Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

(24) Heartbreak

Ify berdiri kaku di hadapan Dimas yang tak menghiraukannya sejak dua menit lalu. Lelaki yang merupakan atasannya di divisi Show Director itu masih sibuk dengan berkas-berkas yang tersebar di atas meja kerjanya.

Tidak memiliki keberanian untuk bersuara lagi setelah "Kak Dimas manggil saya?" yang hanya dijawab gumaman dengan mata yang tetap terfokus pada pekerjaannya. Ify memilih untuk tetap berdiri. Salah satu kesopanan yang masih Ify pertahankan di ruangan ini adalah tidak duduk sebelum diperintahkan, karena memang dia sudah sangat bersalah, meninggalkan pekerjaannya selama satu jam tanpa alasan yang jelas, jadi Ify tidak akan menambah runyam masalahnya hanya untuk hal sepele.

Dimas mengangkat wajahnya, membuat mata Ify dan lelaki berkacamata itu berserobok. "Kamu nggak mau duduk?"

"Belum disuruh, kan," sahut Ify dengan nada sesopan yang dia bisa.

Tangan Dimas terlihat merapikan berkas yang dia baca dan mempersilakan Ify duduk dengan dagunya. Tanpa menunggu, Ify pun langsung menuruti perintah nonverbal itu.

"Pak Langit baik-baik aja?"

Pelupuk Ify melebar mendengar pertanyaan pertama yang terlontar dari mulut Dimas, jauh berbeda dari dugaan Ify yang sudah dia list selama perjalanan dari ruangan Big Boss menuju ruang Manajernya, seperti:

Kamu darimana aja?

Kamu pikir ini kantor Nenek Moyangmu?

Kamu kira kamu digaji untuk keluyuran?

Kamu berani bertingkah seenaknya hanya karena mengenal pemilik perusahaan?

Dan pertanyaan bernada tinggi lainnya, yang setelah Ify pikir lagi seharusnya tidak keluar dari diri papan triplek berjalan, Dimas Anggada. Meski pun Dimas pernah memarahinya dengan cara yang Ify setengah mati ingin melupakannya, tapi bukan berarti Dimas tidak mengenal kata marah, kan?

"Maksudnya gimana, Kak?" tanya Ify dengan otak dan hati yang meributkan kemungkinan bahwa telinga Ify salah informasi.

Dimas terlihat menghela napasnya. "Sintia kasih kabar, katanya kamu di ruang Langit nyaris satu jam, menunggu dia yang lagi tidur−"

"Trio yang minta, Kak!" potong Ify panik. "Di-dia yang minta aku buat stay di sana, jadi... aku... yah..." Ify terlihat kehilangan kosakata di dalam pikirannya saat mata Dimas tak berhenti menatapnya penuh ingin tahu.

"Kamu sudah sedekat apa sih dengan Pak Langit?"

Kedua tangan Ify lantas melambai dengan cepat di udara melihat papan triplek di depannya bisa berekspresi persis seperti Voni ketika ingin mengorek berita terhangat. Situasi sekarang jauh lebih mengerikan ketimbang dimarahi Dimas sekali pun!

Ify mengerang frustasi sambil mengentakkan kedua kakinya. Penjelasan apa yang bisa diberikan pada seorang atasan ketika ada karyawan yang memiliki kedekatan lebih dengan atasan lainnya? Tolong beritahu Ify sekarang juga!

"Kamu masuk ke SKO tanpa tes apa pun, dijadikan anak emas, tinggal dan dirawat di istana keluarga Shuwan, bahkan diangkat jadi karyawan tetap...." Dimas menatap prihatin Ify sekarang. "Akan sangat mustahil kamu bisa bebas dari gosip setelah itu semua. Terutama setelah kamu menunggu Big Boss tidur di ruang kerjanya saat jam kantor."

Ify mengangguk, mengamini deretan bukti yang takkan bisa Ify tutupi dengan kedua tangannya saat ada dua makhluk dementor di SKO Office, siapa lagi kalau bukan Voni di Show Director dan Angel di Finance.

"Angel dan Voni udah tahu soal itu−kecuali bagian menginap, cuma perlu waktu singkat buat se-kantor tahu kalau saya masuk ke sini karena darah AB negatif."

"Buktinya nggak ada yang tahu." Ify mendongak dengan pelupuk melebar. "Langit sudah bereskan dua penggosip itu."

Mata Ify berbinar mendengar fakta yang baru saja Dimas katakan. Ify tahu kalau Langit, eh, Trio memang orang yang baik. Hanya saja gangguan kepribadian itu membuat sifatnya jadi sangat menyebalkan dan labil.

"Serius, Kak? Gimana caranya?"

Dimas mengangkat bahunya tak acuh, sambil mengetukkan berkas yang dia baca tadi. "Tapi sebagai imbal baliknya, kamu dipindah ke divisi keuangan mulai besok. Lang−"

"HAH!? Kok gitu!? Di sana kan ada Angel, Kak!!"

Dimas tak mengacuhkan segala ocehan yang keluar dari mulut Ify, dengan melanjutkan penjelasannya mengenai siapa penanggung jawab Ify selama beradaptasi dengan divisi keuangan.

Jika bukan karena kekuasaan Trio Langit Shuwan. Pemindahan divisi seorang karyawan yang baru saja diubah statusnya dari magang menjadi tetap merupakan hal yang amat mustahil. Meski sudah diatasi, gosip kedekatan Ify dan Big Boss pasti tetap akan terendus juga, karena jumlah dementor di kantor bukan hanya dua makhluk.

***

Jika dementor di Harry Potter series merupakan penjaga penjara Azkaban yang mampu menghisap segala kenangan dan kegembiraan, yang hanya menyisakan kesedihan dan ketakutan di dalam diri seseorang. Maka Angel dan kawan-kawannya di divisi keuangan adalah penghisap energi positif yang sudah setengah mati Ify bangun sejak subuh.

Sejak Selasa sampai Kamis lalu, Ify sengaja menghindari rok, sebagai gantinya dia mengenakan celana panjang dan flat shoes, mengingat bahwa Angel dan rekannya lebih rajin menyebut nama Ify ketimbang saat dia baru beradaptasi di divisi Show Director. Sepatu tanpa hak itu membantunya untuk berlari mengejar waktu.

Merasa salah strategi dengan outfit-nya. Jumat ini Ify mulai kembali dengan setelan kerja yang girly. Floral midi skirt dengan kemeja bow tie berwarna biru muda, semakin manis dengan sepatu wedges sneakers putihnya. Jika hari ini rekan kerja barunya masih sering memberinya tugas untuk kesana kemari. Maka Ify memiliki alasan logis kenapa dia akan berjalan lebih lambat daripada tiga hari belakangan. Hanya dementor sungguhan yang meminta gadis bersepatu tinggi untuk berlari.

***

Siang ini, setelah melewati masa-masa suram di minggu pertama Ify adaptasi dengan cara kerja Angel yang rupanya bukan cuma punya mulut yang minta diulek, tapi juga mata yang minta dicolok. Ila mengajak Ify untuk makan sushi terkenal di atap SKO Office, meski harus dengan ala Yogyakarta, lesehan. Setelah mendapatkan perintah dari Trio untuk mencari tahu bagaimana kehidupan Ify selama Trio tidak bisa merecokinya karena urusan Shuwan Grup.

Sushi paket lengkap itu sempat dicurigai oleh Ify, tapi setelah salah satunya masuk ke indra pengecapnya, kecurigaan Ify langsung sirna.

"Sering-sering begini deh, La. Kamu mengurangi tingkat depresi-nyaris-terjun-dari-atap, kalau makanan tiap siang sushi."

"Ha-ha," kata Ila menirukan suara tertawa dengan muka mengejek. Aku juga maunya begitu, semakin sayang Big Boss sama kamu, semakin sering aku ikut makan enak begini. "Jadi manusia, dikasih enak sedikit bukannya bersyukur, malah ngelunjak. Inget, jangan kufur nikmat."

Ify terkekeh, kalau dipikir lagi, Ila hanya perlu pakai kerudung dan mulai menghapal hadist. Maka dia persis Mama Dedeh versi lajang ala SKO Office. "Tapi, La. Kamu nggak takut dikasih SP (Surat Peringatan) apa? Kita udah dua kali ke atap dengan kunci kawatmu itu lho."

Glek! Air liur yang Ila telan terasa lebih besar daripada bulatan sushi yang ada di dalam wadah. Ini dia yang paling tidak Ila suka dari Ify. Mulutnya yang pintar selalu bisa membuat Ila harus berpikir keras untuk berbohong. Ya Tuhan, kalau bukan karena misi rahasia Bosnya, Ila paling anti dalam mencari alasan untuk keselamatan.

"Ada yang pernah bilang gini: Mbak itu kan belum tentu kejadian, dipikirinnya nanti aja, kalau udah terjadi. Mending sekarang kerjakan apa yang udah menunggu kita, gitu, Fy."

Tawa Ify sontak pecah ketika menyadari bahwa Ila berhasil mengulang ucapannya Senin lalu dengan sama persis, berikut nada bicaranya. "Ya, ya. Ayo makan dulu aja, sushi cantik nan mahal nggak baik dianggurin begini."

"Gimana kabar Angel?" tanya Ila setelah melalui kekosongan mereka hanya dengan suara kunyahan.

Ify tersedak, lalu buru-buru mengambil air botol dingin di sampingnya. "Tega bener sih, makan enak tapi bahas tu nenek sihir."

"Dih, kemarin bilangnya dia persis dementor penghisap kebahagiaan, sekarang ganti julukan jadi nenek sihir. Konsisten dong, Fy. Nama panggilan buat yang kamu nggak suka aja, ganti mulu. Jangan-jangan nama panggilan buat pacar juga."

"Sorry, Ify nggak kenal apa itu pacar. Tahunya acar atau cacar."

Ila terkikik, dia sudah tahu sekarang bahwa prinsip Ify adalah say no to pacaran, karena say no to narkoba sudah terlalu booming katanya. "Dia masih ungkit soal cara kamu masuk kerja? Apalagi kamu sekarang jadi karyawan tetap."

Ify menghela napas kesal. "Masih, tapi sekarang lebih pinter dia, Angel pakai segala objek terbaru buat nyindir aku. Kamu tahu pelakor nggak?"

Ila menggelengkan kepalanya ragu. "Perebut suami orang itu bukan sih?"

"Perebut laki orang lebih tepatnya. Dan Angel nyindir aku pakai istilah itu tadi, gila, kan!?"

Ila tertawa puas. Voni saja yang kehilangan objek pergosipan masih tetap membicarakan Ify meskipun sudah lewat tiga hari Ify dipindah divisinya. Apalagi Angel yang kedatangan bintang tamunya? Pasti mulut Angel jauh lebih parah ketimbang mulut Voni.

"Gimana nyindirnya?" tanya Ila setelah berhenti tertawa.

"Katanya, Trio itu high quality jomblo, apalagi setelah dia jadi kandidat kuat untuk pengganti Presdir Shuwan Grup. Trus, tiba-tiba dia ngomongin kemungkinan ada karyawan yang, ih..." Ify bergidik mengingat bahwa Angel kemungkinan sudah mendengar perihal dirinya yang menunggui Trio tidur di ruang kerjanya. "Aku pusing kalau harus bahas itu lagi."

Ila mengangguk prihatin. "Tenang aja, apa pun yang terjadi utang darah itu akan jadi utang darah, cuma setimpal kalau dibalas pakai cinta."

Ify mendelik tak suka. "Maksudnya...?"

Ila mengangkat bahu tak acuh. "Istilah Jawa bilang, cinta itu datang karena terbiasa. Jadi, yaaah...."

"Ogah!" seru Ify dengan mata terbelalak. "Lagipula, aku bukan orang Jawa, wleee," lanjutnya sambil menjulurkan lidah.

"Tapi, kenapa sih kamu segitu nggak sukanya sama Big Boss? Selain karena dia aneh menurutmu itu."

Ify menerawang, sejauh ini, hal-hal yang membuat Ify tidak menyukai Trio adalah karena sifatnya yang bisa berubah dalam momen yang sama. Meski sama-sama datar seperti Dimas, sifat Dimas itu sudah dari kuliah. Tapi Trio, setelah mengetahui latar belakang keluarganya yang rumit. Ify tidak memiliki alasan pendukung untuknya menyukai Trio, lebih dari sekedar rekan kerja. Bagi Ify, menyukai seseorang maka akan membuatnya terjun semakin dalam pada hidup lelaki yang disukainya. Dan terjun ke dalam kehidupan Trio, tidak akan membuat hidupnya menjadi lebih mudah.

"Nggak ada. Memangnya suka dan nggak suka perlu alasan khusus? Seperti kita yang nggak suka makan sesuatu aja. Ya, kan?"

Ila nampak berpikir. "Itu kan benda mati, ini makhluk hidup lho, pasti ada sesuatu yang bikin kamu nggak suka sama Big Boss."

"Karena aku dikeluarin dari proyek Hotel Zeus," kata Ify menggebu, dia baru ingat bahwa pemindahannya ke Finance merupakan kejahatan kedua yang telah Trio lakukan padanya. "Dan sekarang, aku dibuat satu kandang sama nenek sihir. Fix! Aku nggak suka Trio, super-duper-kuadrat-kubik-mega-maha nggak suka!"

Ila mengangguk mengerti, setidaknya dia sudah punya bahan laporan atas bayaran sushi yang telah Bosnya berikan.

***

Ify tahu sedang ada persiapan acara di Hotel Zeus sekarang, terlihat dari beberapa mobil besar yang hilir-mudik di area depannya. Tapi Ify yang sudah terlanjur turun dari ojek online langganannya hanya bisa terus melangkah masuk hingga ke lobi. Berusaha tidak mengacuhkan pandangan ingin tahu dari beberapa staf yang berseragam serupa.

"Maaf, Bu. Ada yang bisa dibantu?"

Ify memutar tubuhnya dan menemukan seorang lelaki tengah tersenyum. "Kenal Alvin?" tanya Ify langsung yang membuat alis lelaki itu berkerut. "Orangnya putih pucat."

"Ah, Pak Alvin. Dia sedang...." Mata lelaki yang sepertinya pegawai hotel juga itu pun menyusuri tiap sudut lobi. "Ah, di sana, Bu," sambungnya sambil menunjuk ke arah rombongan lelaki berjas yang hendak berjalan ke arah lift.

"Alvin!" seru Ify tiba-tiba, membuat lelaki itu menepuk keningnya.

"Bu, apa nggak sebaiknya ibu menunggu saja ketimbang teriak begitu?"

Ify tersenyum lebar, dia lupa kalau Alvin sepertinya sedang bersama orang penting. Tingkat kewarasan otak Ify langsung nol besar kalau sudah menyangkut sahabat masa kecilnya itu.

Tak Ify sangka, Alvin yang berdiri cukup jauh itu mendengar panggilannya. Bahkan sekarang, lelaki berkulit pucat dengan setelan hitam yang meningkatkan persentase innerhandsomenya itu tengah berjalan ke arah Ify.

"Fy, kamu kok di sini?" tanya Alvin dengan nada tak suka.

"Aku mau ketemu kamu, nggak boleh?" balas Ify bingung.

"Kenapa nggak telepon dulu sih?"

"Biar surprise, Vin," sahut Ify sambil menampilkan senyum termanisnya.

"Ok, sekarang aku kasih tahu, aku udah bukan Alvin yang suka surprise. Kalau kamu mau ketemu aku, kabari dulu. Paham?" kata Alvin yang kemudian menoleh ke arah rombongan yang dia tinggalkan. "Kamu pulang sekarang, ya. Aku sibuk, hati-hati di jalan."

Kemudian, seperti biasa, tanpa menunggu jawabandari Ify. Alvin pergi meninggalkannya. Sama seperti lima belas tahun silam.


BERSAMBUNG

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro