Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

#7 : Semua Gara-Gara Mudblood

So give me all your poison
And give me all your pills
And give me all your hopeless hearts
And make me ill
You're running after something
That you'll never kill
If this is what you want
Then fire at will

(Thank you for the venom - MCR)

***

Draco tertegun. Pelepasannya belum terjadi tapi wanita di bawahnya sudah tak berdaya. Draco menampar wajah wanita itu agar dia bisa sadar. Hermione belum boleh mati. Draco memukul kepalanya sendiri, menghukum dirinya yang begitu bodoh dan tolol. Bagaimana ini?

“Mudblood, bangunlah.” Draco menarik dirinya keluar dari tubuh Hermione. Dia terkejut begitu melihat ada bercak darah di sana. Bagaimana mungkin ada darah lagi… Hermione sudah hilang keperawanannya sebulan yang lalu oleh dirinya. Tidak mungkin hal semacam ini akan terjadi dua kali.

“Shit!” umpatnya sambil mengacak rambut frustasi. Apa yang sedang terjadi? Kenapa bisa seperti ini?

“Brengsek kau, mudblood!” lanjutnya masih dengan diikuti beragam umpatan kasar. Dia kebingungan.

Suara ketukan di pintu kamarnya membuat dia kaget. Cicitan Dior yang bilang kalau Dark Lord sedang menunggu di luar membuat nyali Draco hilang. Kenapa tuannya mesti datang di saat tidak tepat seperti ini!

“FUCK!” serunya lagi sebelum keluar dari kamar dan menyambut hukuman berat yang akan datang padanya.

Sebenarnya Draco tidak mau memberitahu kondisi Hermione pada Dark Lord—dia masih sayang nyawanya, tapi tuannya terlalu hebat dalam membaca pikiran. Sekali lihat kepanikan dalam mata Draco, Dark Lord tahu kalau Draco telah membuat kesalahan fatal.

Voldemort terburu-buru menuju kamar Draco. Dia panik sekali. Anak buahnya ini tolol, Draco hampir menggagalkan rencananya. Untung saja bayi itu masih bersemayam di rahim Hermione, dia sudah menghentikan pendarahan kecil Hermione lewat beberapa mantra medis yang telah dia pelajari.

Sementara Dark Lord memberi pertolongan pada Hermione, Draco setia bersujud di kaki tuannya untuk memohon ampun. Kesalahan dia sepertinya tak termaafkan, dia tahu tuannya akan menjatuhkan hukuman yang paling berat untuknya nanti tapi Draco tak mau menyerah. Dia harus memohon pada Dark Lord agar tuannya memberikan dia satu kesempatan lagi.

Selesai dengan Hermione, Voldemort langsung mengayunkan tongkat sihirnya ke tubuh Draco hingga tubuh Draco terangkat dan membentur dinding keras kamar itu. Berkali-kali dia mengangkat Draco, lalu membantingnya keras di lantai. Darah segar mengalir di pelipis Draco, tapi itu masih kurang. Voldemort memberikan salah satu kutukan tak termaafkan pada tubuh yang nelangsa di lantai itu hingga jeritan Draco menggelegar menembus tebalnya dinding kediaman Manor.

“Kau hampir membunuh bayi itu, tolol!”

Draco tak mengerti maksud dari perkataan tuannya. Tidak ada bayi di rumah in atau jangan-jangan… Draco melirik Hermione yang masih terlelap di tempat tidurnya. Hermione hamil? Oh, sial!

“Ya… jalangmu itu hamil dan aku butuh anak itu untuk lahir.”

Draco menggeram atas kesakitan di tubuhnya dan kesakitan di pikirannya yang berbaur menjadi satu membuat gila menang atas dirinya. Sialan, kenapa anak itu bisa sampai hamil?! Dia tidak sudi mempunyai anak dengan aliran darah mudblood… dia benci dengan calon bayinya itu.

“Kalau kau mau membunuh anak itu, urungkan niatmu segera. Hanya aku yang boleh menyentuh anak itu, aku yang akan membunuhnya dengan tanganku sendiri.”

Draco menatap tuannya bingung. Sejuta tanda tanya yang selalu menghiasi kepalanya  sebulan ini mendadak mendapat pencerahan. Jadi, ini alasan Dark Lord meminta dia untuk menikahi Hermione dan rajin menyetubuhi Hermione tanpa pengaman? Tuannya itu ingin agar Hermione hamil dari benihnya. Tapi kenapa harus dengan mudblood... kenapa tuannya malah ingin membuat anak yang tercampur darah seorang mudblood?

Hukuman pada Draco tidak begitu lama. Tuannya itu pergi tepat satu jam setelah dia datang ke rumahnya. Tuannya berpesan sebelum pergi, “Istrimu harus bangun besok, kalau tidak, kau harus menanggung hukuman yang lebih hebat.”

Besoknya, Hermione belum bangun. Draco terpaksa menerima konsekuensi dari hal yang di luar kuasanya. Dia tidak tahu bagaimana membangunkan orang yang sekarat. Dia sudah mencoba beberapa hal selama satu hari ini, dia bahkan tidak tidur semalaman karena bergelut di perpustakaan mencoba mencari apa yang dia butuhkan agar nyawanya bisa selamat. Tapi semua teori itu tak ampuh, Hermione masih setia dalam dunia mimpi.

Draco pun mendapat hukuman yang sangat berat. Dia mendapatkan Crucio di tubuhnya selama berjam-jam, tubuhnya dibanting ke segala penjuru seratus kali, tulang di kakinya dipatahkan oleh tuannya, dan beberapa mantra hitam dari tuannya yang merasuk masuk ke tubuhnya, mengoyak segala sel dalam tubuhnya, membuat Draco yakin dia akan mati tak lama lagi.

“Kalau besok istrimu belum juga bangun, terpaksa kau harus mati, Draco.” ucap tuannya setelah menghentikan semua kutukan di tubuh Draco dan langsung menghilang dari pandangan.

Draco yang tubuhnya lemah memandang Hermione dengan sorot kebencian yang paling dalam, “Kau puas, mudblood? Ini yang kau mau, melihatku dihukum bahkan mati oleh tuanku? Aku tahu kau cuma pura-pura… bangunlah kau brengsek! Aku tidak mau mati sia-sia hanya karena aktingmu itu. BANGUNLAH, MUDBLOOD!”

Sangat disayangkan tubuh Draco terlalu lemah hingga dia tidak bisa mendekati tempat tidur yang memanjakan istrinya itu. Dia bahkan tak bisa menggerakkan salah satu jarinya karena dia begitu lemah. Siksaan dari Dark Lord selama dua belas jam ini membuatnya tak bisa berkutik. Dan besok adalah kesempatan terakhir Draco… kutukan tak termaafkan akan diarahkan padanya kalau istrinya itu belum juga membuka mata sampai esok hari datang.

“AKU BILANG BANGUN, JALANG!” teriak Draco sekencang yang dia bisa walaupun suara yang keluar dari mulutnya sangat serak dan hampir habis.

Malam itu Draco tak bisa tidur lagi. Bagaimana mungkin dia bisa terlelap jika besok ajal akan menjemputnya? Kalau tubuhnya mampu, dia sungguh ingin melarikan diri. Demi Salazar, dia belum sudi untuk mati.

Tuannya datang ketika petang menyambut. Belum ada tanda kesadaran dari kondisi Hermione. Anak itu masih terbaring pura-pura tak berdaya. Voldemort yang melihat itu murka. Dia menyiksa Draco dulu sampai anak itu benar-benar babak belur, dia bahkan hampir mematahkan setiap tulang yang tersambung di tubuh anak itu.

Voldemort memang sudah menghentikan pendarahan di tubuh Hermione, tapi kalau Hermione tak juga bangun, anak yang ada di dalam perutnya juga akan mati. Anak itu tidak boleh mati sebelum pertempuran dimulai. Voldemort ingin dialah yang menjadi pencabut nyawa anak itu.

Setiap melihat Draco, dia tak kuasa untuk membunuh anak itu. Rencana dia berantakan karena ulah Draco, itu hal yang termaafkan.

“Kau menghancurkan segala rencanaku! Aku tidak suka hal itu. Aku tidak suka jika ada yang mendahuluiku. Maka dari itu… ini hukuman yang pantas untukmu. Avada Ke—”

Mataku Draco terpejam untuk detik-detik ajal yang akan menjemputnya. Tapi begitu mantra tuannya tidak dituntaskan, matanya terbuka kembali. Raut benci yang menghiasi wajah Voldemort selama beberapa hari ini tergantikan oleh senyuman miring.

“Well… kau selamat, Draco! Jaga istri dan bayimu sampai lahir kalau kau ingin tetap hidup.” titahnya sebelum kembali menghilang menjadi angin hitam.

Draco melihat Hermione marah sekali, “Aku benci padamu, jalang!”

Karena ulah Hermione, dia hampir mati. Karena ulah Hermione, dia akan memiliki seorang anak yang tercampur darah lumpur. Menjijikan sekali.

Hermione mendekat ke arahnya. Wajah anak itu masih pucat tapi ada sorot khawatir yang terpancar di balik mata coklat itu. Draco menyadarkan dirinya sendiri kalau apa yang dia pikirkan itu gila, Hermione kembali berakting… Draco yakin anak itu tengah menertawai dirinya yang begitu lemah ini.

“Enyah dari hadapanku, mudblood!” hanya itu yang Draco bisa katakan sebelum pandangannya menjadi gelap karena beberapa hari tak kunjung terlelap.

***

Draco merasakan ada sesuatu yang sangat dingin menjalar di dahinya. Dingin itu cukup ampuh membuat pening Draco sedikit terkikis. Entahlah apa yang sedang dilakukan atas tubuhnya, Draco belum bisa membuka matanya dengan baik. Dia terlalu lelah setelah semua yang terjadi kemarin. Dia hampir mati gara-gara istri sialannya itu… memikirkan wajah Hermione membuat pusing di kepalanya semakin berdenyut.

Sekuat tenaga Draco membuka matanya. Tak perlu terkejut kalau sekarang ada Hermione di depannya menyambut kesadarannya. Dia mendengus melihat senyuman Hermione.

“Oh, Draco. Syukurlah kau sudah bangun. Kau sudah tidur hampir empat hari.”

Oh, selama itukah dia tidur?

Saat Hermione kembali mengarahkan handuk yang telah dibasahi oleh air dingin ke dahinya lagi, Draco langsung menepisnya hingga handuk itu pun terjatuh ke lantai.

“Pergilah kau, mudblood. Aku muak melihatmu.”

“Tapi kau harus minum ramuan dulu—”

Draco mencoba untuk bangun dari posisinya tapi tulang kakinya seperti tak tersambung dan punggungnya masih sangat nyeri, belum lagi tangan kanannya yang nasibnya tak lebih baik dari kedua kakinya.Dia menatap Hermione meminta penjelasan, “Healer bilang kalau tulang kakimu dan tangan kananmu patah, dan juga tulang punggungmu retak. Paling tidak butuh sebulan sampai tulang itu sembuh sempurna. Maka dari itu ramuan—”

Draco memotong ucapan Hermione dengan mengambil botol yang berisi ramuan berwarna hijau tua yang sangat kental. Dia meminumnya dalam sekali teguk, rasanya pahit sekali dan berlendir ketika sampai ke lidah. Dia benar-benar ingin memuntahkan ramuan yang mengaduk-aduk perutnya itu, tapi dia butuh kesembuhan yang cepat. Sial, membayangkan sebulan ini dia hanya bisa terbaring menyedihkan di tempat tidur membuat mualnya semakin hebat. Dia tidak suka hanya berdiam diri apalagi ada mudblood di rumah ini. Hell, dia benci situasi ini.

“Kau harus makan, Draco. Aku tadi membuat bubur—”

“Keluarlah, mudblood. Panggil Dior!”

“Dior sekarang sama terlukanya sepertimu. Dia bahkan belum bisa bangun sekarang.”

“Apa maksudmu?”

“Sama sepertimu... karna ulah Voldemort.” Hermione mengangkat mangkuk yang berisi bubur tinggi-tinggi, “Jadi, sekarang aku yang akan mengurus kebutuhanmu.”

“Aku tidak mau makanan buatanmu.”

“Tenang saja, aku tidak memberikan racun di makanan ini karena sayangnya tidak ada bahan pembuat racun di dapurmu. Makanan ini aman.”

“Makanan dari mudblood tidak pernah aman. Lihat saja makanan itu, persis seperti ingus troll.”

“Semua bubur memang dibuat seperti ini, Draco.”

“Tapi punyamu menjijikan karena kau itu mudblood.”

“Kau butuh makan kalau mau cepat sembuh.”

“Aku tak butuh nasihat sialanmu, mudblood!”

“Kalau kau tak mau aku banyak bicara, tolong makanlah… setelah itu aku janji akan berhenti bicara.”

Draco tetap pada pendiriannya dengan menggeleng kencang. Dia tidak sudi kastanya turun karena memakan masakan seorang mudblood. Karna muak dengan pemandangan di depannya itu, Draco kembali memejamkan mata. Setelah beberapa menit, dia membuka matanya perlahan. Dia kita Hermione sudah pergi, tapi nyatanya anak itu sedang duduk di lantai sambil membaca sebuah buku, dengan tangan yang mengelus lembut perutnya.

Di perut istrinya itu akan lahir darah dagingnya. Ini adalah kenyataan yang dua kali lipat lebih seram dari mimpi terburuknya. Kenapa dia harus mendapat tugas seberat ini? Dia benar-benar benci dengan situasi ini… dia benci Hermione dan anaknya itu. Tapi, bukankah Dark Lord bilang kalau anak itu akan mati setelah dia lahir? Itu bagus… anak itu memang pantas untuk mati, dia tidak layak untuk hadir di dunia suci ini. Darah anak itu sudah ternodai dengan aliran kotor. Menjijikan.

Tiba-tiba saja perut Draco berbunyi sangat nyaring. Dia tidak bisa bohong kalau dia sungguh kelaparan sekarang. Suara nyaring dari perut Draco itu membuat Hermione mendekat dengan mangkuk putih yang sama seperti tadi.

“Kau sudah mau makan?”

Draco mengangguk sangat pelan nyaris tak terlihat. Hermione pun menyuakan Draco masakan itu. Rasanya ternyata memang menjijikan, sudah dingin, tak ada rasa, benar-benar memuakkan, “Rasanya tidak enak.”

“Memang. Aku sengaja. Tapi makanan ini super sehat dan baik untuk kesehatan tubuhmu.”

“Aku tidak butuh penjelasan. Cepatlah kau menyelesaikan tugasmu, lalu enyah dari kamarku. Baumu membuatku ingin muntah.”

Hermione tiba-tiba tertawa, tangan dia kembali mengelus perutnya yang masih datar, “Lucu sekali ya, Daddy-mu. Mommy yang sedang hamil, tapi malah dia yang mual.”

Draco melotot lebar. Dia sangat tidak sudi menjadi ayah dari anak yang tercampur darah kotor, “Jangan lancang kau, mudblood. Aku tidak mau menjadi ayah dari anakmu itu. Kalian sama-sama menjijikan—”

“Jangan hina anakmu sendiri, Draco. Baiklah, cepat habiskan makananmu agar aku bisa segera pergi dari kamar ini.”

“Baguslah kalau kau sadar diri untuk pergi. Kau dan anak yang ada di perutmu itu hanya membawa kesialan untukmu... aku tak sabar melihat dia mati—”

Hermione dengan sangat lancang menumpahkan bubur dingin itu ke muka Draco. Draco tidak percaya kejadian ini akan menimpanya… dia dihina oleh mudblood sialan!

“Makananmu ada di wajahmu, kalau kau lapar,  jilat saja wajahmu sendiri. Setidaknya aku masih punya hati untuk membiarkanmu hidup.” kata Hermione sebelum dia melengggang keluar dari kamar besarnya.

Dasar, mudblood jalang keparat!
Draco bersumpah akan membalas Hermione berkali-kali lipat dari apa yang jalang itu lakukan padanya. Dia merasa sangat terhina sekarang!

“FUCK!” jeritnya melampiaskan kekesalan yang menjalar ke seluruh nadi di sel tubuhnya. Dia benar-benar butuh pulih agar jalang itu menerima balasan. Shit, kenapa dia harus lumpuh sekarang?

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro