Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 16

"Pak Boss," panggil Arul tidak tahan ketika melihat Bossnya sejak tadi bersiul sambil menggiling biji kopi.

Hari ini, Ken mengambil hampir seluruh pekerjaan anak buahnya. Hatinya bukan lagi sedang baik. Tapi luar biasa baik.

"Hm?" sahut Ken tanpa mengalihkan tatapannya dari mesin penggiling kopi sambil menikmati aroma biji kopi itu.

"Pak Boss belum makan siang. Ini hampir jam dua siang," ucap Arul mengingatkan.

"Dikit lagi," jawab Ken lalu terdiam sesaat. Keningnya mengernyit sebelum akhirnya bergerak cepat menatap Arul, "Kamu tumben perhatian sama saya?"

Arul meringis tipis. Salah lagi, gumamnya dalam hati. Tangannya mengusap tengkuk, tidak tahu harus menjawab apa. Takut merusak suasana hati Bossnya yang sedang berada di titik yang sangat baik.

"Anu, Pak,"

"Makasih, ya. Oya, kayaknya saya pulang cepat hari ini."

"Oh, itu bagus, Pak. Soalnya tapi Ibunya Pak Boss telfon ke nomor kantor untuk mengingatkan Pak Boss buat pulang cepat. Tapi saya lupa kasih tahu ke Pak Boss," ucap Arul.

"Bukan masalah," jawab Ken ringan disertai dengan senyum bijaknya.

Reaksi Ken membuat Arul mengernyit lebih dalam. Satu-satunya alasan yang Arul tahu kalau seseorang bersikap tidak wajar seperti Ken, mendadak seperti malaikat, adalah karena jatuh cinta. Tapi masa iya? Selama ini Arul tidak pernah melihat Bossnya kencan atau sibuk pendekatan dengan perempuan. Jadi itu mustahil di mata Arul.

Sementara itu, Ken menyunggingkan senyum miringnya. Biar saja semua menatap aneh katanya. Yang penting, Nanda sudah mau membuka jalan bagi Ken untuk mendapatkannya. Itu saja lebih dari cukup untuk kali ini.

"Ken,"

Tanpa harus mengangkat wajah, Ken tahu siapa pemilik suara itu. Dia mendekat tanpa bisa masuk ke area bar miliknya. Yang Ken tahu, kedatangan perempuan itu pasti dianggap menjadi jawaban bagi anak buahnya.

"Cuma mau ingetin kamu, jangan lupa pulang cepat. Aku dan keluarga diundang untuk makan malam sama orangtuamu," ucap perempuan itu dengan senyum manisnya.

Ken menaikkan alisnya sebelah. Menghela napas singkat. Apa yang Prisma katakan waktu itu di depan Nanda bukan sekedar lelucon. Tapi Prisma melakukannya bukan karena tertarik pada Ken. Lebih pada dendamnya pada Nanda. Sayang, kisah lama terulang kembali pada orang yang berbeda.

"Oh, aku nggak lupa," jawab Ken sama sekali tidak tertarik untuk membahasnya.

"Kamu udah milih tanggal untuk pertunangan kita? Aku udah, 17 dua bulan lagi," katanya mantap dengan mata berbinar.

Ken terdiam sejenak. Merasa diuntungkan dengan informasi dari Prisma. Maka dia harus memikirkan cara agar pada tanggal itu tidak terjadi apapun. Kalaupun terjadi, Ken berharap itu tanggal milik dirinya dengan Nanda. Meski terlihat mustahil menaklukkan Nanda dalam waktu dua bulan.

"Tanggal yang bagus," jawab Ken singkat tapi berujung pada senyuman lebar di wajah Prisma yang mendadak berseri.

"Sampai jumpa nanti, Ken," ucap Prisma melambaikan tangan singkat sebelum melangkah pergi dari hadapan Ken.

"Cantik, Pak Boss," bisik Arul setelah perempuan itu benar-benar pergi. Membuat Ken terlonjak bahkan hampir saja menepak kepala asistennya itu karena kaget.

"Buat kamu aja," dengus Ken sambil melepas apron dan memberikannya pada Arul.

"Pak Boss, mau ke mana?" tanya Arul melihat kepergian Bossnya.

"Makan siang. Kalau ada yang cari saya, bilang aja lagi keluar. Lama!"

Arul hanya menggelengkan kepala. Benar kan, Bossnya sedang jatuh cinta. Dan perempuan itu adalah yang baru saja dia lihat. Bossnya memang tidak diragukan lagi soal selera. Model iklan pun kalah sama perempuan tadi.

Arul menarik napasnya. Tersenyum sendiri membayangkan jika saja dirinya berada di posisi itu. Hidup terlalu sempurna mungkin. Tidak lama Arul tertawa kecil. Menyadari kekonyolannya, bermimpi untuk hal yang sangat tidak mungkin.

***

"Pak, close tamu ya?" Nanda terdiam menunggu jawaban Bayu yang sedang sibuk menyiapkan bahan untuk pesanan dessert dan hanya dibantu satu orang karyawan karena seorang lagi sedang ijin.

Sementara Mella dan seorang karyawan lain bagian depan, sedang sibuk menyiapkan tempat untuk packing nanti. Nanda sendiri sedang duduk di depan monitor kasir.

"Atur aja, Nda," sahut Bayu tanpa mau berpikir panjang karena fokus pada pekerjaannya.

"Oke. Makanya kan saya bilang, Pak. Kita butuh tambahan tenaga."

"Nanti, Nda. Lihat progressnya dulu," jawab Bayu kalem. Jawaban yang sama untuk kesekian kalinya.

Nanda hanya bergumam. Entah, bossnya terlalu menikmati profesinya. Berkutat dengan tepung dan teman-temannya. Katanya, perpaduan aroma tepung dan ragi membuat otaknya lebih rileks. Ah, itu hanya alasan Bayu saja.

"Nda, kamu bisa pesan makan di luar nggak? Kita belum makan siang lho," kata Bayu mengingatkan. Ingat karena perutnya sendiri mulai merasakan perih.

"Ah, ya. Kayaknya ada resto baru buka. Bisa kita coba ya, Pak?"

"Boleh, bayar pake uang kamu dulu ya," pinta Bayu tanpa ada dosa.

"Eh?" Nanda mengatupkan mulut. Merasa menyesal sudah merekomendasi restoran baru untuk Bayu. Bukan apa-apa. Bayu pasti ganti uangnya, Nanda tahu itu. Tapi dengan catatan kalau ingat. Sayangnya, Bayu sering lupa.

"Tutup? Kok tutup, Bay. Kenapa?" seru seseorang menarik perhatian semuanya. Lelaki itu celingak-celinguk menatap penjuru Cafe.

"Hai, Ken. Kebetulan lo datang. Bantuin gue sini," sahut Bayu menyadari siapa pemilik suara itu.

"Nggak ah. Lo aja kalau suruh bantuin gue selalu nolak," jawab Ken sambil menghampiri Nanda. Kalau dulu, Bayu adalah tujuan Ken datang ke Cafe sahabatnya itu, sekarang berbeda. Nanda adalah alasan pertama mengapa Ken datang tak tahu waktu. Semau dia saja.

"Terus lo kenapa kemari?" tanya Bayu tak senang.

Ken menarik lebar senyumannya, "Ketemu Nanda. Nda, udah makan belum? Temenin aku makan, yuk. Bay, gue minjem Nanda. Paling sejam aja!"

"Ntar aja! Gue butuh Nanda banget hari ini. Orderan banyak nih. Kalau mau lo bantuin gue dulu!" tolak Bayu mentah-mentah.

"Emm, Pak Ken mending antar saya beli makan siang. Tapi pakai uang Pak Ken dulu ya. Nanti Boss Bayu yang ganti."

"Oh, gitu? Bay, Nanda yang minta ya? Ayo, Nda. Kita makan di luar sambil nunggunya nanti."

"Nda!!!" erang Bayu mulai kesal. Ada rasa tidak rela ketika dengan mudahnya Ken mendapatkan posisi itu dari Nanda. Sementara Nanda hanya menjulurkan lidah, meledek penuh kemenangan sebelum bergegas bersama Ken.

"Pak Boss cemburu ya?" ledek Komang, anak buah yang hari ini membantu Bayu membuat dessert.

"Menurutmu?" dengus Bayu memukul adonan tepung dengan kesal. Tidak peduli dengan kekehan geli dari lelaki lulusan tataboga itu.

***
Tbc
Cieee pak bos cemburu. Kalian Bayu apa Ken?
06 November 2018
S Andi

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro