Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

#12. Aku, Kau, dan Kegetiran

If you could envision
The meaning of a tragedy...oooh
You might be
Surprised to hear it's you and me
(Christina Perri - Tragedy)

***

Aku tak mengerti apa yang salah dengan diriku. Aku tak mengerti kenapa kesialan selalu setia mengekoriku. Aku tak mengerti bagaimana mungkin ketidakadilan terus mengulang di drama hidupku. Aku tak mengerti lagi. Semuanya yang terjadi di hidupku sangatlah kejam ... sangat tidak adil. Kenapa selalu aku?

Apa ini hukuman karena aku terlahir bukan dari golongan penyihir tulen? Hah, tapi apa itu juga salahku? Aku tidak bisa memilih dari siapa aku dilahirkan. Takdir yang memilihku. Takdir juga yang menempatkanku untuk hadir mengisi dunia sihir. Tapi kenapa justru takdir menikam jiwaku berkali-kali?

Merlin, sampai kapan cobaan terus datang ke hidupku dan menggores hatiku? Aku terluka ... sangat parah. Aku butuh pertolongan.

Aku mengelus perutku yang terasa sangat tenang. Mungkin Scorpius bisa merasakan kekacauan yang terjadi. Air mataku mengalir tanpa bisa dikendalikan. Voldemort tidak akan bisa menyentuh Scorpius. Voldemort harus kalah. Sudah cukup keluarga dan sahabatku yang lenyap karena ulah brengseknya, aku tidak bisa kehilangan keluarga kecilku. Aku akan menjaga mereka. Sekuat tenagaku.

Takdir tidak bisa aku tentang tapi aku bisa menantang takdir. Aku berani menghadapi dan melawannya. Akan aku buktikan itu.

"Draco," panggilku dengan suara serak. Sekarang aku sedang tertidur dalam dekapan erat Draco.

Suara jantung Draco sama tidak normalnya denganku. Saling beradu kuat dalam balutan ketakutan. Berkali-kali Draco membisikkan kata maaf. Dia sangat merasa bersalah.

Aku benci fakta kalau Draco adalah Pelahap Maut. Dia pernah mengabdi di bawah kaki Voldemort. Dia pun membuat janji dengan Voldemort yang mengorbankan aku.

"Ini benar bukan bagian dari skenario yang kau buat dengan Voldemort, kan?"

Draco menenggelamkan kepalanya di ubun-ubun kepalaku. "Aku bersumpah, Hermione." Suara itu bergetar dan aku bisa merasakan satu tetes air membasahi rambutku.

"Aku takut, Draco." Entah sudah berapa kali aku menyebut kalimat ini tapi hanya rasa ini yang aku rasakan saat ini.

"Kau akan aman. Kau dan Scorpius akan aman."

"Dan aku mau kau juga selamat."

Draco tidak mengatakan apapun lagi. Yang aku rasakan adalah tubuhnya semakin bergetar hebat.

Aku tidak mau kehilangan Draco. Scorpius tidak bisa ditinggal Draco. Aku mau aku punya keluarga kecil yang lengkap. Aku harus mencari cara agar sumpah tak terlanggar Draco bisa dicabut.

Buku itu!

Buku McAfee. Buku itu membahas tentang sumpah tak terlanggar. Aku yakin sekali jawaban dari yang aku butuhkan ada di buku itu.

Aku harus mencari tahunya sekarang juga!

Semangatku terpompa begitu kencang. Aku bangkit dari kasur dan segera berlari untuk mengambil buku kecil yang tadi tertinggal di sofa perpustakaan.

"Kau mau kemana?"

"Aku mau menyelamatkan keluargaku." Suaraku penuh dengan optimisme yang begitu tinggi.

Hal yang mengikat Draco dan Voldemort harus dicabut. Lalu aku dan Draco pun akan bersatu untuk menyelamatkan Scorpius dan melenyapkan Voldemort. Ini adalah bagian dari strategi yang sangat bagus. Jalan ini bisa menyelamatkan keluargaku dan melenyapkan si hina penguasa kegelapan.

***

Biasanya aku tidak suka ada orang yang mengangguku ketika aku sedang membaca buku, apalagi buku yang sangat penting dan membutuhkan seluruh kemampuan otakku untuk mencerna maksud buku itu. Tapi sekarang aku untuk pertama kalinya membaca buku bersama seseorang dan aku tidak terganggu sama sekali. Aku justru terbantu dengan adanya Draco di sisiku.

Dua kepala ternyata bisa lebih baik menerjemahkan maksud yang penuh teka-teki dari buku ini. Alangkah senangnya aku bisa jatuh cinta pada pria ini ... dia memang sedikit menyebalkan, oh apa perlu ralat? Dia sungguh menyebalkan, bahkan tingkatnya sudah ada di atas bajingan. Tapi sekarang kalimat itu perlu direvisi karena Draco yang ada di sampingku sudah berjalan ke arah yang lurus bersama denganku untuk menuju ke tempat bernama kebaikan.

"Sudah terlalu malam. Kita lanjutkan besok saja," Draco memberikan usul.

Tanpa persetujuanku Draco menutup buku yang tua itu, mengecup puncak kepalaku lama sekali, dan terakhir mengangkatku untuk dibawa secara sepihak menuju ke kamar. Aku tak protes karena aku memang sudah sangat lelah.

"Terima kasih, Hermione." Mataku yang tadinya sudah ingin terpejam di atas dada Draco kembali terbuka. Aku menaikkan wajahku sehingga bisa sejajar dengan wajah Draco.

Aku tersenyum membalas ucapannya. Aku senang karena dia tidak memohon maaf lagi padaku. Aku senang melihat mata indah itu tidak berisi keputusasaan lagi. Aku bahagia melihat ada harapan besar di mata itu.

"Aku tak percaya aku bisa jatuh pada pelukanmu. Tapi sungguh, ini keputusan yang paling hidup yang pernah aku buat. Aku belum pernah merasakan hal ini. Aku bahagia sekaligus terselematkan. Terima kasih. Aku bersungguh," kata Draco bersungguh.

Senyumku semakin lebar. Tanganku menggapai garis rahang wajahnya yang sudah ditumbuhi sedikit rambut kecil, lalu menyusur menuju ke area bibir Draco yang begitu menggoda. Oh sialan, hormon kehamilan! Bahkan hanya menyentuh bibirnya di telunjukku sudah membuat gairahku bangkit.

Tapi mana mungkin aku yang berinisiatif lebih dulu untuk memulainya. Aku memang suka menjadi yang pertama, tapi itu dalam konteks otak bukan nafsu. Lagipula aku tidak tahu bagaimana harus memulainya. Apa aku harus menciumnya untuk memberi kode? Tapi bagaimana kalau dia tidak bisa menangkap kode itu? Atau mungkin ciumannya harus sedikit menggoda? Atau mungkin lebih baik kalau aku memintanya ... oh please ... bagaimana cara memintanya?

Haruskah seperti, 'Draco, please make love to me. I'm starving for your touch, your taste, your kiss, and your that.'

Yack. Menjijikan. Murahan. Demi Merlin, kenapa hal semenjijikan itu bisa terlintas di kepalaku!

Perang dalam pikiranku berhenti karena Draco tertawa lepas sekali. "Kau kenapa? Ada yang lucu?" tanyaku penasaran.

Dia tidak menjawabku, malah tangannya menangkup daguku dengan wajah yang semakin dekat dan dekat dan akhirnya ... bibir itu mendarat di bibirku. Sayang Draco hanya mengecup sekilas, tidak ada kelanjutannya lagi, hanya berhenti sampai di sana. Hal ini tentu saja membuatku tidak puas. Dan tanpa sadar aku merengut.

"Kau lucu sekali."

Aku mengerutkan dahi bingung, "Apa maksudmu?"

"Kau ingin bercinta denganku, kan?" bisiknya dengan suara serak di lekuk leherku. Hangat udara yang dikeluarkan dari mulutnya berhasil menimbulkan efek yang lebih hebat dan membuat nafsuku meningkat semakin cepat.

Aku sudah tidak tahan lagi. Aku tidak kuat menahan rasa yang menekan ini, aku butuh hal ini untuk dikeluarkan dan dilepaskan. Jadi aku pun mengangkat kepala Draco agar sejajar lagi denganku. Tanpa membuang waktu satu detik, aku mencium Draco sangat ganas.
Sialan memang hormon kehamilan ini karena membuat aku jadi tidak waras seperti ini!

Lucu sekali. Baru saja aku menangis menyedihkan, lalu menguras otakku untuk membaca tulisan si penyelamat, kemudian mengantuk karena kelelahan, sekarang aku malah sangat bersemangat menyerang tubuh Draco. Meminta Draco agar memberi kepuasaan atas tubuhku. Aneh memang tapi aku tidak peduli pada keanehan. Aku ingin meluangkan sebanyak mungkin waktu efektif seperti ini, bukan saja untuk memuaskan hormonku tapi lebih dari itu ... aku ingin memuaskan rasa bahagia dan rasa cintaku pada Draco.

"I love you, Draco." Kata-kata itu keluar setelah aku mendapat apa yang aku mau.

Draco membawaku dalam pelukannya, detak jantung Draco masih berdendang kencang. Dia membaui aroma rambutku, aku suka posisi ini. Rasanya menyenangkan bisa merasakan hangat napas Draco di atas kepalaku. Aku ingin napas itu selalu ada di sana, aku belum siap kalau napas itu tercabut dariku.

"Hiduplah untukku dan Scorpius."

"Ya. Aku akan berjuang. Kita akan berjuang. Aku dan kau akan selamat untuk Scorpius. I promise."

Janji memang sangat indah ketika diucapkan tapi rasanya sangat tidak menyenangkan ketika dikhianati oleh janji manis itu. Aku sudah pernah merasakannya dulu ketika bersama Harry dan Ron kita mengikat janji untuk selalu bersama dan mengalahkan Voldemort. Tapi nyatanya janji itu tidak bisa bertahan. Janji itu sudah terlepas.

Aku berharap janji yang disebutkan Draco sekarang bersifat kekal. Aku tidak mau janji itu kembali terlepas. Cukup satu janji saja yang aku relakan untuk terlepas bahkan menghilang dari peradaban, yaitu sumpah tak terlanggar Draco ke Voldemort. Karena aku mau janji Draco padaku bukan merupakan harapan tapi sebuah realisasi.

***
A/N :
Hai fellas...
Pertama aku mau minta maaf kalau aku update Chapter ini lama banget.

Kedua aku mau minta maaf juga kalau chapter2 ke depannya bakalan lama, soalnya di grup aku ada tantangan challenge bikin cerita (dan aku lagi bingung sama cerita aku 😢😢)

Ketiga aku mau minta maaf kalau ceritanya semakin semerawut persis kayak otak aku sekarang 😧😧. Kalau ada yang janggal tolong kasih tau aku ya biar aku perbaiki, makasih loh sebelumnya kalau kalian mau bantu 😊😊

Keempat aku mau ngucapin makasih buat kalian yang udah baca dan setia nunggu. Kalian daebak lah pokoknya!!! Jjang!!! (Kamus kecil : itu dua kata Korea yang artinya Keren dan Kece)

Terakhir sebagai tebusan rasa bersalahku aku update hari ini dua chapter tapi gak langsung aku update skarang ya... aku mau updatenya tengah malem... aku suka update tengah malam... rasanya tuh bikin merinding #apaansihgaje 😒😒😒

*hug*kiss*love*muachhhh 😙😘😚

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro