(36.2) A Day with SISA-an
Cepet kan publish lanjutannya? Jangan jadi silent readers ya, ngeklick Bintang / komentar ga nyedot kuota banyak-banyak kok.
Happy reading!
.
.
.
"NIKAH!?" Seruan Agnes dan Sania membuat mahasiswa yang sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing menoleh penuh minat. Ify hanya bisa menutup wajahnya dengan kedua tangan. Berusaha meminimalisir kemungkinan mereka mengingat dirinya sebagai salah satu anggota dari perkumpulan orang berisik.
"Lo dua hari lagi nikah dan masih berkeliaran, Pia!? Otak lo kececer di mana sih?" seru Sania gemas dengan tangan kanan yang menunjuk kepalanya sendiri.
"Gue kira, lo bakal dipingit dua tahun sebelum nikah?" imbuh Agnes dengan wajah seriusnya. Ucapannya itu lucu, tapi wajahnya tidak menyaratkan hal yang sama.
Tuhan, kenapa teman-temanku secacat ini ya? pikir Ify menahan tawa. Profesi Sania sebagai arsitek dan Agnes sebagai apoteker ternyata tidak membantu mengurangi kegilaan mereka ketika berkumpul.
"Lo berdua gila, ya?" ujar Sivia dengan mode kalemnya. Di antara SISA-an, dialah yang paling tenang. Meski jika sudah berdua saja dengan Ify, dia sama gilanya seperti Agnes dan Sania.
"Tapi, lo beneran nikah karena Ify?" Sania melirik Ify yang duduk di sebelah kanannya. "Wah, jago lo jadi mak comblang. Gue mau juga dong, Fy!"
"Arsitek mah nikah aja sama kuli bangunan, kan cocok!" seru Agnes sembarangan, membuat tawa yang Ify tahan akhirnya menyembur juga.
"Apoteker nikah aja sama ulekan obat!" balas Sania tak mau kalah.
Sivia yang melihat Ify terbahak tersenyum penuh arti, kemudian matanya mengintip ke arah bawah meja. Tempat ponselnya tersembunyi dengan sambungan yang tidak terputus sejak percakapan seriusnya dengan Ify dimulai.
"Wasting time tahu nggak ngobrol sama lo, Minyak," sahut Agnes sambil mengaduk es teh manisnya.
"Wasting time, wasting time, tapi diajak ketemuan, mau. Nggak konsisten lo Agnes nggak nikah-nikah."
Agnes pura-pura tersakiti dengan memasang wajah berduka dengan perkataan keji dari Sania, meski tak lama kemudian tertawa. "Sooo... who's next nih setelah Pia? Jangan-jangan... lo lagi, Fy."
"Hm?" Alis kanan Ify terangkat refleks, ketika Agnes yang duduk berhadapan dengan Sania memusatkan perhatian padanya dengan pertanyaan super sensitif itu. "Nggak, gue aja mau ditinggal nikah dua hari lagi."
"APA!?" seru Agnes dan Sania bersamaan.
"Kok bisa!? Lah, barengan dong sama nikahan Pia??" tanya Sania, tubuhnya sampai miring ke kanan agar bisa langsung menatap wajah samping Ify.
"Jangan-jangan, ini ya, yang mau kalian berdua bahas secara pribadi itu?" Pertanyaan Agnes membuat Sania mengangguk-angguk persis boneka pajangan di dasbor mobil.
"Wah, kalian bener-bener kriminal. Kita ini sama-sama spesies SISA-an, tapi malah main rahasia-rahasiaan. Segini aja nih persahabatan kita, Girls!?" Sania mendramatisir keadaan.
"Bukan gitu, Guys, gue sama−"
"Jadi gini," sela Ify memotong pembicaraan Sivia. Guru muda satu itu bisa membeberkan seluruh kisahnya tanpa dipilah jika bercerita, dan itu hal yang mengerikan bagi Ify. Walau SISA-an memang sudah sangat dekat dan sering kumpul bersama. Tapi, Ify tetap tidak senang jika ada orang lain yang mengetahui kenyataan dari masa lalunya.
Sivia tahu saja bukan karena keinginan Ify, tapi karena keadaan yang memaksa dan Ify tak dapat mencegahnya.
"Ini tentang kenapa gue merantau ke Jakarta buat kuliah dan kerja. Tentang kenapa gue bersikukuh untuk tetep UAS di saat Bokap meninggal dan nggak balik tinggal di Bandung meski Bokap gue udah nggak ada."
Sivia menelan ludahnya. Satu fakta terkuak dari bibir Ify sendiri dan dapat dipastikan, orang di ujung sambungan telepon genggamnya itu pasti mendengarnya. Sivia menggenggam ponselnya semakin erat tanpa sadar karena merasa tegang dengan kelanjutan ucapan Ify.
Sorry, Fy. I have no choice, Trio berhak tahu semuanya.
"Gue mencari orang. Lebih tepatnya, teman main, sahabat dan... cinta pertama gue."
Sania menutup bibirnya, sementara bibir Agnes yang sempat menempel di ujung sedotan terbuka begitu saja mendengar pengakuan Ify.
"Trus kalian ke− Aduh!"
Agnes memukul bahu kiri Sania dengan gulungan brosur di tangannya. "Denger sampe kelar dulu kenapa sih!?" protesnya.
Sania mengerucutkan bibirnya, namun dia menuruti perkataan Agnes untuk bungkam.
Ify melanjutkan ceritanya. "Dia... nggak ada kontak sama sekali selama lima belas tahun. Saat gue duduk di bangku SMA kelas tiga, gue kebetulan ketemu teman lama di salah satu tryout gabungan. Dia bilang, dia pernah ketemu sama cinta pertama gue itu di Jakarta. Dan... gue juga tahu kalau orang yang gue cari itu tumbuh besar di kota ini.
"Gue berusaha mati-matian untuk belajar biar dapat beasiswa di Jakarta. Seenggaknya, orang tua gue bakal berpikir dua kali untuk nggak ngizinin gue kuliah di sini. Dan gue berhasil.
Gue kuliah dan ketemu kalian. Trus gue paruh waktu sebagai penulis lepas website jalan-jalan untuk wilayah Jakarta. Tujuannya? Biar kemungkinan gue ketemu orang itu lebih besar.
"Kalian juga tahu, kan? Kalau gue ini punya darah langka."
"AB..." jawab Agnes tanpa sadar.
"Rhesus negatif," imbuh Sania.
"Ada sebuah portal berita di media online yang bilang, kalau jumlah pemilik darah rhesus negatif di Indonesia, hanya sekitar 1%. Dan gue pikir, kalau mungkin karena darah langka ini. Gue bisa ketemu dia lagi." Selain untuk membungkam mulut semua orang yang ingin tahu kenapa aku bisa berdarah AB negatif?
"Sampai suatu ketika, gue diterima kerja di perusahaan EO terbesar di Jakarta karena keluarga pemilik perusahaan, yang gue donorin darahnya itu merasa berutang budi. Dan, yaaaah... kami akhirnya ketemu di suatu rapat." Ify menjeda ucapan dengan menyeruput jus alpukat pesanannya.
"Belum lama ini, di tempat Sivia pesan baju pengantin. Gue baru tahu kalau dia mau nikah sama orang lain. Padahal selama kebersamaan kami setelah ketemu, dia jelas-jelas bilang kalau dia sayang sama gue."
Brak! Bukan hanya SISA-an, tapi seisi penghuni kantin ikut terkejut ketika Agnes menggebrak meja secara tiba-tiba.
"Jadi selama ini, lo nyariin cowok selemah dia, Fy!? Bilang sayang, tapi nggak berjuang! Wasting time abis lo, sumpah!" ujar Agnes berapi-api.
"Bukan itu yang terpenting," kata Sania menatap Agnes yang matanya berkilat menahan marah. "Lo nggak ikut mengantar jenazah Bokap lo pas pemakaman, lo nggak ikutin saran Nyokap lo buat balik ke Bandung setiap liburan. Bahkan lo tetep bekerja meskipun kiriman orang tua lo selalu cukup buat nraktir kita berempat di kantin selama sebulan. Dan itu semua karena cowok pengecut yang nggak perjuangkan rasa sayangnya ke lo sama sekali, Fy."
Sivia mengangguk-angguk mantap mendengar ucapan berbobot dari bibir Sania untuk pertama kalinya. Itu hal yang sangat mewakili unek-uneknya tentang kebodohan Ify selama ini. Ify bukanlah gadis yang susah dari golongan ekonomi, tapi dia justru seolah mempersulit hidupnya sendiri hanya demi seorang Alvin.
"Guys, kalian nggak kenal Alvin," bela Ify.
"Dan betapa bodohnya lo yang masih ngebelain cowok itu, Fy?!" kata Agnes tak peduli dengan tatapan tajam Ify padanya. "Lo boleh jatuh cinta sama cowok mana pun di dunia ini. Tapi lo nggak boleh sampai do stupid things karena dia. Apalagi kalau yang lo terima dan yang lo dapatkan nggak sepadan. Percuma, Fy!"
"Gue punya alasan untuk itu!" seru Ify tak terima. Ketika mendapati ketiga mata temannya menatap Ify tanpa kedip. Ify pun melanjutkan ucapannya yang menggantung. "And I keep that to my self."
Sania dan Agnes menghembuskan napas sebal. Ini namanya sudah makan belum kenyang tapi dipaksa berhenti, belum puas sama sekali! Informasi yang Ify berikan persis seperti perumpaan itu.
"Tapi, nggak menutup kemungkinan Ify nikah setelah gue sih."
Ucapan Sivia membuat sisi lapar Sania dan Agnes bangkit kembali. "Bosnya Ify naksir dia dan butuh restu kita buat ngelamar Ify," sambungnya dengan mata mengerling. Denger tu Trio! Gue bantu biar lo mengantongi restu SISA-an. Awas aja kalau gaji Kak Dimas nggak dinaikin!
Kehebohan pun lantas terjadi ketika Sania dan Agnes memaksa Ify bercerita mengenai bagaimana Ify bisa dekat dengan sang Bos yang tidak lain adalah Trio Langit Shuwan.
"IG, Twitter, Facebook, ask.fm, friendster?!" serbu Sania yang menanyakan semua media sosial Trio ketika Ify berhasil menyelesaikan kisahnya dengan si Bos Kaku itu.
"Bos Kaku mana mungkin punya socmed, kasihan followersnya-lah, yang dlihat tiap hari wajah tanpa senyum dan mengintimidasi," celetuk Agnes membuat Ify lantas terpingkal.
"Lo akan menyesal mengatakan hal itu, Nes. Seriously," jawab Sivia dengan pandangan horor. Subyek yang barusan lo hina sekarang lagi denger semua pembicaraan kita! jeritnya hanya berani dalam hati.
"Ganteng banget ya, Pia?" tanya Sania yang benar-benar penasaran. "Ganteng mana sama suami lo??"
Wah, matilah! Gue harus jawab apa!? "Ng..." Sivia berpikir keras. Mengunggulkan calon suami berisiko pada pekerjaan Dimas. Mengunggulkan Trio akan membuat teman- temannya meragukan cinta Sivia pada sang calon suami. Tik-tok-tik-tok, waktu berjalan dalam keheningan. Hingga akhirnya, sebuah suara membuat Sivia membatin penuh rasa syukur.
"Kalian lupa sama Kak Dimas senior kita? Yang Sivia taksir sepulang dari Banten itu!" kata Ify memecah kesunyian.
"OH! Si triplek berjalan itu, ya!?" sahut Agnes mantap. "Gila, tu orang kan datar banget, bisa-bisanya nikah sama makhluk model begini?" sambungnya sambil menunjuk Sivia yang duduk di sebelah kiri Agnes.
"Better Trio sih menurut gue, lebih ekpresif dan banyak bicara, cuma ya..." Ify menggantungkan ucapannya, "mulutnya lebih nyebelin daripada pemilik kosan gue."
Sivia merasa ponselnya bergetar, menandakan sebuah pesan masuk. Sivia mengernyit membaca nama pengirim pesan itu setelah menyadari bahwa sambungan telepon mereka telah terputus.
I'm here. Gw akan dengerin semuanya sendiri.
Trio di sini!? Sivia sontak berdiri dari duduknya, membuat ketiga temannya menatap heran. "Gu-gue ke toilet dulu." Dengan kaku, Sivia berjalan ke arah toilet yang ada di area kantin kampus dengan mata menyisir setiap sudut.
Sania dan Agnes pun memandangi Ify penuh tanya.
"Kembar dempet lo kenapa, Fy?" Sania bersuara lebih dulu.
"Melawan adat sih, harusnya dipingitmalah berkeliaran, mulai gila kan dia."
"Heh!" hardik Ify meski kemudian tertawa.
BERSAMBUNG
Part ini kudedikasikan untuk MY FAAN (bacanya: my fun).
My partner in ke-crazy-an tanpa batas.
Miss u so bad, Gengs!
Trims buat semua yg udah baca, apalagi klik bintang dan kasih komentar. I love u so so somay Guys! Eh salah, so much!
See you next part!
101117
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~Pada 3 Juni 2020 aku publish cerita ini di Dreame dan meng-cut sebagian kontennya di Wattpad. Tapi karena kontrak dengan Dreame usai, aku memutuskan untuk re-publish Marry Me if You Dare di Wattpad pada hari ini 20 Maret 2024Selamat baca ulang untuk followers lamaku, dan halo salam kenal untuk followers baru(^_^)
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro