Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 7

Bayu menghela napasnya setelah sekian menit menatap sahabatnya yang sejak tadi hanya diam. Ken yang tengil sepertinya lenyap pagi ini. Nanda benar, sepertinya Ken stres dengan tumpukan masalah yang harus dia hadapi sendiri. Dan Bayu tahu di mana letak sumber masalahnya. Masih lagu lama, sikap kedua orangtuanya yang begitu menekan Ken.

"Ken," panggil Bayu memecah keheningan.

"Kayaknya gue udah nggak sanggup lagi deh, Bay," kata Ken pelan setelah dia menghela napas panjang. Bayu bahkan mampu mendengar suara helaan napasnya. Begitu berat.

"Nyokap lo kenapa lagi?" tembak Bayu.

"Cafe jalan tapi nikah sama Prisma. Atau Cafe tutup, gue bantu bokap dan nggak nikah sama Prisma. Bay, lo kan tahu cafe itu impian gue. Lo juga tahu gimana perjuangan gue."

"Terus kenapa lo ngrengek-rengek minta nikah sama Nanda?" tanya Bayu bersidekap.

Ken mengusap wajahnya kasar. Dia menghempaskan punggungnya pada sandaran kursi.

"Sekali ini aja, Bay. Gue diberi kesempatan untuk menikmati hidup. Gue bingung, gue ini anak atau aset sebenarnya?" lenguh Ken merapatkan matanya.

Bayu mengerti apa yang Ken inginkan. Bayu juga paham apa yang Ken rasakan. Dia tahu semuanya sejak kecil Ken hidup di bawah tekanan, perintah. Bayu ingat bagaimana dulu kecilnya Ken, menatap penuh minat pada Bayu yang petakilan tanpa takut sesuatu. Ingin ikut seperti yang Bayu lakukan.

"Gue boleh nangis nggak sih, Bay? Gue beneran capek tahu nggak? Kadang gue mikir, apa iya gue ini anak kandung? Jangan-jangan gue anak pungut, Bay," desau Ken tanpa bisa menutupi rasa lelahnya.

"Jangan drama deh, Ken. Ken yang gue kenal nggak gampang nyerah. Gue tahu, lo cuma butuh istirahat. Ken,"

"Gue nggak butuh istirahat. Kayaknya gue butuh sesuatu yang lebih, Bay."

Bayu menyipitkan matanya, menatap Ken waspada. Sementara Ken yang larut dalam perasaannya hanya membuang napas singkat lewat mulutnya. Tidak menyadari tatapan Bayu.

"Gue nggak mau ya lo nyentuh alkohol," kata Bayu.

"Siapa yang doyan? Gue butuh tempat bersandar."

"Ini kan lo lagi bersandar sama gue."

"Tempat pulang, Bay."

"Sejauh apa lo lari, Ken. Lo pasti datengin gue kalau lagi ada masalah," jawab Bayu.

"Yang bisa memahami gue, Bay."

Bayu berdecak, menguraikan lipatan tangan di dadanya. Lalu menggetok kepala Ken dengan gemas, di depannya.

"Gue kurang mahamin lo gimana?"

"Bukan itu, Bay!" dengus Ken mulai kesal.

"Terus apa?"

Ken terdiam, menegakkan tubuhnya tanpa melepaskan punggungnya dari sandaran kursi. Dia seperti berpikir sejenak.

"Segimana nakalnya laki-laki, pasti dia butuh perempuan di hidupnya kan, Bay?"

"Tapi jangan Nanda!" Sertamerta Bayu menolak mentah-mentah sebelum Ken memperjelas apa yang dia inginkan.

"Emang kenapa sih?" dengus Ken.

"Nanda itu orang baik, Ken. Masa iya gue tega biarin karyawan gue dapet orang sakit macam lo?"

"Tuh jelaskan. Bagian mana yang lo bilang lo pahamin gue? Lo cuma lihat buruknya gue doang," ujar Ken menyinggung kalimat Bayu yang katanya memahami Ken.

Bayu terdiam. Menatap Ken lekat-lekat. Di dalam benaknya, dia meringis tipis. Antara prihatin dan tidak tahu harus bagaimana. Kalau dia membantu Ken untuk mendekati Nanda, dia merasa kasihan sama Nanda.

Nanda di mata Bayu adalah sosok perempuan langka. Idaman masa depan. Mandiri, keras tapi punya hati yang lembut. Keras dalam artian tidak sembarangan menjatuhkan hatinya. Nanda itu orangnya selektif soal pasangan. Yang pernah Bayu dengar, Nanda pernah ditinggalkan begitu saja setelah setahun tunangan dan tahu-tahu tunangannya nikah sama teman SMA Nanda. Terus di sekitar hidup Nanda yang penuh dengan pengkhianatan entah itu selingkuh atau ketidakpedulian.

"Nanda itu keras, Ken," ujar Bayu dengan nada melunak.

"Tapi gue lihatnya nggak begitu."

"Gue bicara serius. Nanda orangnya keras, selektif. Nanti yang ada lo malah tambah tertekan. Mending yang lain aja, Ken."

"Biasanya kalau yang selektif nanti sayangnya pakai banget, Bay," jawab Ken bersikukuh.

"Iya, tapi sakitnya pakai banget kalau jatuh. Gue ingetin lo sebagai teman, Ken. Kapan gue jeblosin lo ke sesuatu yang salah?"

"Seenggaknya itu pilihan gue. Bukan perintah atau tekanan dari orangtua gue. Kali ini aja, Bay. Gue pengen rasain sesuatu yang memang pilihan gue."

Bayu terdiam, tidak punya alasan lagi untuk membantah. Bukan sesuatu yang salah memang dengan apa yang Ken inginkan. Bayu memang pengen lihat Ken bahagia menjadi dirinya sendiri setelah banyak hal yang Ken lalui. Tapi apa iya harus dengan cara yang seperti ini?

"Pastiin lo udah siap jatuh, Ken."

"Lo tahu gue kan, Bay. Kalau gue jatuh, gue pasti akan cepat bangkit."

Bayu paham. Tapi ini masalahnya berbeda. Ken tidak pernah bermain hati apalagi untuk urusan seserius ini. Ken bahkan tidak pernah pacaran. Ken hanya bersenang-senang dengan perempuan. Jadi mana tahu dia tentang sakit hati atau patah hati? Bayu yang sekali-kalinya patah hati, sakitnya sampai sekarang. Sampai dia ikut-ikutan Ken tidak pernah pacaran lagi. Ditinggal saat lagi sayang-sayangnya itu sakitnya abadi. Itu pendapat Bayu jujur dari dalam hatinya.

"Tapi ini beda, Ken. Gue tahu lo pernah pacaran. Tapi itu cinta monyet. Biji jagung mungkin. Lo pacaran tiga bulan aja nggak ada. Itu juga cewek yang nembak lo. Gue tahu lo cuma iseng waktu itu."

"Dan ini akan jadi pertama kalinya gue serius. Mungkin pertama dan terakhir. Gue cuma pengen sekali ini aja dalam hidup gue."

"Siap dengan resikonya?"

Ken mengangguk mantap. Membuat Bayu mengembuskan napas, mengalah untuk keinginan Ken. Bayu hanya berharap mudah-mudahan keinginan Ken adalah sebuah jalan bagi Ken menjemput masa depannya.
***

31 okt 2018
S Andi

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro