Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

#14. Esok Pasti Mengerikan

I will never let you fall
I'll stand up with you forever
I'll be there for you through it all
Even if saving you sends me to heave

(Your Guardian Angel by Red Jumpsuit Apparatus)

***

Sekarang aku merasa tubuhku sembilan puluh persen lebih ringan dari biasanya. Tapi aku sadar kalau tubuh ini terasa janggal, terlalu ringan untuk ukuran manusia normal. Dan yang lebih miris lagi, aku sadar aku terlalu transparan … tubuhku tidak solid lagi. Aku persis seperti para hantu yang berkeliaran di Hogwarts. Apa ini artinya aku sudah mati?

P

ertanyaan itu langsung terbantahkan saat aku melihat tubuhku sedang diberi mantra penyembuhan oleh Healer yang jumlahnya ada lima. Mereka tampak keletihan dan cemas di saat bersamaan. Mereka berusaha begitu keras menyelamatkanku. Aku belum mati. Aku masih hidup. Tapi bagaimana dengan…

Scorpius!!!

Bagaimana dengan dia?
Apa dia selamat?
Oh Tuhan, dia harus selamat!
Aku harus mencari tahu tentang hal ini. Tapi bagaimana caranya?
Kalau aku melihat secara kasat mata pada tubuhku, tidak ada yang begitu memiliki banyak perbedaan, belum lagi baju yang dikhususkan oleh St.Mungo untuk dipakai oleh pasiennya itu terlalu besar. Itu membuat kehamilanku tersembunyi … atau mungkin hilang?

Kalau aku ingin tahu apakah perutku ada Scorpius atau tidak, aku harus memegangnya secara langsung. Malangnya diriku karena aku tidak bisa melakukan hal itu.

Aku hanyalah roh yang bisa melihat tapi tidak  bisa dilihat, yang bisa mendengar tapi tidak bisa didengar, dan yang sama sekali tidak bisa menyentuh apa pun.

Aku hanya roh malang yang patut dikasihani karena aku bahkan tidak tahu Scorpius masih ada di perutku atau tidak!

Aku tidak suka ada dalam posisi ini. Aku ingin segera kembali ke tubuhku. Aku ingin menjalankan tubuhku lagi. Yang paling penting, aku masih ingin merasakan tendangan Scorpius di perutku.

Setelah beberapa saat, mataku menangkap satu sosok yang begitu aku rindukan. Wajahnya tampak jauh lebih tua dan ada beberapa rambut halus yang memenuhi area dagunya. Draco tidak bercukur. Berapa lama aku sudah tidak bangun? Satu minggu? Satu bulan?

Draco sangatlah kacau dan berantakan. Dia seperti tidak punya kehidupan. Dia duduk bersandar di pojok ruangan, seperti orang yang paling sengsara yang tersudut dalam kesendirian. Matanya menatap nanar lantai kayu di bawah. Begitu aku lebih dekat dengannya, aku bisa melihat jelas sekali mata itu memerah dan mengeluarkan banyak cairan bening.

Aku berusaha mendekapnya dalam pelukan, tapi usaha itu sia-sia. Tubuhku menembus tubuh Draco yang solid. Aku tidak bisa menggapai Draco. Inilah kesakitan yang paling menyiksaku. Dia ada tepat di depan mataku dengan wajah yang begitu menyedihkan dan aku tidak bisa memberikannya sebuah pelukan semangat.

“Draco….” Aku berusaha mengeluarkan suara dari tenggorokan tapi hanya ada udara yang keluar tanpa ada bunyi. Hanya kosong seperti diriku yang sekarang.

“Draco … Jangan menangis. Tolong.”

“Hermione....” Suara Draco serak dan pilu, “Aku mencintaimu.”

Aku juga Draco!
Aku juga sangat mencintaimu.
Aku meneriakkan kalimat ini sekuat tenaga hampa yang aku miliki, berharap setidaknya usahaku bisa menghasilkan bentuk suara walau pun dalam keadaan paling minim. Sayangnya, keinginan agar aku  menyuarakan rasa cintaku pada Draco kembali berakhir sia-sia.

“Selamatlah, Hermione. Tolong, selamat. Aku tidak bisa hidup kalau kau tidak ada. Aku butuh cahayaku. Aku butuh napasku. Aku butuh kau. Tolong selamatlah untuk aku dan Scorpius.”

Scorpius?
Scorpius masih hidup?
Anakku masih hidup?

Merlin, aku ingin secepatnya kembali masuk ke dalam ragaku. Aku ingin bersama Scorpius.

“Tolong selamatlah…. Aku tidak bisa hidup sendiri.” Draco menolehkan wajah frustasinya ke tempat di mana aku sedang diberi mantra penyembuhan oleh Healer.

Tubuhku yang tadinya lemas tiba-tiba mengejang. Oh Merlin, apa yang terjadi? Aku melihat jari-jari transparan di rohku ini memudar. Apa yang terjadi? Sungguh, aku belum ingin mati. Aku tidak mau meninggalkan Draco.

Draco bangkit dari posisinya, langkah dia terburu-buru mendekat ke tempat tidur. “Ada apa? Kenapa Hermione seperti ini?”

Pertanyaan Draco tidak mendapat jawaban karena para Healer sibuk memberikan mantra agar tubuhku yang kejang bisa tenang.

“Brengsek, kenapa Hermione seperti ini? Jawab aku!!!”

Salah satu Healer pun meminta agar Draco tidak menganggu mereka. Mereka sedang berusaha menyelamatkan aku. Tapi bukan Draco namanya jika menurut. Dia tetap bertahan di sana, menyaksikan diriku yang begitu memprihatinkan karena goncangan itu semakin kencang.

Tanganku malah ada dalam genggamannya. Dia memberi ciuman yang begitu dalam di punggung tanganku.

“Aku ada di sini Hermione. Aku akan selalu ada di sampingmu.”

“Maaf Mr. Malfoy tapi Anda harus—”

“Persetan dengan itu! Aku harus ada di samping istri dan anakku! Aku tahu mereka butuh aku, jadi jangan sekali-kali kau bilang agar aku menjauh lagi, brengsek!”

Tak ada protes lagi yang diutarakan para Healer. Mereka kembali sibuk merapalkan mantra pada tubuhku.

Perlahan kejang pada tubuhku berhenti. Tapi bukannya lega, aku bertambah cemas karena fakta yang terjadi pada rohku. Bukan hanya jari tapi seluruh tanganku sudah memudar, bahkan bukan hanya tangan tapi hampir seluruh tubuhku pun memudar begitu cepat. Apalagi ini? Aku belum siap untuk mati. Aku tidak mau mati sekarang. Aku belum rela untuk lenyap. Aku tidak mau meninggalkan Draco sendirian.

“Draco … Scorpius.” Akhirnya tenggorokan itu mengeluarkan suara walau terdengar begitu jauh. Well, setidaknya sebelum tubuhku pudar seutuhnya, aku senang dengan fakta kalau diriku mengucapkan dua nama yang begitu berarti dalam hidupku. Dua nama yang aku cintai, sampai di ujung hidupku.

***

Perlahan sekali aku membuka mataku. Dengan kepala yang sangat pening, aku menatap ke sekelilingku. Saat ini aku sadar kalau aku masih hidup. Aku terselamatkan. Dan juga….

Tanganku mengelus perutku yang masih membuncit. Scorpius menendangku sebagai sapaan, oh aku rindu ini semua. Scorpius benar-benar anak yang sangat kuat. Dia masih tetap hidup di tengah diriku yang berjuang melawan kematian. Dia adalah keajaiban yang fantastis.

“Hermione, kau sudah bangun?”

Aku menoleh ke sumber suara itu. Di depan pintu masuk ruangan ini, ada Draco yang berdiri dengan pandangan takjub.

“Kemarilah, Draco,” pintaku memberi gestur lewat tangan agar Draco mendekat. Aku rindu pada dirinya.

Draco menurut, dia berjalan terburu-buru mendekatiku. Begitu sampai, dia tak membuang waktunya untuk langsung membawaku dalam dekapannya yang lembut.

“Terima kasih karena sudah selamat.” Draco semakin membenamkan kepalanya di lipatan leherku.

“Aku mencintaimu.” Itu adalah kata-kata yang akan aku selalu ucapkan mulai saat ini.

“Aku juga, Hermione. Aku juga.”

Draco melepas pelukannya. Dia lalu menaikkan daguku agar pandangan mataku dan dia bisa sejajar. Aku bahagia sekali bisa melihat sebuah senyuman merekah di bibirnya dari jarak sedekat ini. Dia sangat tampan. Aku berharap sekali Scorpius akan mewarisi wajah sempurna Draco. Dagu yang runcing, rambut pirang platina yang begitu lembut, dan tatapan mata yang sanggup membius. Dari atas hingga bawah, Draco adalah pahatan sempurna.

“Hermione, aku senang kau sudah kembali.” Setelah mengucapkan kalimat itu, dia menempelkan bibirnya pada bibirku. Ciuman kami tidak penuh dengan nafsu, namun ciuman ini berisi kelembutan. Ciuman ini adalah semua ekspresi cinta yang kami utarakan.

Kalau bukan karena keterbatasan pasokan napas, aku bersumpah tidak akan melepaskan diri dari ciuman Draco.

“Aw.”

“Kenapa? Ada apa? Apa aku menyakitimu?” Draco bertanya sangat panik. Lucu sekali melihat mimik wajah itu.

“Scorpius menendang keras sekali.” Aku mengambil tangan Draco untuk mendarat di perutku. Kembali Scorpius menendang begitu kerasnya sampai membuatku tak tahan untuk meringis. “Aku rasa Scorp marah karena kau belum menyapanya.”

Draco lalu menurunkan kepalanya sehingga persis ada di perutku. Dia mengelus perutku pelan, tak disangka Scorpius pun berhenti menendang. “Tenang saja, Scorpius. Kau juga prioritas utama Daddy. Terima kasih sudah kuat untuk Daddy dan Mommy. Daddy dan Mommy sangat mencintaimu, melebihi apa pun.” Draco mencium perutku lama sekali, “Tolong jangan membuat Mommy kesakitan. Aku bisa mengandalkanmu kan, buddy?”

“Tentu saja, Daddy.” Aku menirukan suara seorang anak kecil. Draco mengangkat kepalanya dan mengecup bibirku. Kita berdua sama-sama tersenyum dalam ciuman ini.

“Draco,” Aku tak bisa menahan diri untuk bertanya, “Sudah berapa lama aku di sini?”

“27 hari. 7 hari pertama kau membuatku sangat cemas karena kau selalu kejang, belum lagi terkadang kau mengalami pendarahan akibat kejang tak terkontrol itu. Lalu setelah kejang itu diatasi, kau malah tidur begitu tenang selama 20 hari. Kau membuatku panik. Healer bilang kau tidak apa-apa tapi 26 hari bukan waktu yang lama. Aku kira kau—” Draco tidak melanjutkan ucapannya lagi, dia menunduk menyembunyikan wajahnya dariku. Aku tahu dia sedang sedih.

“Kita di St. Mungo?” tanyaku mengganti topik karena aku sedang sangat penasaran.

“Ya, tentu saja.”

Aku menggigit bibirku kencang, “Tapi ini tempat terbuka. Kau tidak takut?”

“Buat apa takut?”

“Draco, semua dunia sihir tahu kalau kau adalah Pelahap Maut dan aku adalah kelahiran muggle. Aku yakin kau dan aku pasti akan menjadi tajuk utama dalam Daily Prophet—”

“Itu sudah terjadi.” Draco mengucapkan mantra panggil, dan dalam sekejap Daily Prophet sudah ada dalam genggamannya. “Kita sudah menjadi tajuk utama selama tiga minggu,” katanya sambil menunjuk foto diriku yang ada dalam gendongan Draco, dimana saat itu badan Draco penuh dengan darah dan suara teriakan dia memancar begitu kencang. Kepanikan Draco tercetak begitu jelas.

Tajuk yang tertulis dalam halaman utama itu adalah :  Apakah ini tanda perdamaian?

Di bawah judul tertulis sub judul yang berbunyi : Indahnya Petualangan Cinta Kelahiran Muggle dengan Seorang Darah Murni. Pasangan fenomenal abad ini!

“Seluruh dunia sihir sudah tahu kalau kau adalah isteriku.” Suara Draco membuatku menghentikan bacaanku pada surat kabar itu.

“Tapi, bagaimana dengan Voldemort? Dia pasti akan murka sekali karena hal ini. Kau membawaku ke tempat umum dan mengaku kalau kau adalah suamiku. Dia pasti akan marah sekali. Kau sudah mencedarai citra Pelahap Maut.”

“Sttt, jangan terlalu banyak berpikir rumit, Hermione. Itu tidak baik untuk kesehatanmu dan Scorpius.”

Aku takut, Draco. Aku takut kembali berhadapan dengan Voldemort. Aku takut karena aku belum bisa menyamai kekuatan Voldemort. Aku takut Voldemort akan mengoyak keluargaku lagi. Aku takut.

Hal yang meracau di pikiranku itu tidak aku keluarkan lewat suaraku. Aku tidak mau membuat Draco bertambah cemas. Aku cukup yakin, Draco pun tengah menghadapi ketakutan yang sama besarnya denganku atau mungkin jauh lebih besar dariku.

***

A/N :
Holaaaa … maaf lama update... 🙇🙇

Pertama aku mau ngucapin terima kasih buat kalian yang setia baca dan dukung certa ini. Terima kasih sekali. Kalian dabest lah pokoknya.

Oh ya aku mau promo dong… kalian ada yang suka sama Harry Styles nggak?
Aku punya ff H.S yang judulnya When Devil Meets the Angel … kalau berkenan baca ya… tenang aja cerita itu udah tamat alias selesai. Aku cuma mau promo aja, kali aja ada yang suka ff my baby Hazza.
Dan setelah WDMTA, baca juga Beauty and the Bastard ya… wkwk… Ff H.S lagi. Kasih semangat plis biar aku lanjutin cerita BatB… well, terutama yang suka H.S ya. Kalau nggak suka sih skip ajalah. Tapi aku berharap sih kalian baca wkwk …
Aku cuma mau cerita aku yang lain juga banyak yang baca jadi promo deh ke sini kan sama-sama ff yang mengandung unsur "Harry". 😂😂😂

Oh ya btw, ff Harpot aku nggak cuma MMM loh, ada juga yang judulnya Secret Love. Kalian mampir yaa … kali aja kalau aku dikasih semangat bakal aku lanjut lagi ceritanya karena itu udah stuck berbulan-bulan 😢😢😢.

Terakhir…

*hug*kiss*love*muachhhh 😙😘😚

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro