Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

(31) Don't Talk About Him

Unsur psikologi di cerita ini butuh masukan dari orang yang paham, apabila ada kesalahan, mohon maaf. Kritik dan sarannya bisa dikirim via private message ya man teman, thankyou ^∇^

Enjoy my story and happy reading!

Part 31 – Don't Talk About Him


Aku tahu....

Ada banyak hal di dunia ini yang tidak memiliki jawaban pasti

Termasuk, perasaanku saat ini

Sivia yang sadar bahwa keluarga Shuwan merupakan orang yang bisa melakukan apa saja memilih untuk keluar ruang rawat Ify, memberikan kesempatan Dara dengan suami dan adik lelakinya itu memiliki quality time bersama si gadis pandablood.

Di depan pintu kamar yang tertutup, Sivia terus saja mondar-mandir sambil memukul pelan bibirnya. "Mulut nggak tahu diajarin, asal aja ceplas-ceplos, kalau Ify beneran dinikahin sama Bosnya yang punya kepribadian ganda gimana..? Kelar udah, kelar! Ify bakalan berurusan seumur hidup sama orang yang−"

Mata Sivia terbuka lebar, begitu juga dengan bibirnya yang tadi menggerutu.

"Hidup lo bener-bener rumit, Fy," gumam Sivia prihatin, ketika menyadari siapa sosok yang tengah berjalan sambil membawa sebuah bingkisan di tangannya ke arah tempat Sivia berdiri saat ini.

***

"Ify Axelle, kalau kamu nggak tinggal di rumah kami. Siapa yang memastikan kamu nggak bakal makan makanan jahat lagi..?" tanya Dara gemas yang menjurus pada pendakwaan. Ayam level lima itu tidak akan masuk ke perut Ify, jika bukan Ify sendiri yang mengizinkannya untuk masuk.

"Kak, aku cuma perlu istirahat dan jaga makanan, aku punya ibu kos yang bawel kok. Dan Ibunya Sivia juga sering bagi aku makanan, jadi−"

"Pilihannya hanya kamu tinggal di rumah kediaman Shuwan atau kamu ikut Trio ke Hongkong."

"Lho..?" Ify speechless. Kenapa aku harus ikut ke Hongkong?

"Kak, Ify berhak memilih−"

"Dan aku sedang memberikan Ify pilihan," sela Dara langsung pada ucapan Trio.

Ify menghela napas gusar. Kalau adik kandungnya saja Dara tentang habis-habisan, apalagi Ify yang hanya bergolongan darah sama.

"Aku cancel semua jadwalku sampai lusa."

"Apa!?" Dara berdiri dari kursi yang dia duduki sambil menuding wajah Trio. "Jangan gila Trio! Sejak Papa kritis sampai meninggal, harga saham semua anak perusahaan Shuwan Grup turun. Mau sampai kapan kamu menunda urusan penggantian posisi Presiden Direktur!?"

Ify melihat Harry kini tengah mengusap-usap bahu Dara sembari membisikkan sesuatu yang sepertinya mampu memberikan aura positif, terlihat bahwa beberapa detik setelahnya Dara seperti orang yang kembali kesadarannya. Dia sempat menoleh sekilas ke arah Ify dan meminta Trio untuk keluar bersamanya agar dapat bicara empat mata. Namun, hal itu urung dilakukan ketika pintu kamar rawat Ify terbuka dan masuklah seseorang.

"Alvin..?" gumam Ify yang ragu pada apa yang kini tengah dilihatnya. Tuhan, kenapa Alvin harus datang sekarang sih?

Alvin sepertinya menyadari situasi canggung ini. Jika Ify saja terkejut dengan kehadirannya dan bahkan terlihat tidak nyaman, itu artinya, orang lain yang berada di ruangan ini juga merasakan hal yang serupa.

Orang yang pertama kali menyadari bahwa Ify butuh waktu pribadi dengan penjenguknya itu memilih untuk buka suara.

"Fy, aku dan Dara keluar dulu. Setengah jam lagi, kita kembali, ya." Harry tersenyum, berharap Ify mengerti bahwa Harry hanya mampu menahan Dara selama tiga puluh menit untuk tidak mengacaukan urusan Ify dengan Alvin.

Ify yang paham betul bahwa Dara tidak terlalu menyukai Alvin, tersenyum lebar. "Terimakasih, Kak." Setengah jam itu lebih dari cukup, pasti susah untuk mengatur Dara yang hobinya mengatur orang lain.

Dara terlihat tidak terima ketika badannya harus dirangkul oleh Harry dan dibimbing untuk keluar dari kamar rawat Ify. Sayangnya, Harry hanya berani memerintah Dara untuk pergi, tidak dengan adik iparnya yang masih bergeming.

Kini, mata Ify menatap intens pada Trio yang terus memandangi Alvin tanpa berkedip. Ify mengernyit. Tatapan itu... napas Ify seolah terhenti. Itu tatapan Langit! Gawat, apa yang akan terjadi kalau Alvin mengetahui bahwa keanehan yang selama ini Ify ceritakan tentang Bosnya adalah... kepribadian Trio yang tidak hanya satu, melainkan dua!

"A-Alvin..." Ify menolehkan kepalanya pada Alvin yang ternyata juga tengah memandangi Trio. "Alvin!" seru Ify yang berhasil membuat Alvin memperhatikannya sekarang. "A-aku... butuh istirahat, kamu pulang−"

"Kamu ngusir aku, Fy?" sela Alvin yang tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Dia bahkan belum lima menit berada di ruang rawat Ify. Tapi Ify sudah menyuruhnya untuk pulang. Apa Ify semarah itu karena perkataanku kemarin?

"Kamu pasti sibuk−"

"Aku nggak sibuk, Fy. Aku udah ajukan cuti sebelum ke sini." Alvin kembali melirik Trio sekilas. "Lagipula, aku hanya manajer, pasti ada orang yang jauh lebih sibuk daripada posisi seorang manajer, kan?"

Ify menggigit bibirnya pasrah. Alvin baru saja melemparkan "granat" pada Trio. Setelah ini, Trio pasti akan... tersenyum!? Tunggu, Ify berkedip beberapa kali untuk memastikan apa yang tengah dilihatnya ini. Trio tersenyum! Senyum yang....

"Manajer membutuhkan persetujuan atasannya dalam banyak hal. Tapi atasannya, tidak membutuhkan hal itu, karena dia yang memegang kendali segalanya."

Bibir Ify terbuka lebar. Saat menyadari bahwa ekspresinya saat ini pastilah sangat tolol membuat tangan kanan Ify refleks menutup mulutnya. Itu Trio! Itu Trio-nya yang bermulut pedas, sarkas dan tidak berperasaan!!

Eh, tunggu... tadi apa?

Trio-nya!? Ify menelan ludah, pasti otaknya ikut-ikutan jadi tidak beres karena terlalu sering berinteraksi dengan Trio Langit Shuwan dan saudara perempuannya.

"Apa?" Lagi-lagi, Alvin dibuat tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Trio sedang menginjak harga dirinya! Parahnya, di depan seorang gadis yang....

"Manajer mungkin tidak sibuk, selama atasannya tidak memberikan kesibukan. Lalu, apa yang akan terjadi kalau seorang atasan menelepon dan mau manajer melakukan sesuatu. Apa manajer masih bisa menolak? Tentu, selama dia tidak menyayangi pekerjaan dan posisinya, dia pasti tidak akan berpikir dua kali untuk menolaknya."

Ify tidak bisa menahannya. Bibirnya pun mengeluarkan kekehan ringan yang membuat Alvin menoleh dan terpana. Ify tertawa! Gadis itu tertawa padahal dia tahu apa yang sedang dia tertawakan. Tangan kanan Alvin mengepal kuat, setengah mati menahan hasrat untuk sekedar meninju bibir kurang ajar makhluk yang berdiri tak jauh darinya.

Alvin baru ingat, bahwa saat ini sedang berhadapan dengan atasan dari Ify. Jadi, dia tidak bisa bertindak sembarangan, seperti mendaratkan sebuah pukulan di wajah lelaki yang berhasil membuat Ify tertawa.

Alvin benar-benar marah. Bukan hanya karena harga dirinya yang baru saja dilecehkan, tapi Ify seolah mengiyakan apa yang lelaki itu katakan dengan tertawa. Dia tidak bisa ada di sana lebih lama lagi. Tidak untuk saat ini.

"Fy, buket makanannya nanti dimakan, ya. Kamu bisa hubungi aku kapanpun−"

"Kapanpun?" Trio mendengkus, lalu kembali tersenyum meremehkan. "Aku jadi penasaran, sesantai apa pemimpin Hotel Zeus? Sampai mengizinkan seorang manajer menerima telepon di luar pekerjaannya kapanpun dan bertindak sesukanya."

"Trio." Akhirnya, Ify buka suara. Bagaimanapun juga, Alvin pasti sangat tidak terima dengan perlakuan Trio padanya. Hanya saja, Ify tahu, Alvin berusaha menahannya karena posisi Ify saat ini yang bekerja di perusahaan Trio.

"Pulanglah. Nanti, kamu saja yang menelepon. Aku takut mengganggumu lagi seperti waktu itu."

Alvin menghela napas. Sikap Ify sekarang padanya merupakan buah dari seluruh perlakukan Alvin selama beberapa hari terakhir. "Aku datang lagi nanti, cepet sembuh, ya." Tangan kanan Alvin yang terulur hendak mengusap puncak kepala Ify tercekal oleh cengkraman Trio.

"Hati-hati di jalan," kata Trio datar sembari menjauhkan tangan Alvin dengan sekali dorongan.

"APA-APAAN SIH!?" bentak Alvin yang tidak sabar lagi. "LO PIKIR LO SIAPA, HAH!?"

Ify menegakkan tubuhnya yang sejak tadi bersandar. Ini pertama kali dalam seumur hidupnya melihat Alvin yang semarah itu pada orang lain. Refleks, Ify menggenggam kuat lengan Trio setelah berhasil berdiri dari ranjangnya. Kedua tangan Ify lingkarkan di lengan Trio, memberikan sinyal pada lelaki itu bahwa dia harus diam, baik itu tubuh maupun mulutnya.

"Fy," kata Trio yang terpana sekaligus gugup dengan apa yang Ify lakukan.

"Sssst, diem. Aku nggak pernah lihat Alvin semarah itu sebelumnya," bisik Ify diam-diam dengan mata yang masih mengawasi Alvin. Sejujurnya, Ify sendiri takut dengan situasi ini, itulah mengapa dia memilih untuk menempel pada Trio. Selain untuk melindungi dirinya, Alvin pasti akan berpikir ribuan kali untuk menghajar Trio yang sedang ditempeli gadis pemilik darah paling langka di Indonesia.

Bentakan keras Alvin langsung membuat Sivia yang stand by di luar kamar rawat Ify masuk. Melihat posisi paling absurd di dunia−Ify yang memeluk lengan kanan Trio di depan Alvin−membuat mulut Sivia gatal untuk bersuara.

"Ada apa nih?"

Sivia kembali terkejut bukan main ketika melihat Alvin yang membalikkan tubuhnya dan buru-buru keluar dari ruangan dengan membanting pintu.

"Lho, kenapa tu orang?" gumam Sivia heran. "Fy... ada apaan sih?"

Ify melepaskan kedua tangannya dari lengan Trio dan kembali duduk di ranjang. "Nggak tahu gue juga, makin hari, gue makin nggak kenal dia."

"Trus ini apa?" tanya Sivia antusias ketika melihat ada buket yang berisi makanan ringan di ujung ranjang rawat Ify. "Boleh gue ambil cokelatnya ya, Fy?"

"Ih, itu punya−"

"Ambil aja semua. Ify nggak boleh makan sembarangan sekarang."

Sivia tersenyum geli ketika melihat ekspresi menyedihkan Ify yang harus merelakan bingkisan Alvin untuknya.

"Tapi itu kan buat aku! Masa Sivia yang makan!" Melihat Trio menatap tajam Ify yang−tak lama kemudian−membalikkan tubuhnya membelakangi Trio sambil menggerutu, membuat Sivia berpikir. Mereka akan jadi pasangan yang hebat jika benar-benar bisa bersama.

Hebat dalam artian membuat keributan.

***

"Alvin pasti usaha keras cari ini, Fy. Jajanan jadul banget, lihat deh!" seru Sivia antusias sambil membuka bungkus salah satu snack dari buket yang Alvin tinggalkan.

"Awas udah basi," sahut Ify kesal. Jelas itu makanan miliknya, tapi dia bahkan tak bisa menyentuh bungkus kemasannya. Trio duduk dengan tenang di sofa sambil membaca sebuah map yang dikirim Sekretarisnya beberapa menit lalu. Ify masih tidak habis pikir, kalau urusan pekerjaannya sebanyak itu. Kenapa juga Trio masih berkukuh untuk menemani Ify di rumah sakit? Padahal ini hari Minggu dan Sivia bisa menemaninya sepanjang waktu.

Coba aja dia pergi keluar sebentar, kan aku bisa cicip jajanannya. "Jadi, lo pikir Alvin bakal kasih lo makanan basi?" tanya Sivia bingung. "Ck, yang nggak mungkinlah, Alvin kan−"

"Orangnya nggak ada di sini, jangan dibahas terus."

Sivia menelan ludah, lelaki yang baru saja bersuara ada di balik punggungnya. Jadi, dia tidak tahu bagaimana ekspresi orang itu saat mengatakannya.

Sementara Ify melihatnya dengan bibir mengerucut. Bisa-bisanya orang itu memerintah dengan mata yang terfokus pada berkas yang ada di pangkuannya. Menyebalkan! Tidak ada gunanya dia di sini kalau yang dia perhatikan hanya pekerjaannya saja, kan?!

Eh....

Tadi itu... apa?

Ify terdiam. Kenapa Ify kesal melihat Trio yang memilih untuk....

"Fy!" Ify terperanjat dari lamunannya dan menatap Sivia."He really in love with you."


BERSAMBUNG

Minggu lalu, ga update, so sorry. Aku dalam proses pembuatan proposal skripsi, senang rasanya bisa buat satu part baru di antara kepusinganku.

Semoga ga mengecewakan ya. See you next part!

☆ヘ(^_^ヘ) Ditunggu tanda bintangnya ya man teman.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~Pada 3 Juni 2020 aku publish cerita ini di Dreame dan meng-cut sebagian kontennya di Wattpad. Tapi karena kontrak dengan Dreame usai, aku memutuskan untuk re-publish Marry Me if You Dare di Wattpad pada hari ini 20 Maret 2024Selamat baca ulang untuk followers lamaku, dan halo salam kenal untuk followers baru(^_^)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro