Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

4. You Shouldn't Date

Kalau Emely tahu apa yang tengah kulakukan saat ini, gadis nakal itu pasti akan menertawaiku sampai menangis. Aku, Bethany yang selalu mendeklarasikan diri hanya akan berkencan dengan pria kaya kini sedang membiarkan seorang petugas valet mengantarku pulang. Ok, ralat, petugas valet yang super seksi dan ganteng. Itu perlu digaris bawahi.

"Apa kau sudah makan malam, nona?" Pertanyaan the valet guy akhirnya memecah keheningan yang menemani kami semenjak mobilku meninggalkan pelataran parkir The Crown.

"Mmh, boleh jujur?"

The valet guy tidak langsung menjawab, tapi dari kernyitan di dahinya aku tahu dia bingung dengan maksud ucapanku. "Ya, tentu."

"Bisa tidak kita skip soal makan malam dan flirting lainnya untuk langsung ke tujuan utama saja?"

Aku bisa melihat bibirnya berkedut menahan senyum. "Tentu nona, kita memang sedang menuju rumah nona." Sial. Laki-laki ini sedang play hard to get denganku, ya?

"Maksudku have sex. Let's have sex." Aku tidak peduli wajahku sudah semerah apa. Tapi lebih cepat lebih baik. Aku takut jika berlama-lama dengannya kadar naksirku padanya bertambah dan bukan hanya ingin menjadi kencan satu malam yang ada aku bisa jatuh cinta.

Kalau laki-laki lain, mereka pasti sudah menggodaku sejak kami naik ke dalam mobil. Kami hanya berdua dan sudah cukup dewasa untuk sama-sama tahu kalau aku bukan hanya menawarinya mengantarku tapi juga meniduriku. Dan laki-laki pasti tahu kalau aku memang tertarik padanya karena tubuhku selalu bereaksi saat bertemu dengannya. Terutama pipiku yang mudah memerah itu jika sedang malu.

The valet guy tersenyum, aku baru sadar ada lesung pipi kecil di pipi kanannya. Sialan semakin menambah pesonanya saja, tidak adil! Lampu lalu lintas berubah merah dan the valet guy menggunakan kesempatan itu untuk menatapku. "Kau mau tidur denganku?"

Aku memutar bola mata. "Tidak usah belaga polos. Aku tahu kau tahu apa tujuanku memintamu mengantarku pulang."

Yang aku sukai dari the valet guy adalah dia tidak pernah melemparkan tatapan tidak senonoh, menggoda atau merendahkan. Kalaupun dia terlihat sedang menahan tawa karena kelakuan bodohku tidak ada sorot menghina di sana. Seperti saat ini dia menatapku dengan siku yang bertumpu ke pusat kendali, tersenyum seolah aku telah sangat menghiburnya. "Bukankah lebih baik kalau kita mulai berkenalan dulu secara resmi?"

Aku menggeram. Laki-laki ini sepertinya memang sedang main tarik ulur. Menyebalkan. Apakah dia pikir dia cukup oke untuk mempermainkan aku? Dasar tukang parkir sialan.

"Tidak. Aku tidak ingin kita tahu nama satu sama lain." Bohong. Sesungguhnya aku nyaris mati penasaran karena sampai detik ini tidak tahu siapa namanya.

"Kenapa begitu?"

"Karena aku hanya ingin tidur denganmu dan besoknya kita berpisah seperti tidak terjadi apa-apa. Itu yang orang-orang sebut dengan ONS."

Lampu lalu lintas berubah hijau, the valet guy pun melajukan mobilku kembali. "Apa kau sering melakukannya?" tanya the valet guy lagi.

Karena aku punya harga diri setinggi langit, aku memutuskan berbohong. Nanti juga dia tahu sendiri kalau aku masih perawan, kan? "Ya tentu saja."

"Meskipun ONS, kau boleh mengenal siapa pasanganmu. Itu lebih baik untuk keamanan. Kau tidak mau kan ambil risiko sudah meniduri seorang buronan?"

"Karena itu aku tidak sembarangan memilih pasangan!" Aku tidak tahu kenapa aku merasa tersinggung dengan kata-katanya, seolah aku adalah gadis gampangan yang sembarangan pilih pasangan.

Percakapan kami pun terhenti di sana. The valet guy tidak bertanya apa-apa lagi setelah itu dan aku pun tahu kalau malam ini kami tidak akan melakukukan seks.

***

"Really?" Aku menatap the valet guy yang membelokkan mobilku ke pelataran parkir salah satu restoran china tidak jauh dari apartemenku. Semula ku pikir dia mau turun di sana dan menyuruhku melanjutkan perjalanan sendiri ke rumah tapi ternyata the valet guy mengajakku turun untuk masuk ke dalam restoran tersebut.

"Aku belum makan malam." The valet guy menjawab tanpa dosa. Aku mulai menyesali keputusanku untuk menjadikannya pasangan ONSku. Kalau tahu akan menyulitkan begini, lebih baik aku memesan supir daripada memintanya mengantarku pulang. Aku hanya butuh seks, bukan makanan China.

The valet guy melangkah mendekatiku, membuatku refleks menahan napas saat hidungku menangkap aroma musk dari tubuhnya. "Nona, seks itu butuh tenaga. Jadi sebaiknya kita tidak melakukannya dengan perut kosong." Dari jarak sedekat ini aku bisa mencium aroma napasnya yang berbau mentol. Karena tinggi badan kami, wajahku berhadapan langsung dengan dada bidangnya. Kalau aku tidak bisa mengontrol diri, mungkin aku sudah menyandarkan kepalaku di sana.

Aku masih menahan napas saat the valet guy menggenggam tanganku, matanya menatapku seolah meminta izin apakah aku memperbolehkannya menggandengku. Kepalaku mengangguk kecil, lalu kami pun bergandengan ke dalam restoran.

Seharusnya aku tidak mengizinkannya menggandengku. Seharusnya aku tidak setuju dan mengikutinya memesan makanan dan menikmati chicken wonton dan mi gorengku sambil mendengarkan ceritanya dengan antusias. Seharusnya kami hanya perlu menuju kamar hotel paling dekat dari The Crown, melakukan seks dan berpisah lalu menjalankan hidup masing-masing. Seharusnya malam ini tidak menjadi sebuah kencan.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro