#18. Bahagia Bersamamu
And I can't believe, uh that I'm your man,
And I get to kiss you baby just because I can.
Whatever comes our way, ah we'll see it through,
And you know that's what our love can do.
(Everything by Michael Buble)
***
Ada dua sisi takdir yang bermain di kehidupanku. Takdir yang begitu baik dan takdir yang begitu jahat. Well, takdir jahat itu memang mempunyai risiko masa depan yang begitu suram karena kematian yang akan aku tanggung. Tapi sekarang aku ingin endapkan segala ketakutan itu untuk mengapresiasi kinerja takdir baik yang menemukan aku dengan satu-satunya wanita yang berarti bagiku. Aku tak mau membuang waktuku untuk membahas hal-hal yang begitu mengerikan di saat aku sedang menikmati waktuku dengan Hermione, aku hanya ingin menjadi normal, setidaknya untuk sementara ini.
Masa laluku dan Hermione punya catatan rekor yang begitu buruk. Kesalahanku padanya sudah tak terhitung. Dosaku pada kehidupannya layak menaruhku di panasnya neraka jahanam.
Dimulai dari semasa sekolah, aku sering mengejeknya jelek, kutu buku, dan tak pernah memanggilnya secara layak. Selalu nama tak layak itu yang aku berikan, nama yang sungguh merendahkan derajat seorang penyihir. Selepas sekolah, aku pun masih belum puas memporak-porandakan semua hal yang dia punya. Kali ini aku renggut nyawa yang paling Hermione kasihi, memang bukan dari tanganku langsung tapi kalau bukan karena aku, mereka pasti tidak akan mati.
Dulu aku begitu bodoh dan rela menyerahkan segala hal karena aku tidak memasukkan definisi cinta dari kamus kehidupanku. Jadi, semua orang aku anggap layak untuk mati. Tapi kini, setelah aku mempunyai orang yang aku cintai lebih dari diriku, sungguh hal yang akan aku lakukan sekarang adalah menebarkan cintaku pada semua orang. Draco Malfoy berubah menjadi puitis dan keluar dari kegarangannya, huh? Ya, memang dan aku tak malu mengakui sisi melankolis ini karena sisi ini aku dapatkan dari cara yang sehat. Cara aku mencintai dan dicintai oleh seseorang wanita cantik bernama Hermione Malfoy.
Bukan hanya cinta. Hermione juga memberikanku sesuatu hal yang paling aku kagumi selama masa hidupku di dunia. Dia menghadirkan Draco kecil di perutnya. Meski, cara agar Scorpius hadir di dunia ini begitu salah. Sangat salah.
Scorpius hadir karena perintah dari orang paling keji di dunia. Scorpius hadir karena buah pemaksaan. Scorpius hadir karena aku memperkosa dan menyiksa batin dan fisik Hermione. Dammit, aku memang benar-benar buruk. Tapi sungguh, aku bersumpah dengan detak jantungku bahwa Scorpius bukanlah sebuah beban karena dia adalah keajaiban. Dia penghubung cinta antara aku dan Hermione. Kalau bukan karena dia, mungkin saat ini aku masih ada di sisi Voldemort dan menaburkan lebih banyak benih dosa.
“Apa yang sedang kau pikirkan, hm?” pertanyaan Hermione meleburkan semua hal yang sedang aku lamunkan.
Hermione baru saja selesai dari dapur, aku bisa membaui beragam bumbu masakan di tubuhnya dan menghirup bau yang begitu harum dari arah dapur. Masakan Hermione pasti akan sangat lezat, seperti biasa.
“Hanya berpikir, jika kita mempunyai alat untuk mengulang waktu di masa lalu, bagian mana yang akan aku dan kau ubah.”
“Lalu, menurutmu apa yang seharusnya kau ubah?”
“Tentu saja aku ingin memperlakukanmu lebih baik dan benar. Kalau saja semasa sekolah aku mengurangi sikap brengsekku padamu, mungkin saja kau bisa mudah aku dapati … dengan cara yang layak tentu saja. Aku akan mengajakmu kencan, lalu kita bisa menikah dengan bahagia dan menghadirkan Scorpius setelahnya.”
“Kalau saja, huh? Kau tahu dua kata itu merujuk pada satu sifat bahwa kita memandang masa lalu seperti masa depan kita. Hanya sesal yang akan kau dapat jika kau terus mengeluh kalau saja, seandainya, seharusnya. Itu tidak benar Draco. Biarkanlah masa yang lewat itu sebagai pelajaran bukan sebagai penghambat masa depan kita.”
Aku tersenyum tulus dan menghadirkan satu kecupan singkat tepat di bibir istriku. Sungguh, kepintaran membuat dia terlihat semakin seksi di depanku.
“Lalu kalau kau sendiri, apa yang akan kau ubah jika punya alat pemutar masa lalu?”
“Tidak akan ada yang aku ubah. Aku bersyukur malah. Hal-hal menyakitkan yang sudah aku lalui dulu membuatku menjadi semakin kuat sekarang. Kalau pepatah bilang menjadi cantik itu sakit, tapi bagiku justru menjadi kuat dan tegar itu yang sakit.”
Sekali lagi kebijakan kata-kata Hermione tidak pernah habis membuatku kagum.
“Aku benar-benar menjadi pria yang sangat beruntung karena bisa bersama denganmu, cupcake.”
“Cupcake? Oh Merlin, aku tak pernah menyangka seorang Draco Malfoy memberiku nama panggilan yang aneh seperti itu.”
“Cupcake itu berarti kau sangat manis dan membuatku kelaparan dan tak sabar mencicipimu.” Aku menurunkan bibirku ke lekukan leher Hermione dan mencari satu titik yang menjadi bagian favoritnya.
“Kau menjijikan Draco!” protes Hermione tapi aku bisa lihat dari sorot matanya dan lenguhannya saat aku gigit titik sensitif itu bahwa Hermione sudah mulai terangsang untuk bermesraan denganku.
Hermione dan hormon kehamilannya mempunyai dua sisi yang bertolak belakang. Yang satu menyebalkan karena kadang suka bersikap sangat aneh dan yang satu menggairahkan karena dia bisa sangat agresif jika kita sedang ada dalam siklus seksualitas hubungan suami isteri.
Aku lalu melahap bibir Hermione dan mulai menciumnya mulai dari lembut lalu perlahan menjadi sangat menuntut. “Aku sungguh tidak bisa mengendalikan ini lagi,” ucapku gusar karena gairah.
Saat aku hendak membuka pakaian ibu hamil yang tengah Hermione kenakan, tanganku yang tak sabaran itu ditahan oleh Hermione.
“Tunggu, Draco. Kita belum makan malam.”
Sial. Aku menggerutu dalam hati. Aku sungguh sudah tak tahan tapi aku tidak boleh egois. Makan malam adalah hal yang penting karena Hermione dan Scorpius harus mendapat gizi yang layak.
Dior sudah aku perintahkan untuk bolak-balik Manor dan the Burrow agar membawa bahan makanan yang segar dan sehat untuk Hermione. Kadang pula Dior yang akan memasak jika Hermione merasa begitu letih. Peri rumahku itu memang masih menyebalkan tapi setidaknya saat ini dia sudah punya respek untuk Hermione dan menghormati Hermione sebagai bagian dari Malfoy juga.
“Oh ya, Draco. Omong-omong cupcake, aku memang membuat itu sebagai desert. Tapi belum aku beri topping, kau mau membantuku menghias toppingnya sekarang? Aku rasa kuenya sudah dingin dan siap untuk dihias.”
Hermione berjalan ke arah dapur dan mengenakan kembali apron berenda yang khusus dibuat Dior untuknya.
Aku mengikuti Hermione dan sekarang sudah ada persis di belakangnya. Tanganku lalu melingkar di perutnya dan kepalaku terbenam di pundaknya. “Aku mau cupcake, karena kau adalah cupcakeku. Aku yakin dessert itu akan lebih menyegarkan dan menyehatkan.”
Satu pukulan kecil hadir di puncak kepalaku. “Bisa tidak kau hentikan sikap mesummu itu sebentar saja?”
“Tidak bisa. Karena itu salahmu karna setiap detik kau terlihat makin seksi dan menggairahkan,” bisikku dengan suara yang serak.
Hermione menghela napas panjang. “Mengundangmu di dapur memang hal yang sangat buruk. Sebaiknya kau kembali ke tempat dan tidak mengganggu kinerjaku di sini.”
“Tapi sungguh, kita belum pernah mencobanya di meja dapur, kan?”
“Draco! Keluar dari dapurku sekarang. Kau benar-benar—”
“Seksi?”
Hermione menggelengkan kepalanya.
“Tampan?”
Lagi, gelengan kepala.
“Menggairahkan?”
Lagi-lagi gelengan kepala diiringi tatapan jengkel.
Aku tersenyum miring, “Merangsang?”
Bukan gelengan di kepala Hermonie tapi malah tepukan yang agak kencang mendarat di kepalaku. “Kau sungguh mesum!”
“Dan kau menyukainya, kan?”
“Diamlah dan silakan keluar dari dapur. Kau menghambat pekerjaanku sekarang!”
Aku rasa sudah cukup sesi menggoda Hermione. Aku sudah puas mendapatkan semburat merah dari pipi Hermione jika aku mendaratkan kalimat sedikit nakal di saat kita tidak sedang bermesraan. Sungguh, tingkah dia sangat menggemaskan.
“Oke, baiklah. Mari kita kerja serius. Jadi, kita harus mulai dari mana?”
Sesi menghias Cupcake tidak aku sangka menjadi sangat amat berantakan. Tidak hanya kue coklat itu yang kita hias, tapi juga muka kita masing-masing. Segala cream, permen, chocochips, dan sederetan bahan hias lain berhamburan di wajahku dan wajah Hermione. Kita tertawa puas, layaknya seorang anak kecil yang bahagia memainkan mainan favoritnya.
Aku bahagia. Hermonie bahagia. Momen ini bahagia. Sungguh, aku tak butuh alat untuk mengembalikan waktu saat ini. Yang aku butuhkan saat ini adalah alat untuk menghentikan momen ini dan mengulang terus momen ini sehingga hanya ada bahagia yang tercipta di hubunganku dan Hermione.
Oh dan omong-omong. Sesi makan malamku saat itu berjalan terbalik. Kita mulai dengan bermesraan, memakan cupcake, baru makanan inti sebelum akhirnya kembali bermesraan.
Hidupku sungguh membahagiakan.
“Kita benar-benar membuat kekacauan.” Pandangan Hermione berkeliling melihat keadaan rumah yang kacau karna ulah kita beberapa saat yang lalu.
“Kekacauan yang manis maksudmu, cupcake?” Aku membawa Hermione dalam pelukanku dan memberikan beberapa ciuman di kepala hingga pipi dan lehernya.
“Jangan mulai lagi, Draco. Aku letih.”
“Hermione, aku memang mempunyai nafsu yang sangat besar tapi sungguh aku bukan bajingan egois yang terlalu gila oleh nafsu. Aku sadar kau dan Scorpius memang sudah seharusnya untuk istirahat.”
“Oh, syukurlah kau mengerti,” balas Hermione bernada sarkas.
Aku tersenyum dan semakin mengeratkan pelukanku, “Tapi aku butuh memelukmu di tidurku saat ini.” Dan aku tidak akan pernah melepas pelukan itu sampai kapanpun.
Waktu…berbaik hatilah padaku agar terus membiarkan kebahagiaan ini sampai aku dan Hermione menjadi kakek nenek dan melihat cicit kita bersama sebelum akhirnya kau memberi tahu waktuku dan Hermione sudah habis.
Takdir baik…tolong pertahankan kebersamaan dan kebahagiaanku dengan Hermione. Dan tolong, jangan biarkan takdir jahat menang atas dirimu. Tolong, bekerja samalah denganku dan Hermione. Aku masih ingin hidup, bahagia, dan tua bersama dengan istri, anak, cucu, dan cicitku.
***
Tiga bulan setelahnya, segala hal berjalan begitu baik dan semakin membahagiakan. Hermione dan aku menguatkan cinta kami menjadi lebih besar dan besar dan besar, hingga mungkin itu akan menjadi sedikit berbahaya.
Dan mungkin sekaranglah saat yang berbahaya itu. Sudah hampir empat bulan Hermione menundanya. Dan selama tiga bulan ini, aku menurut pada Hermione untuk tidak mengungkit masalah ini dan membiarkan kehidupan kita berjalan layaknya pasangan normal. Tapi saat ini, aku tidak bisa menundanya lagi. Aku tidak bisa mengulur waktu lagi. Aku ingin hubungan aku dan Voldemort terputus. Aku ingin kebebasan. Dan aku butuh Hermione untuk melepas ikatan tak berguna ku dengan Voldemort.
“Draco, risikonya terlalu besar—”
“Kau bilang lebih baik mengambil risiko daripada berucap kata seandainya. Lagipula risiko ini demi masa depan kita, Hermione.”
Isakan pilu Hermione terdengar, “Tapi aku takut kehilanganmu.”
Aku menghapus butiran bening itu dari mata pipinya. “Kau takkan kehilangan diriku. Aku akan selalu ada di sampingmu.”
“Kau janji?”
“Janjiku untuk ada di sampingmu sama kekalnya dengan cintaku kepadamu.”
Hermione langsung menghamburkan pelukan ke tubuhku. “Aku mencintaimu.”
“Aku lebih dari mencintaimu.”
***
A/N :
Sebenernya nih harusnya Part ini nggak ada. Ini aku buat saat aku lagi mau buat part terakhir. Terus aku mikir kok momen manis mereka dikit amat ya, jadi aku nulis deh (sebelum ketegangan menginvansi cerita inj). Ya emang sih nggak terlalu manis karena aku mau yang sehat sehat dan nggak mau kena diabetes #apaansihgaje Wkwk.
Dan spesial kan Chapter ini karena ada pov Draco nya. Nikmatilah kalian membaca Part Draco sebelum waktunya habis #upsssss 😂😂😂😂😂
Kalau ada typos maaf ya. Maklumin pokoknya, oke oke?
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro