya sebelumya. Memang tak sepenuhnya salah, karena setelah tahun keenam ini, ia akan berperang melawan Lyra, peperangan akan dimulai. Pertanyaannya, apakah ia sanggup melakukannya?

To be Continue>>>
A/N: Halo readersss!!!

Bagaimana nih kabar kalian? Sehat dong yaa

By the way, akhirnya Lyra inget lagi ingatan yang di-Obliviate :D Pokoknya siap-siap aja, ini udah mau masuk ke pertengahan Half Blood Prince, dan pastinya bakal ada kejadian seru buat Lyra nanti :D

Penasaran? Ditunggu ya minggu depan untuk chapter berikutnya!

See you next chapter~
Babai (。•̀ᴗ-)✧

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro