Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

#11. Cinta Yang Menyakitkan

Another knife in my hands
A stain that never comes off the sheets
Clean me off
I'm so dirty babe
The kind of dirty where the water never cleans off the clothes
I keep a book of the names and those

(I Never Told You What I Do For Living by MCR)


***

Draco membuka matanya, dan entah kenapa dia sangat bahagia dengan fakta ada seorang berambut mekar tertidur di pelukannya.

Draco sendiri tidak mengerti apa yang terjadi, yang dia tahu adalah Hermione Granger dan bayinya membuat cara pandang Draco berubah. Tidak. Bayi itu yang membuat hati beku Draco mulai mencair. Draco merasa begitu bahagia saat dia merasakan pertumbuhan bayi yang dulu dia sangat benci itu. Dia senang sekali saat tangannya merasakan pergerakan bayi itu.

Draco mengelus punggung telanjang Hermione sangat lembut. Karena anak itu juga, dia bisa merasakan hal lain pada Hermione. Dia melihat Hermione begitu bercahaya, dia ikut tersenyum saat Hermione bahagia, dan seketika itu hasrat dia pada Hermione tak bisa dia bendung. Untuk pertama kalinya Draco merasa begitu puas saat berhubungan badan dengan seorang wanita, bukan lagi kepuasaan tubuh tapi juga kepuasaan batin.

Dia bahkan tak lagi memikirkan perbedaan status yang membatasi dia dan Hermione. Semua kebencian dia terkikis, semua kegelapan yang menghantui pikirannya perlahan menguap. Pikiran Draco sudah diisi oleh satu titik cahaya yang membuat hatinya menghangat.

Sekali lagi Draco menurunkan tangannya ingin merasakan kontak lagi ke sumber kebahagiaannya. Dia mengelus perut Hermione sangat lembut, menanti tendangan putranya. Tapi tendangan yang diharapkan tak kunjung terjadi.

Mungkin bayinya sedang tidur?

Namun Draco tak menyerah, sekarang giliran kepalanya yang ikut menurun menuju perut istrinya.

“Scorpius Malfoy, Daddy's Here.” Satu tendangan terasa. Senyum Draco melebar.

Tendangan itu pun membuat Hermione bangun, alangkah lucunya melihat Hermione yang sedikit malu dengan keadaan tubuh polosnya padahal satu malam penuh tubuh itu sudah dicicipi oleh sentuhan Draco.

“Draco — ”

Draco membetulkan posisinya kembali seperti semula agar wajah dia bisa sejajar dengan wajah memerah Hermione. Sungguh, wanita ini sangatlah cantik walaupun hanya berbalut kesederhanaan.

“Bagaimana tidurmu?”

“Uhm … uhm … ba… ik,” Hermione menjawab tapi matanya tak membalas tatapan Draco.

Draco mengangkat wajah Hermione, memaksa Hermione melihat matanya yang diisi oleh kebahagiaan. “Kau cantik sekali.”

Kemerahan merekah semakin cerah di pipi Hermione. Draco tak bisa lagi menahan tangannya untuk tidak menyentuh kelembutan pipi itu. Tapi bahkan sentuhan tangannya tidak cukup, dia butuh sesuatu yang lebih dari ini.

Draco memajukan wajahnya sangat perlahan menuju ke salah satu tempat yang paling manis di yang tercetak sempurna di wajah Hermione. Saat bibirnya menempel di bibir wanitanya, saat itulah ledakan di hati Draco tidak bisa dibendung. Dia tidak bisa menahan dirinya lagi. Dia butuh ada di posisi yang paling dekat dengan Hermione.

“Hermione…,” Draco berkata lirih di atas cerukan leher Hermione yang memabukkan, “apakah tubuhmu masih kuat untuk — ”

“Masih, Draco.” Suara Hermione yang berat memotong ucapan memohon Draco.

Draco tak bisa lagi menahan segala hasrat yang menyiksa tubuhnya, dia butuh pelampiasan. Sekali lagi dia memasuki tubuh Hermione sekaligus mengunjungi rumah anaknya dengan penuh kelembutan.

***
Kalau boleh jujur, Draco belum puas. Dia tidak cukup dengan satu ronde, hasrat dia sedang menggila dan butuh kepuasaan yang jauh lebih banyak. Tapi dia tidak mau egois, Hermione sedang mengandung, dia tidak mau anaknya jadi tersakiti akibat tindakannya. Jadi, Draco terpaksa menahan diri.

“Draco…,” panggil Hermione sangat merdu dan sangat mengundang. Sialan, tahan … tahan … aku harus bisa menahan ini.

“Hm?”

Mereka sekarang berada di perpustakaan Manor. Hermione sibuk membaca salah satu buku yang sangat tua dengan kepala yang tertidur di paha Draco. Draco pun mencoba untuk mengalihkan segala pikiran kotornya dengan membaca buku, sayang buku yang dia pilih secara asal malah semakin membuat libido dia naik.

Cara-cara Memuaskan Pasangan Dalam Ranjang.

Buku itu benar-benar gila!

“Aku mau bertanya.”

“Silakan, tanya saja.”

“Tapi aku mohon jangan tersinggung ... aku hanya ingin memastikan.”

“Tidak, Hermione. Silakan tanya apa pun yang ingin kau tanya.”

Helaan napas panjang terdengar sebelum Hermione mengeluarkan suara yang begitu pelan, “Kau….” Hermione menggigit bibir bawahnya seperti tengah ketakutan. “apa kau benar-benar tulus pada Scorpius dan aku?”

Draco tidak suka dengan pertanyaan itu. Dia tidak suka dengan keraguan Hermione. Sungguh, dia benar-benar tulus. Tapi mungkin memang wajar saja Hermione berpikiran seperti itu, dia sudah sangat brengsek. Tangan dia sudah pernah melukai tubuh dan mental Hermione, tentu saja Hermione takkan mudah percaya dengan ketulusannya.

“Maafkan aku,” ujar Draco penuh dengan penyesalan. Dia bisa melihat satu titik air mata berjatuhan di pipi Hermione.

“Maafkan aku atas semua tindakan kasar yang dulu aku lakukan padamu.” Draco menambahkan.

“Tenang saja, Draco. Aku sudah memaafkan itu semua.”

Draco tersenyum miris, dengan jemarinya, dia hapus semua air mata itu. “Aku sangat menyesal. Sangat.”

Hermione lalu mengarahkan tangan Draco ke arah perutnya. Sekali lagi Draco merasakan semangat tendangan Scorpius.

“Kau belum menjawab pertanyaanku, Draco.”

“Aku sudah berubah, Hermione. Aku benar-benar tulus padamu dan Scorpius.”

“Ini bukan bagian dari aktingmu, kan? Semua ini tulus dari dalam hatimu, kan? Bukan lagi perintah Voldemort, kan?”

Voldemort. Nama itu membuat Draco sangat takut. Pikirannya berputar ke masa di mana dia dengan bodohnya menyetujui perjanjian tak terlanggar dengan isi untuk … Merlin, sumpah itu takkan bisa Draco patuhi. Hermione dan Scorpius harus selamat. Dia bahkan tidak peduli kalau dia mati, yang penting Hermione dan Scorpius. Mereka harus selamat.

“Draco…,” panggil Hermione yang menyelamatkan dia dari lamunan menyesakkan.

“Iya?”

“Kau belum menjawab pertanyaanku.”

Draco menunduk dalam sekali, dia tidak bisa menahan beban sebesar ini. Dia sungguh ketakutan. Dia pun tak bisa menahan air matanya. Merlin, beban ini menghimpit dadanya sangat kencang.

“Kau kenapa?” tanya Hermione panik.

Hermione menutup bukunya dan membenarkan posisinya agar bisa duduk tegak bersebelahan dengan Draco. “Kau kenapa?” tanyanya sekali lagi.

“Maafkan aku, Hermione. Maafkan aku. Aku bodoh sekali dulu tapi sekarang aku tidak mau melakukan itu. Aku tidak mau kehilangan dirimu dan Scorpius. Aku mau kita tumbuh menjadi keluarga yang bahagia. Tapi tidak bisa. Aku tidak bisa menuntunmu, aku tidak….”

“Draco, katakan apa maksudmu?! Aku tidak mengerti.”

Draco menggelengkan kepalanya pelan. “Aku tidak bisa mengucapkannya tapi kau bisa mencari tahu apa yang aku maksud. Masuklah ke pikiranku, Hermione.”

“Tapi—”

“Aku tidak bisa menjelaskan dengan mulutku tapi kau bisa tahu lewat pikiranku.”

Tak berapa lama kemudian, Draco merasakan pikirannya terbuka lebar untuk Hermione. Pedih sekali saat pikiran itu berjalan ke saat-saat terbodoh yang dulu Draco lakukan. Terutama saat Draco melaksanakan sumpah tak terlanggar untuk membunuh Hermione.

Legilemens Hermione terlepas, Draco tak berani membuka matanya. Cukup telinganya saja yang menangkap semua isakan Hermione.

“Kau mau membunuhku? Dan Voldemort mau membunuh Scorpius! Kenapa?”

“Hermione … semua itu terjadi sebelum pikiranku terbuka. Aku memang bodoh dulu tapi sekarang kau sudah memberikan cahaya pada hatiku.”

“Kenapa, Draco? Kenapa Scorpius? Dia bahkan belum lahir tapi kenapa Voldemort mau membunuhnya? Apa karena dia setengah muggle-born?”

“Aku juga tidak mengerti dengan rencana Dark Lord, Hermione.”

“Aku tidak ingin mati, Draco. Aku mau menjaga anak ini. Aku tidak akan membiarkan dia sendirian di dunia kejam ini. Dia harus tetap hidup dan aku akan tetap ada di sisi dia.”

“Iya … tenang saja. Aku akan berjuang agar kau tetap hidup. Kau berhak untuk hidup.” Aku yang akan mati, Hermione. Aku akan berjuang untukmu dan Scorpius.

“Aku juga mau kau hidup, Draco. Aku mau kita menjadi keluarga utuh. Aku mau kau hidup. Aku mau kita semua hidup. Aku mau kita hidup.”

Hermione menangis histeris di pelukannya. Draco pun tak kuasa menahan semua kesedihan ini, dia ikut larut dalam tangis yang sangat memilukan.

“Berjanjilah agar kau tetap hidup.”

“Hermione, aku tak bisa. Salah satu di antara kita harus ada yang berkorban dan aku siap untuk hal itu.”

Draco tak pernah membayangkan dirinya akan berkata picisan seperti itu tapi sekarang, saat dia ada di posisi ini … yang dia utamakan bukan lagi kebahagiaannya tapi ini semua tentang Hermione dan Scorpius.

Lucu sekali, dalam satu waktu kebahagiaan yang terjadi dalam hari Draco berubah menjadi keadaan yang paling menyedihkan di hati Draco. Tapi bahkan satu hari itu saja sudah lebih dari cukup, setidaknya Draco sudah menyaksikan dan merasakan bahwa cinta itu bukan lagi ilusi semu. Cinta itu terasa nyata walau pun terasa sangat menyakitkan.

***

A/N :
Wkwk... aku baru kelar nih langsung Update, jadi maaf kalau banyak typos karena nggak sempat ngedit.
Maaf juga kalau janji kemarin bualan banget  🙏🙏🙏.

Aku update secepat yang aku bisa karena aku takut kuota aku abis.

Eh btw, makasih ya buat yang tetap setia baca cerita ini. Cerita ini banyak kekurangannya memang, makanya aku juga mau minta maaf soal itu.

Sekali lagi makasih ya. Makasih banyak banyak. Kalian luar biasa.

*hug*kiss*love*muach 😙😘😚

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro