Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

nine: Am I Evil?

original: 5 Juli 2020

minor revision: 12 Nov 2021

***

"Cru-"

"Sectumsempra!"

Draco terjatuh, kemejanya penuh rembesan darah. Lyra tak bisa menahan diri untuk diam saja, jadi dia keluar dari tempat persembunyiannya dengan wajah khawatir, bahkan air matanya makin mengalir deras. Ya, kalian tidak salah baca. Seorang Lyra, yang hidup tanpa emosi selama 10 tahun ini menangis.

"Draco!"

Lyra berlari menghampiri Draco yang terjatuh, dan tepat setelah itu, Snape datang dan merapalkan mantra Vulnera Sanentur untuk menghentikan pendarahannya, sekaligus menutup lukanya.

Lyra menatap tajam pada Harry, yang kemudian pergi begitu saja. Waktu makan malam telah selesai, dan keduanya segera pergi ke Ruang Rekreasi.

"Hey, apa yang terjadi? Kenapa kalian berdua memasang wajah begitu?" tanya Ron yang sedang bersantai di sofa.

"Tanyakan saja pada Harry yang bisa-bisanya sembarangan melukai orang," ucap Lyra dengan nada dingin, geram.

Lyra tidak peduli lagi soal hal yang lain. Baru kali ini. Baru kali ini ia merasa semarah ini. Baru kali ini ia merasa kesal. Baru kali ini...

"Apa maksudmu, Lyra?! Kau tahu sendiri kalau si Malfoy itu hampir 100% adalah Death Eater! Dia hampir mengutukku pula! Bagaimana mungkin kau membelanya?!" teriak Harry marah.

"Kau yang menguntitnya, Harry, kau datang secara tiba-tiba dan mengagetkannya, dan itu sama sekali bukan pembelaan kau melemparkan mantera yang belum kau ketahui! Bagaimana kalau dia mati, huh?! Itu salahmu, dan ta-da! One way pass ke Azkaban, lagipula belum jelas kalau Draco adalah Death Eater," ucap Lyra lagi dengan penuh penekanan.

Harry menyunggingkan senyuman miring mendengar perkataan Lyra.

"Oh, ya? Kau yakin Malfoy itu bukan Death Eater dengan kutukan Cruciatus yang tiba-tiba dia lemparkan?Lagipula sejak kapan kau memanggil Ferret itu dengan nama depan?" tanya Harry lagi dengan pandangan menusuk.

"Kurasa Harry benar, Lyr. Sejak kapan juga kau memanggil Ferret sialan itu dengan nama depan? Waktu itu dugaanku kau hampir memanggil nama depannya juga benar kan? Aku juga merasa kau sering membela Malfoy itu belakangan ini, ada apa sebenarnya denganmu? Mau membela kekasihmu?" tanya Ron dengan pandangan menusuk pula pada Lyra.

Lyra menggeram kesal pada mereka, lalu terdiam. Ia menghela napas lalu mencoba mengatur napasnya, menenangkan dirinya.

"Okay, aku minta maaf kalau itu maumu," ucap Lyra dengan nada setengah tidak terima.

"Kami tidak akan menerima permintaan maaf palsu itu lagi, Lyra! Kau meminta maaf juga tadi siang, dan sekarang kau terang-terangan membela Ferret itu! Kau sama sekali tidak mengerti perasaan kami ditipu dua kali olehmu," seru Ron dengan wajah marah yang hampir semerah rambutnya.

Lyra memasang wajah kosong. Ia sudah mencoba meminta maaf pada Harry dan Ron, lalu dibalas seperti itu. Ya, Lyra mengerti. Dia yang tidak punya perasaan mana mengerti tentang perasaan Harry dan Ron. Lyra sudah cukup lelah sekarang, padahal, ia akhir-akhir ini mulai berpikir, memiliki emosi tidak buruk juga. Ia bisa merasa senang di sekitar sahabatnya. Ia pikir, dengan bersama sahabat-sahabatnya ini, Lyra bisa mengerti perasaan mereka.

"Baiklah kalau begitu. Aku yang tidak punya emosi ini mana mengerti tentang perasaan kalian. Kalau begitu, Stupe-"

"Expelliarmus!"

Lyra terhempas kencang ke belakang begitu terkena mantra Expelliarmus dari Harry. Hermione menangkap Lyra dan akhirnya memutuskan untuk melerai pertengkaran yang semakin menjadi-jadi itu.

"Cukup!" teriaknya.

Lyra dibawa oleh Hermione ke kamar mereka, sedang semua orang di Ruang Rekreasi itu menatap tak percaya pada pertengkaran tadi.

Ya, Kuartet Emas sudah terpecah lagi.

Belum lagi pengakuan bahwa Lyra tidak punya emosi, membuat Ruang Rekreasi semakin ribut menjadi-jadi.

***

"Apa maksudmu tadi, Lyr? Soal kau tidak punya emosi. Kau hanya terbawa kemarahan, aku tahu," ucap Hermione sambil mengusap pelan punggung Lyra yang bergetar.

Lyra memandang Hermione dengan tatapan kosongnya. Ia tidak peduli lagi dengan topeng kesempurnaan yang ia gunakan.

"Aku memang tidak punya emosi, Mione," ucap Lyra pelan.

Hermione menggeleng mendengar jawaban Lyra. Ia tahu, Lyra masih punya emosi. Minimal, setidaknya Lyra punya emosi yang disebut cinta.

"Kau masih punya, Lyr. Apa kau tidak ingat saat kau bertanya tentang tanda-tanda jatuh cinta waktu itu?"

Lyra menggeleng. Matanya memandang kosong ke arah lantai kamar, kemudian tanpa ia sadari, air matanya mengalir. Tanpa isakan, hanya air mata yang turun begitu saja.

"Kau punya, lihat? Kau bahkan bisa menangis," ucap Hermione lagi sembari memeluk sahabatnya itu.

"Tidak, Mione. Aku tidak punya emosi dan aku tidak ingin mempunyainya... Aku tidak peduli dengan cinta, tidak peduli lagi dengan yang lain. Semuanya pasti akan meninggalkanku kalau tahu hal ini," bisik Lyra dengan suara bergetar.

Hermione tersenyum lembut pada Lyra kemudian mengeratkan pelukannya.

"Kau masih punya aku, Lyra. Aku tetap akan berada di sisimu sebagai sahabatmu, membuktikan bahwa masih ada yang menyayangimu, dan menunjukkan padamu, bahwa mempunyai emosi tidak seburuk itu," ucap Hermione dengan air mata yang sudah menggenang di pelupuk matanya.

Hermione tidak tahu bahwa sahabatnya sebegini menderita, ia merasa gagal sebagai seorang sahabat.

"Thanks, Mione," bisik Lyra.

***

Pagi itu berjalan seperti biasa, hanya ditemani gosip Kuartet Emas terpecah menjadi 2 kubu. Kubu Hermione-Lyra dengan kubu Harry-Ron. Tentu saja, apalagi penyebabnya kalau bukan kejadian kemarin. Lyra masih memasang senyum di wajahnya, yang tentu saja membuat para lelaki luluh bagai terkena ramuan Amortentia.

"Hm bukankah kalau dipikir-pikir Potter dan Weasley sudah keterlaluan? Tidak seharusnya mereka bermusuhan hanya karena White ingin mencoba meluruskan masalah Malfoy bukan?"

Begitulah caranya Lyra dan Hermione dapat lolos dari gosip itu, sementara Harry dan Ron yang terkena imbasnya. Para kaum wanita juga jelas berpihak pada Lyra dan Hermione, bukan rahasia lagi kalau Draco Malfoy juga primadona bagi kaum hawa, meski tidak semua sih... Ada juga yang menyudutkan mereka, tapi jumlahnya tidak banyak.

"Apa kau yakin ini akan baik-baik saja, Lyr? Kupikir tidak baik membiarkan Harry dan Ron yang menanggung semua," ucap Hermione dengan nada serius.

Memang, Lyra juga sudah tahu kalau sahabat perempuannya itu menyukai, tidak, mencintai Ron. Namun, mau bagaimana lagi, ia harus tetap berada di zona aman dan nyaman meski membela Draco, atau Lyra tak bisa membayangkan apa yang akan dilakukan orang tuanya saat mengetahui bahwa Lyra tidak sesempurna yang mereka pikir.

"Tidak, ini adalah pilihan terbaik, Mione. Terkadang, mereka harus bisa menekan sikap kekanakan mereka yang terus bertengkar dengan Draco," ucap Lyra sambil tersenyum anggun.

Well, sekarang Lyra selalu memanggil Draco menggunakan nama depan, toh, hubungan mereka tidak seburuk dulu dan Draco juga tidak mempermasalahkan hal itu. Lagipula, mereka juga sering bertemu sebulan sekali di Menara Astronomi –meski tidak setiap hari seperti dulu– wajar bukan jika Lyra memanggil Draco dengan nama depan? Belum lagi pertemuan-pertemuan mereka sebelumnya, yang tidak disengaja tapi terjadi hampir setiap hari.

"Sebenarnya aku sedikit bermasalah pada si Malfoy itu, tapi kau benar. Malfoy tidak pernah menghina kita duluan sebelum Harry juga Ron memancingnya," ucap Hermione sambil mengangkat bahu.

"Aku yakin, cuma butuh waktu paling lama sebulan untuk semuanya kembali normal," ucap Lyra dengan yakin.

Lagipula, Lyra juga tak ingin kehilangan dua sahabat lelakinya. Ia tak bisa memikirkan jika mereka berempat berpisah mengingat kejadian-kejadian 5 tahun belakangan. Lyra mulai merasa sesak, dan ini artinya, emosi kembali mengambil alih dirinya. Sekarang, Lyra tak peduli lagi soal emosinya yang muncul tiba-tiba itu. Ia hanya akan menenangkan dirinya, dan ia akan kembali kosong setelah itu, seperti biasanya.

'Aku harus bisa menjalankan ini, Mother dan Father akan sangat marah kalau aku tak bisa menjadi sempurna dan yang terbaik,' pikir Lyra untuk menenangkan dirinya.

Tak lama kemudian, rasa sesak itu hilang dan hati Lyra kembali kosong, membuatnya dapat mengontrol kembali ekspresi di wajahnya sesuka hati.

"Kau baik-baik saja, Lyr?" tanya Hermione cemas.

"I'm fine, Mione," balas Lyra sambil tersenyum manis pada sahabatnya, yang ternyata juga memberi efek semburat merah di wajah kaum adam yang tak sengaja melihat senyuman itu.

"Terkadang kau membuatku iri, Lyr," ucap Hermione sambil tersenyum geli.

"Oh ya?" balas Lyra sambil terkekeh kecil.

Setidaknya, Hermione ingin agar sahabatnya ini, meski menggunakan ekspresi palsu, wajahnya menunjukkan wajah bahagia. Hermione hanya ingin menjadi sahabat yang baik bagi Lyra, demi menebus kesalahannya selama 5 tahun ini yang tak menyadari bahwa Lyra selalu tertekan selama ini.

Mata Lyra bergulir dan menemukan sosok Draco Malfoy, tersenyum tipis padanya, kemudian menghilang di belokan tangga. Jantung Lyra berdegup cepat, wajahnya memerah. Lyra mencoba menenangkan dirinya, tapi tidak bisa sama sekali.

"Are you alright, Lyra?" tanya Hermione lagi dengan wajah yang lebih cemas daripada yang sebelumnya.

"I-I'm alright, Mione," jawab Lyra gugup.

'Kenapa hanya pada Draco saja aku tidak bisa menghilangkan emosi ini?!' pikir Lyra frustasi.

To be Continue>>>

A/N : Hai, hai! Aku kembalii sesuai jadwal up ♪~('ε` )

Apakah emosi Lyra terlalu sering ditonjolkan? Hehe, aku bener-bener nikmatin banget kalau ngejelasin emosi orang, jadi maap kalau misalnya sering kebablasan, hehew (◡ ω ◡)

Dan rasanya Lyra egois banget nih disini, semoga kalian ga benci sama dia ya (・∀・)

Ok, see youuu~ (。•̀ᴗ-)✧

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro