Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 25

"Kamu dari mana?" tanya Bayu dengan kerenyit di kening, mendapati Nanda sore-sore memasuki Cafe miliknya. Ia tahu Nanda jatahnya libur hari ini.

Gadis itu berdecak, mendesah singkat lalu duduk di hadapan Bayu.

"Saya bingung," ujar Nanda lengkap dengan raut wajahnya, "Sebelumnya sih saya yakin. Tapi sekarang bingung. Ragu lebih tepatnya."

"Ragu kenapa?" tanya Bayu pelan sambil menerka kemungkinan apa yang membuat asistennya meragu.

Nanda menopang dagu. Terlihat sedang berpikir. Laki-laki di hadapannya diam, menunggu dengan sabar.

"Menurut Mas Bayu gimana? Saya harus lanjut sama Ken atau enggak? Saya ragu. Tapi saya udah terlanjur bikin komitmen. Ini gara-gara Mas Bayu comblangin saya sama dia!"

Bayu mendelik. Bisa-bisanya Nanda menyalahkan dirinya. Kalau saja bisa, Bayu sudah menolak paksaan Ken untuk mengenalkan Nanda. Tapi Bayu tidak bisa setega itu sama teman. Apalagi ini pertama kalinya Ken terang-terangan bilang menyukai Nanda, asistennya. Bayu sendiri kalau tidak profesional, menahan diri, sudah pasti Nanda dipepetnya. Sayang, Bayu tahu diri, Bayu bukan tipe Nanda. Belum PDKT-pun, ia sudah mundur duluan.

"Kalau kamu cuma kasihan sama dia, mending berhenti aja nggak apa-apa, Nda. Paling dia patah hati seminggu dua minggu. Tapi kalau nggak ya coba jalani aja dulu. Mana tahu emang Ken itu jodoh kamu. Apa kamu mau aku yang jadi jodoh kamu? Dengan senang hati, Nda," jawab Bayu berusaha netral. Tapi kalimat terakhirnya membuat Nanda berdecih. Di tengah jawaban seriusnya, masih saja Bayu menyelipkan gombalan recehnya.

Nanda terdiam, menimbang keputusan apa yang harus dipilih. Sementara Bayu hanya menahan senyum sambil menekan kembali tuts-tuts keyboard laptop, melanjutkan pekerjaannya. Tidak lama, terdengar helaan napas panjang dari gadis itu. Dilihatnya Nanda mengeluarkan ponselnya.

"Halo, Ken? Ken, aku mau kita sampai di sini aja. Kita putus," ucap Nanda dengan lantang seolah sangat yakin dengan keputusannya. Kemudian ia memasukkan kembali ponselnya. Dadanya naik turun. Terlihat sekali tangan Nanda gemetar, saling bertumpu di meja. Gadis itu memejamkan matanya lalu tertawa lirih.

Mendengar ucapan Nanda, Bayu mengangkat wajah. Bibirnya setengah terbuka. Jujur saja, ia sangat terkejut dengan keputusan sepihak dari Nanda. Dia saja terkejut apalagi Ken? Ia pernah bilang, Ken adalah laki-laki baik yang tidak mungkin menyakiti Nanda. Namun ia meragukan Nanda. Dan saat ini yang terjadi, perkataan Bayu seolah dibenarkan oleh Nanda. Laki-laki itu kini tidak tahu harus bicara apa. Semua terjadi secara tiba-tiba di hadapannya.

"Kenapa kamu mutusin dia?" tanya Bayu sedikit terbata.

"Mas Bayu yang bilang kalau cuma kasihan atau terpaksa mending nggak usah," jawab Nanda santai.

Gadis di hadapannya benar-benar tidak bisa ditebak. Bayu mengembuskan napas. Ia sedang memilih kata yang tepat agar mendapatkan jawaban yang pas.

"Tapi aku tadi nggak bilang terpaksa," ujar Bayu masih sambil memutar otak menemukan kalimat yang tepat.

"Sama aja artinya. Mas Bayu pasti bingung kenapa saya mutusin Ken."

"Iya, jelas," jawab Bayu tanpa ragu.

"Kayak gitu keadaan saya. Saya bingung mau lanjut atau enggak. Kayaknya saya nggak sanggup lihat Ken jatuh melulu. Baru mau bangkit, udah dijatuhin lagi. Saya barusan dari Cafenya Ken. Ketemu Ken lagi bertengkar sama orang tuanya."

Bayu terdiam. Sesaat kemudian mengangguk paham. Satu hal yang baru ia ketahui soal Nanda. Gadis itu enggan menghadapi keributan. Ia lebih menyayangi mentalnya sendiri. Segala jenis pertengkaran apalagi yang memakai nada tinggi dan sejenisnya membuat kepala Nanda seperti ditarik kuat secara tiba-tiba. Sakit dan berdenyut disertai debaran keras di dada.

"Kamu nggak mau diobrolin dulu berdua?" tanya Bayu. Ada sedikit rasa bersalah karena sebelumnya pernah melibatkan Nada untuk menenangkan Ken setelah keributan cafenya yang dirusak orang. Bayu tidak menaruh curiga apapun karena saat itu Nanda seolah baik-baik saja.

"Nggak tahu," jawab Nanda ambigu.

"Tapi kalau Ken minta kesempatan, kamu mau kasih nggak?" Bayu masih mencoba menahan Nanda.

"Tergantung. Tapi kayaknya Mas Bayu perlu temenin dia. Kalau Mas Bayu nggak terima sama keputusan saya, saya bisa mengundurkan diri dari pastry-nya Mas Bayu. Maaf, saya udah menyakiti teman Mas Bayu," ucap Nanda.

"Nggak gitu, Nda. Bukan gimana-gimana. Terus terang aku masih bingung. Tiba-tiba kamu bilang ragu. Padahal kemarin-kemarin kamu baik-baik aja. Jadi tuh aku kayak lagi jalan ditempat gelap."

"Ya abis gimana? Saya lihat sendiri gimana Ken berantem sama orang tuanya. Kalau dilanjutin pasti dia semakin tersakiti."

"Tapi setidaknya dia punya tempat untuj bersandar, Nda," ujar Bayu dengan bijak, "Tapi ya udah, kamu udah memutuskan."

Nanda tertunduk. Memang, apa yang dikatakan Bayu ada benarnya. Tapi ia sendiri tidak tahu harus bagaimana menghadapi rasa sakit di kepala tiap kali mendengar suara nada tinggi.

"Saya pamit. Nanti kalau ketemu Ken, bilang saya minta maaf ya, Mas Bayu?" ucap Nanda lirih. Ia beranjak pergi, menyeret kaki.

"Nda? Tapi kamu masih ada perasaan buat Ken nggak?"

Nanda yang sudah mencapai pintu, menoleh ke arah Bayu. Bibirnya tersenyum getir. Ia tidak menjawab.

"Kenapa? Mas Bayu mau gantiin posisi Ken?"

Nah, kan. Bayu meringis kaku. Nanda masih saja bisa bercanda. Laki-laki itu mengembuskan napas gusar. Apa yang harus dijelaskan pada Ken nanti?

***

Tbc

🤣🤣🤣finally after many years... Saya lanjutkan lagi kisah ini meski sedikit.

8 Oktober 2022
Salam,
S. Andi

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro