BAB 5 - A Good News for Paparazzi
*ini lagu yang Alvaro nyanyiin. Dengerin ya*
"Kenapa sih bintang tamunya harus dia?!" Sofie setengah menggerutu sambil menatap tampilan dirinya di cermin.
Bubah, salah satu make up artist langganan Sofie hanya bisa tertawa mendengarkan keluhan gadis itu sambil memakaikan lipstick berwarna nude di bibirnya.
"Kenapa sih Say emangnya? Kamu lagi berantem sama Alvaro? Ih, jangan gitu ah! Nggak boleh tau berantem lama-lama sama pacar sendiri. Nanti aku ambil lho pacarnya." Ledek Bubah.
"Kak Bubah!" Ucap Sofie setengah gemas setengah kesal sambil mencubit lengannya yang langsung membuat Bubah mengaduh kesakitan tapi pada akhirnya tertawa.
"Say, dengerin aku ya. Kita ini hidup di dunia entertain, mau suka atau nggak suka pasti ketemunya dia-dia lagi. Dunia entertain kan puterannya situ-situ aja." Jelas Bubah.
Sofie mendesah lesu. Ya, yang dikatakan Bubah memang ada benarnya.
"Asal kamu tahu aja ya Sof, kenapa Alvaro bisa jadi bintang tamu, itu semua karena kamu tahu nggak." Ucap Bubah sambil memberikan sentuhan akhir di pipi Sofie.
"Hah?! Maksud Kak Bubah apa?!" Tanya Sofie kaget.
Bubah memutar bola matanya malas.
"Really?! Beneran kamu nggak ngerti?!" Tanya Bubah yang jadi sewot sendiri.
Sofie mengangguk mantap.
"Oh, God... aku heran sama kamu. Bertahun-tahun ada di dunia entertain tapi masih aja sepolos ini." Kata Bubah sambil mengecek bulu mata Sofie.
Gadis itu melotot dan membuat Bubah tertawa.
"Sofie sayang, let me explain this. Pertama, kamu jadi model utama di pagelaran busananya Hartanto Wijaya, which is Mas Har itu desainer gaun pengantin ternama membahana semesta alam raya melanglang buana luar biasa Indonesia," ucap Bubah dengan gaya berlebihan yang membuat Sofie jadi tertawa dan memukul lengannya dengan kuas.
"Kedua, berita kamu sama Alvaro lagi panas-panasnya. Mulai dari sesama model, artis, sesama tukang make up kayak eike, sampai tukang sayur, semuanya ngomongin kalian berdua."
"Ketiga, Mas Har milih Alvaro sebagai bintang tamu buat nyanyi di pagelaran busananya ini. Tumben. Banget. Padahal biasanya Mas Har nggak pernah pake bintang tamu segala. Apalagi penyanyi."
"Keempat, sejak infotaiment sama wartawan tahu kalau Alvaro yang jadi bintang tamu, pagelaran busananya Mas Har nggak berhenti di bahas setiap hari di tv."
Sofie menganga. Perlahan ia mulai mengerti kemana arah pembicaraan Bubah.
"Jadi maksud Kak Bubah, Mas Har manfaatin berita aku sama Alvaro buat naikin pamor pagelaran busananya ini?!" Tanya Sofie tak percaya.
"That's right, my dear." Ucap Bubah menjentikan jarinya.
"Ya Tuhan... Mas Har kok tega banget sih sama aku. Padahal aku sama Mas Har udah kenal lama lho, Kak. Aku juga udah sering jadi modelnya dia..." Kata Sofie sedih.
Tapi Bubah malah menggeleng-gelengkan kepala dan telunjuknya.
"No, no, no, my dear, Sofie. Bukan begitu maksudnya. Mas Har itu nggak jahat kok sama kamu. Buktinya jauh sebelum berita ini ada, Mas Har selalu pakai kamu sebagai modelnya kan? Malah jadi model utama terus."
Mau tak mau Sofie mengangguk. Sekali lagi Bubah benar.
"Tapi dalam dunia entertain hal seperti ini wajar, Sofie. Kadang kita harus menghalalkan segala cara agar tujuan kita dapat tercapai. Itu juga yang dilakukan Mas Har saat ini. Tapi aku tahu kok Mas Har nggak bermaksud seperti itu sama kamu." Ucap Bubah lagi.
Sofie kembali mendesah. Ya, ia rasa seorang Hartanto Wijaya tak mungkin melakukan hal ini. Ia tahu betul lelaki paruh baya gemulai itu karena sudah bertahun-tahun mengenalnya. Tapi tetap saja Sofie sebal. Tega-teganya memanfaatkan dirinya dan Alvaro demi suksesnya pagelaran busana ini!
"And you know what, darling? Tiket yang dijual sold out kurang dari satu hari. Bangku VIP nggak ada satu pun yang kosong. Dan diluar sana... bermilyar-milyar wartawan sudah menunggu kamu sama Alvaro. Ugh, congratulation, baby! Aku nggak sabar nonton berita kamu besok pagi di tv!" Ucap Bubah jahil.
Sofie ditempatnya langsung shock saat mendengar nama wartawan di sebut. Ia langsung teringat kejadian di Hotel Kempinski beberapa waktu lalu.
"Oh God, l'm so proud of my self. You look gorgeous today." Kata Bubah mengagumi hasil tangannya sendiri tanpa mempedulikan Sofie yang masih shock ditempatnya.
Tepat pada saat itu salah seorang tim dari Hartanto Wijaya meminta Sofie untuk bersiap-siap karena sepuluh menit lagi Sofie akan berjalan di catwalk sebagai penutup sekaligus model utama yang mengenakan gaun terbaik dari rancangan Hartanto Wijaya kali ini.
Sambil mendesah lesu Sofie bangkit dibantu Bubah dan tim dari Hartanto Wijaya karena baju pengantin yang ia kenakan beratnya mencapai 5 kg dengan panjang ekor mencapai 4 meter. Dimana gaun cantik yang dipakai Sofie ini seluruhnya tertutup dengan swarovsi yang dibentuk menjadi bunga-bunga indah. Selain itu, Sofie juga memakai tiara bertahtakan berlian yang sangat mahal harganya sampai ia harus sangat hati-hati agar benda ini tidak jatuh.
***
Tepat backstage, dua orang beda dunia, beda kutub, beda kepribadian dan berbeda kelamin itu saling menatap satu sama lain penuh kekaguman tapi terlalu gengsi untuk saling mengakui.
Alvaro terlihat begitu tampan dengan tuxedo hitam lengkap dengan dasi kupu-kupunya dan mic yang berada di tangan kanannya. Oh, satu hal lagi yang membuat Alvaro terlihat semakin tampan. Tatapan memujanya terhadap seorang Sofie Callistin Syanania!
Oh God, she look so beautiful!
Can I kiss her?!
Tak berbeda jauh dengan Alvaro, diam-diam Sofie pun tak bisa menutupi kekagumannya pada lelaki yang sangat di bencinya ini.
Ya Tuhan, kenapa Alvaro jadi ganteng banget sih hari ini?!
Coba kalau sifatnya nggak nyebelin, aku pasti udah suka dari dulu!
Satu bulan semenjak kejadian dirumah Sofie, ini adalah kali pertama mereka kembali bertemu. Yah, walaupun semanjak hari itu dunia Sofie sudah tak seindah dulu lagi sih... bayangkan saja, detik dimana Alvaro meninggalkan rumah mereka sampai hari ini, hanya ada nama lelaki itu yang terus menggema setiap harinya di kediaman mereka.
"Kak, tadi Bunda lihat Alvaro di tv lagi nyanyi! Ya ampun, ganteng banget sih! Bunda ngefans deh!"
"Sofie, kok member grup keluarga kita belum nambah sih?! Kamu belum masukin Alvaro ya?!"
"Curang banget lo, Kak! Ngenalin pacar lo pas gue lagi nggak ada di rumah!
"Kak nanti kalau Alvaro main ke rumah lagi, Yati boleh foto bareng ya?"
"Sofie, kapan Alvaro ke sini lagi? Ayah mau karaoke sama dia!"
"Sofie, kamu belajar masak sama Ongkel kamu sana. Biar nanti kalo udah jadi istri bisa masakin masakan kesukaan suaminya."
"Sof, kalau Ayah perhatiin kayaknya kamu tuh nggak romantis-romantisnya banget deh sama Alvaro. Nggak pernah foto bareng, dinner bareng atau apalagi bikin baju couple. Kamu ini gimana sih, masa kalah sama Ayah yang udah tua gini. Ayah aja masih romantis sama Bunda kamu."
"Sof, kamu gimana...."
"Sof, coba deh...."
"Sof..."
"Sooof..."
"STOOOOOOOOOP!" Sofie berteriak sambil menutup mata dan kedua telinganya karena tak kuat mendengar ocehan mereka.
"Sof, Sofie?! Are you okay?!" Tiba-tiba seseorang mengguncang-guncang bahunya.
Perlahan mata Sofie terbuka dan mendongak untuk menatap sekeliling. Ia masih di backstage dengan gaun pengantin super berat ini dimana orang-orang sekarang sudah mengelilinginya dengan tatapan khawatir terutama Alvaro yang jarak wajahnya sangat dekat dengan wajah Sofie.
Tunggu... kenapa aku di backsatge?
Bukannya tadi aku dirumah?
Oh tidak! Apa itu tadi?!
Ya Tuhan, aku berhalusinasi!
"Sof? Sofie?! Kamu nggak apa-apa?!" Sekali lagi Alvaro mengguncang-guncang bahu Sofie.
Seakan tersadar, Sofie langsung menepis kedua tangan Alvaro di bahunya.
"Nggak, aku nggak apa-apa kok." Balas Sofie yang seketika berubah jutek.
Tadi itu sungguh aneh. Ia seakan melihat wajah Adrian, Maura, Raffi dan Yati di depannya sambil mengatakan hal-hal di atas dimana semakin lama mereka semakin cepat berbicara sampai rasanya mereka semua berputar di sekeliling Sofie yang akhirnya membuat ia tak tahan dan ingin berteriak.
"Serius kamu nggak apa-apa? Tapi tangan kamu dingin." Tanya Alvaro yang sudah menggenggam tangan Sofie dan memeriksanya.
Tapi dengan cepat Sofie langsung menariknya. "Ngapain sih pegang-pegang?!"
Gara-gara mikirin kamu, aku jadi berhalusinasi tahu nggak!
"Ya ampun... kamu tuh galak banget sih, Sof. Aku kan cuma nanya aja. Takut kamu kenapa-napa." Balas Alvaro jadi terbawa emosi.
"Oke, oke, udah ya. Masalah rumah tangga diurus nanti. Alvaro, Sofie, tolong fokus ke sini lagi ya." Ucap salah satu lelaki berseragam hitam dari tim Hartanto Wijaya yang menengahi mereka sambil menahan tawa. Mau tak mau tim yang lain dan Bubah juga ikut menahan tawa melihat pertengkaran mereka.
Selanjutnya Sofie dan Alvaro dengan seksama terlihat mendengarkan penjelasan lelaki tadi dibantu langsung oleh Hartanto Wijaya sebagai sang desainer.
Beberapa detik kemudian setelah di beri aba-aba, Alvaro memasuki catwalk dan mulai bernyanyi. Lagu Jason Derulo berjudul Marry Me mengalun lembut dari bibirnya. Lagu ini dirasa pas karena sesuai dengan busana yang dikenakan para model. Wedding dress. Dengan suara merdunya, setiap orang seperti tersihir melihat Alvaro bernyanyi. Apalagi gadis jutek yang sekarang sampai tak berkedip melihat Alvaro dari balik backstage.
Selanjutnya giliran Sofie yang memasuki catwalk. Hartanto Wijaya sempat memberikan ciuman di pipi kepada Sofie sebagai penyemangat tapi gadis itu hanya membalas seadanya karena masih kesal akan fakta tentang Hartanto Wijaya yang dibeberkan Bubah kepadanya.
Sofie berjalan perlahan, tersenyum penuh percaya diri dan begitu anggun. Ia berjalan mengikuti irama lagu yang dinyanyikan Alvaro. Mencoba profesional sebagai seorang model dan menepis bahwa orang yang sedang bernyanyi tak jauh darinya ini adalah orang yang paling dibencinya. Sofie juga mendalami perannya bahwa Sofie yang berjalan di catwalk kali ini bukanlah Sofie sebagai model tapi Sofie sebagai pengantin wanita yang memakai baju paling cantik yang pernah ada.
Ketika langkahnya semakin mendekat ke tengah catwalk dimana itu adalah tempat Alvaro berdiri sambil bernyanyi, jantung Sofie langsung berdebar seketika saat Alvaro menoleh kearahnya sambil tersenyum.
"Wake up every morning with you in my bed... That's precisely what I plan to do..." Alvaro terus bernyanyi sambil menatap Sofie dengan pandangan yang sulit diartikan.
Jantung Sofie semakin berdetak kencang ketika Alvaro mengulurkan tangannya kearahnya.
Ini apa-apaan...
Ini nggak sesuai sama instruksi tim di backstage tadi!
Keengganan terlihat jelas di wajah Sofie. Tapi Alvaro tetap menunggu di depannya dimana itu menghalangi laju jalan Sofie dan membuat Sofie jadi berhenti ditengah catwalk.
Tahu bahwa jika ia tidak segera mengambil tangan Alvaro dan itu bisa mengacaukan show Hartanto Wijaya, dengan senyum terpaksa yang hanya diketahui oleh Alvaro akhirnya Sofie mengambil tangan Alvaro dan menggenggamnya dengan sedikit memberikan cubitan dimana hanya Alvaro juga yang tahu dan merasakan.
Para penonton yang hadir langsung bersorak senang, tak sedikit yang berteriak bahkan sampai ada yang mengabadikan momen ini dari ponsel mereka. Mungkin ingin menyebarkannya ke sosial media atau kepada para wartawan yang tak boleh masuk dan berada diluar bahwa rumor yang beredar tentang mereka berdua memang benar adanya.
"And you know one of these days... when I get my money right... buy you everything and show you all the finer things in life..." Alvaro terus bernyanyi sambil berjalan dan menggandeng tangan Sofie ke sisa catwalk yang belum dilewatinya sambil sesekali melempar senyum kearah penonton dan Sofie.
"We'll forever be in love... so there ain't no need to rush... but one day I won't be able to ask you loud enough..." Kali ini Alvaro lebih berani dengan mencium pipi Sofie dan membuat pagelaran busana ini semakin heboh dengan tepuk tangan. Bahkan sampai ada yang besiul.
Sofie yang mukanya sudah seperti kepiting rebus karena marah dan malu dengan apa yang dilakukan Alvaro akhirnya hanya bisa pura-pura tersipu malu karena sebagai model ia harus tetap profesional. Ia tak mungkin kan langsung menghajar Alvaro ditempat? Apa kata dunia nanti!
Awas kamu, Alvaro!
Selesai aku turun dari catwalk ini, pipi kamu akan tahu betapa panasnya tangan aku!
Ketika sampai di ujung catwalk Sofie melepaskan tangan Alvaro dan berhenti sebentar sambil berkacak pinggang layaknya model-model lain untuk mengambil seluruh atensi penonton dan fotografer yang telah disediakan agar bisa memfoto dan mengagumi karya terbaik Hartanto Wijaya ini.
Setelah dirasa cukup, Sofie bersiap berbalik ketika Alvaro yang masih terus bernyanyi disampingnya tiba-tiba menahan tangannya.
Ya Tuhan!!!
Apalagi yang akan Alvaro lakukan sekarang??!!
Tapi detik berikutnya Alvaro melakukan sesuatu yang membuat semua orang terpekik kaget bahkan berteriak histeris sampai Sofie dengan reflek menutup mulutnya saking terkejutnya.
ALVARO BERSIMPUH!
"I'll say, will you marry me... I swear that I will mean it... I'll say, will you marry me..." Ucap Alvaro sambil menyanyikan reff lagu tersebut tapi seakan bermakna lain. Seperti benar-benar ingin melamar Sofie!
Sofie menunduk menatap Alvaro yang sedang bersimpuh dengan tatapan tak percaya. Kaget, kesal, malu dan entah kenapa ada sedikit rasa bahagia. Dan Alvaro menjawab tatapan Sofie dengan seringai penuh kemenangan.
Selanjutnya, perlahan-lahan suara "Terima! Terima!" mulai menggema di seantero ruangan seiring dengan tepuk tangan yang semakin kencang dan berirama.
"Terima... Terima... Terima..." Kata-kata itu semakin kencang terdengar.
Alvaro yang masih bersimpuh mendongak menatap Sofie sambil menahan tawa dimana semakin membuat Sofie ingin menampar lelaki itu.
Di depan sana, para tim Hartanto Wijaya dengan senyum bahagia memberi selamat sambil memutar-mutar lengannya tanda bahwa Sofie harus segera berbalik dan meninggalkan catwalk karena waktu akan segera habis. Tapi Sofie tahu ia tak bisa berbalik begitu saja dan meninggalkan semua orang dengan penuh tanda tanya sebelum memberikan jawaban pada si brengsek yang masih bersimpuh di bawah ini.
Karena tak mau mengecewakan semua orang dan tentunya Hartanto Wijaya akhirnya Sofie mengangguk.
Penonton berteriak histeris luar biasa bahkan sampai ada yang melompat-lompat. Para fotografer pun tak tinggal diam. Mereka langsung membidikan kameranya tepat kearah Sofie dan Alvaro untuk mengabadikan momen tersebut, tapi tak sedikit juga diantara mereka yang malah terlihat menelepon. Mungkin untuk mengabari para wartawan yang tak bisa masuk dan media infotaiment bahwa rumor tentang Sofie dan Alvaro memang benar adanya dan sekarang dengan terang-terangan Alvaro melamar Sofie di depan khalayak ramai.
Alvaro yang melihat Sofie mengangguk tertawa bahagia dan puas. Ia langsung berdiri lalu mencium pipi Sofie dan memeluknya.
Dalam pelukan Alvaro, Sofie berbisik pelan diantara bisingnya teriakan histeris dan tepuk tangan penonton, "Awas kamu, Alvaro!"
***
Turun dari catwalk, semua orang memberi selamat atas lamaran tak terduga yang dilakukan Alvaro. Sofie dengan sandiwara terbaikanya memberikan senyum dan mengucapkan terima kasih kepada semua orang. Setelah selesai dengan itu semua, Sofie langsung menyeret Alvaro ke tempat yang lebih sepi untuk ia eksekusi.
"AAAWWW!!!" Alvaro mengaduh kesakitan ketika punggungnya terkena hak runcing heels Sofie.
"KAMU GILA YA, SOF???!!!" Tanya Alvaro kesakitan.
Sofie hanya diam tetapi dadanya naik turun karena menahan emosi sedari tadi. Mereka sekarang sudah berada dibelakang ruang make up yang cukup sepi dan jarang dilewati oleh orang dimana hal itu memungkinkan Sofie untuk bisa berteriak dan menyiksa Alvaro.
"KAMU TADI NGAPAIN SIH?! DASAR GILA! SAKIT JIWA!" Bentak Sofie penuh amarah dan bersiap menampar Alvaro yang langsung dicekal oleh lelaki itu dengan cepat.
"Jangan coba-coba, Sof. JANGAN. COBA. COBA." Ucap Alvaro memperingati Sofie.
Dengan kasar Alvaro melepaskan tangan Sofie yang langsung dianggap Sofie sebagai kesempatan kedua untuk menampar pipi Alvaro lagi. Tapi Alvaro tetap lebih cepat dan akhirnya mencengkram erat kedua tangan Sofie dengan begitu kencang. Sofie mengaduh kesakitan tapi Alvaro tak mempedulikannya. Jarak mereka begitu dekat sampai hembusan napas Alvaro terasa di wajah Sofie.
Frustasi karena tak bisa melakukan apa-apa dengan tangannya yang dicengkram erat dan malah was-was dengan jarak Alvaro yang begitu dekat, akhirnya Sofie harus puas hanya dengan menggigit hidung Alvaro dengan kencang.
Alvaro kembali mengaduh kesakitan dan langsung melepaskan cengkramannya di tangan Sofie untuk memegangi hidungnya yang terasa nyeri.
Melihat Alvaro yang kesakitan, kesempatan itu tak disia-siakan oleh Sofie untuk melepas sebelah heelsnya lagi dan kembali melemparkannya kearah Alvaro. Sekarang Sofie sudah tak memakai sepatu di dalam gaun pengantin ini.
Alvaro berteriak untuk yang ketiga kalinya. Rupanya, lemparan Sofie kali ini tepat mengenai kejantanan Alvaro dan hal itu membuat Sofie sedikit bernapas lega.
"I HATE YOU!" Teriak Alvaro parau sambil memegangi kejantanannya.
"Aku lebih benci lagi sama kamu!" Balas Sofie kencang.
"Kamu bener-bener udah ngancurin hidup aku! Apa sih salah aku sama kamu sampai kamu tega ngelakuin hal kayak tadi?!" Tiba-tiba Sofie berjongkok dan langsung menangis sejadi-jadinya.
Alvaro yang masih kesakitan langsung berhenti dan terdiam ketika melihat Sofie menangis. Ia tak menyangka ulah main-mainnya akan berujung seperti ini.
"Sof... aku..." Alvaro bingung harus berbuat apa. Akhirnya ia berdiri dan berjalan mendekat ke Sofie.
"Jangan deket-deket sama aku! Aku benci sama kamu! Demi Tuhan aku benci sama kamu!" Teriak Sofie makin tak keruan.
Alvaro langsung terdiam. Ucapan benci Sofie kali ini terasa sangat berbeda dengan ucapan benci Sofie sebelumnya. Seperti benar-benar membeci Alvaro dari hati.
"Maaf, Sof... aku nggak bermaksud bikin kamu jadi kayak gini. Tadi itu aku cuma mau bercanda aja..." Ucap Alvaro yang kini ikut berjongkok.
Sofie menatap Alvaro penuh benci.
"Bercanda kamu bilang?! BERCANDA?!" Sofie geleng-geleng kepala tak habis pikir sambil mengusap air matanya yang terus mengalir.
"Dimana otak kamu, Alvaro?! Apa kamu nggak mikir akibat dari perbuatan kamu tadi?! Apa kamu nggak mikir berita apa lagi yang akan beredar nanti?! Itu semua bencana buat aku, tau nggak!" Teriak Sofie semakin histeris.
Alvaro sempat marah saat dirinya dibilang tak punya otak oleh Sofie. Tapi ia harus menahannya kalau tak mau sesuatu yang lebih buruk terjadi padanya.
"I'm sorry, Sof. Aku nggak tahu kalau kamu akan semarah ini. Tadi itu aku cuma mau ngerjain kamu karena kamu yang selalu jutek sama aku." Ucap Alvaro mengaku pada akhirnya.
Sofie terbelalak menatap Alvaro tak percaya ketika mendengar jawaban lelaki itu.
"Kamu bilang apa barusan?! Cuma karena itu kamu ngelakuin hal bodoh kayak tadi?! Kamu tahu nggak apa akibatnya buat aku?! Demi Tuhan, aku nggak ngerti jalan pikiran kamu gimana!" Ucap Sofie sesenggukan menatap Alvaro semakin penuh kebencian.
"Lagipula kenapa tadi kamu malah mengangguk? Kamu juga salah disitu! Harusnya kamu tolak aku!" Alvaro mulai kesal karena sepertinya ia sangat salah dalam hal ini.
Sofie tertawa mengejek diantara cucuran air matanya.
"Aku nggak tahu kamu bodoh atau apa, tapi pernah nggak kamu mikir kalau tadi aku tolak kamu, nama Mas Har pasti akan kebawa-bawa dalam masalah ini dan berita pagelaran busana Mas Har akan jadi negatif! Bukannya positif! Apa kamu nggak mikir sampai situ?! Apa kamu tega ngebawa-bawa orang yang nggak bersalah dan udah baik banget karena mengundang kamu jadi bintang tamu tapi malah tersangkut masalah bodoh karena ulah kamu ini?!" Ucap Sofie penuh amarah.
Walaupun Hartanto Wijaya telah tega memanfaatkan berita dirinya dan Sofie untuk kepentingan pagelaran busananya, tapi tetap saja Sofie tak sampai hati untuk mengacaukan pagelaran busana lelaki paruh baya gemulai itu yang telah lama ia kenal.
Alvaro terdiam. Ya, Sofie benar. Ia sudah sangat keterlaluan kali ini.
"Maaf..." Hanya itu yang bisa Alvaro ucapkan.
Sofie menghapus air matanya dengan kasar lalu bangkit berdiri yang membuat Alvaro juga ikut bangkit.
"Mulai sekarang jangan pernah rusak hidup aku lagi. Semenjak aku ketemu kamu, hidup aku malah penuh dengan kesengsaraan. Satu hal yang harus kamu tahu, sampai kapanpun kamu akan aku kenang sebagai orang yang paling aku benci di muka bumi ini."
Kemudian Sofie berjalan meninggalkan Alvaro yang sangat tertegun mendengar perkataan gadis itu.
"SHIT!" Maki Alvaro kencang sambil meninju dinding dengan tangannya.
***
Sofie hendak pergi ke ruang ganti baju untuk melepaskan gaun cantik nan berat ini sambil menetralkan napasnya dan sesekali menghapus sisa-sisa air matanya ketika seseorang memanggil namanya dari arah belakang.
"Sofie!" Seoarang lelaki tampan berlari mengampiri Sofie.
"Congratulation for the show. Kamu cantik banget hari ini." Ucapnya sambil menyerahkan sebuah buket bunga mawar putih besar ke tangan Sofie lalu tanpa permisi mencium kedua pipi Sofie.
Sofie langsung membeku menerima semua perlakuan ini.
"Aku tahu kamu pasti bingung banget kenapa aku ada disini." Ucapnya lagi sambil menggenggam tangan Sofie yang bebas.
"Aku putus sama Rubi, Sof. Kejadian kemarin ngebuat aku sadar kalo cuma kamu wanita yang aku cintai. Maafin aku karena selama ini udah nyakitin hati kamu. Aku mau kita kayak dulu lagi. Aku dan kamu. Kita." Ujarnya yang sekarang berusaha memeluk Sofie tapi dengan cepat ditahan oleh gadis itu.
"Stop, Nico." Balas Sofie tegas.
Belum selesai masalahnya dengan Alvaro kini ada satu lelaki lagi yang menambah masalahnya. Nico.
"Kasih aku kesempatan lagi, Sof. Aku janji akan ngebahagiain kamu." Kata Nico menggenggam tangan Sofie lagi tapi dengan cepat ditepis juga oleh Sofie.
"Aku tahu lelaki itu hanya pelarian kamu karena aku tahu cuma aku yang bisa ngebahagiain kamu. Aku mohon jangan menikah sama dia..."
Sofie mulai memijit pelipisnya. Rupanya Nico melihat adengan di catwalk tadi. Dan itu makin membuat Sofie membenci Alvaro.
Karena sudah terlalu lelah dengan apa yang terjadi hari ini dan merasa tak perlu menjelaskan yang sebenarnya kepada Nico, Sofie dengan cepat mengembalikan buket bunga yang berada ditangannya.
"Maaf Nic, aku nggak bisa." Ucap Sofie bergegas meninggalkan Nico.
Tapi dengan cepat lelaki itu menahan tangan Sofie. "Sofie, please... kasih satu kesempatan lagi..." Ucap Nico setengah memaksa.
"Aku nggak bisa, Nico!" Nada Sofie mulai meninggi.
Memang, Sofie masih memiliki perasaan terhadap Nico. Tapi hanya perasaan kecewa dan sakit hati atas apa yang dilakukan lelaki yang dulu sangat ia cintai ini. Sofie sadar, kembali pada Nico hanya akan membuatnya seperti orang bodoh karena terperangkap lagi dalam lubang yang sama. Lagipula tak ada yang bisa menjamin ke depannya apa Nico bisa setia atau mengulangi perbuatannya dulu.
Melihat Sofie diam, Nico berusaha memeluk gadis itu kembali tapi Sofie menahannya.
"Jangan peluk aku! Kamu tahu Nico?! Sekarang kamu sama aja nyakitin hati perempuan lain demi aku! Kalau aku balik lagi sama kamu, apa kamu bisa jamin kalau kamu nggak akan nyakitin aku?!" Tanya Sofie geram.
"Aku yakin aku bisa, Sof. Aku janji nggak akan ngecewain kamu lagi." Ucap Nico lembut sambil kembali berusaha memeluk Sofie.
"Nico, lepasin aku!" Teriak Sofie takut karena Nico begitu pemaksa.
Sofie berusaha mendorong tubuh Nico dan meminta tolong. Tapi tak ada satu pun orang yang datang.
Dimana semua orang saat ini?! Harusnya tempat ini kan ramai!
"Aku sayang kamu, Sof..." Ucap Nico kali ini berusaha mencium Sofie.
Sofie semakin takut dan berusaha menghindar dengan menggelengkan kepalanya ke kiri dan ke kanan.
"Kamu sakit jiwa!" Teriak Sofie.
Saat bibir Nico semakin dekat, Sofie sudah menangis dan memanjatkan doa kepada Tuhan untuk meminta bala bantuan.
"JAUHIN BIBIR LO DARI PACAR GUE, BRENGSEK!!!"
Sebuah pukulan mendarat tepat di pipi Nico yang membuat lelaki itu tersungkur ke belakang.
Sofie langsung berlari ke belakang Alvaro, dengan gemetar ketakutan Sofie mencengkram erat tangan Alvaro yang dibalas tak kalah erat oleh lelaki itu.
"Kamu nggak pa-pa, Sof?" Tanya Alvaro menangkup wajah Sofie dengan kedua tangan, memeriksa setiap jengkal tubuh gadis itu.
Sofie mengangguk cepat.
Tepat pada saat itu rupanya Nico sudah berdiri dan memberikan tinju balasannya tanpa bisa Alvaro cegah. Kini gantian Alvaro yang jatuh tersungkur dengan bibir mengeluarkan darah.
"Alvaro!" Pekik Sofie ketakutan sambil membantu lelaki itu berdiri.
"Bibir kamu berdarah!" Jerit Sofie ketakutan melihat Alvaro.
Hilang sudah kebencian Sofie yang sampai ubun-ubun beberapa menit lalu itu. Kini hanya tinggal kecemasan dan kekhawatiran melihat Alvaro.
Ketika Nico bersiap kembali memukul Alvaro yang masih sempoyongan, Sofie dengan berani maju ke depan Alvaro yang otomatis membuat gerakan Nico terhenti untuk memukul lelaki itu.
Cuma ini jalan keluarnya agar Nico pergi dari sini.
"Cukup, Nico. Cerita kita sudah lama selesai. Aku sudah punya orang lain." Ucap Sofie lantang.
Nico menggeleng penuh emosi.
"Aku cinta Alvaro, Nic. Kita sebentar lagi akan menikah."
Nico memejamkan matanya tak terima sedangkan Alvaro di belakangnya kaget bukan main dengan apa yang Sofie katakan.
Tepat pada saat itu jepretan lampu dan kamera mulai datang dari arah berlawanan yang menyilaukan mata Alvaro dan Sofie. Nico yang berdiri agak jauh dari Sofie dan Alvaro akhirnya terdorong oleh banyaknya wartawan yang berlari dan ingin mengambil foto serta mewawancarai Sofie dan Alvaro.
Tepat pada detik itu juga sebelum wartawan benar-benar mendekat, Sofie melakukan sesuatu yang tak terduga.
"I'm sorry, Varo." Ucapnya sebelum bibirnya menempel di bibir Alvaro.
Saat bibir mereka masih menempel dengan cepat Sofie menjilat darah yang keluar di bibir Alvaro sampai bersih karena pukulan Nico tadi agar wartawan tidak tahu kalau ada insiden pemukulan yang terjadi sebelum ini karena itu bisa menimbulkan berita baru yang akan semakin membuat Sofie pusing.
Alvaro yang kaget hanya diam tak membalas ciuman Sofie bahkan ketika gadis itu menjilat darahnya. Tapi ketika akhirnya Sofie tanpa permisi mulai menggigit bibir bawahnya untuk terbuka, Alvaro pasrah. Lidah Sofie masuk sepenuhnya. Detik itu juga Alvaro bagai di sengat ribuan volt listrik yang membuatnya reflek menarik pinggang Sofie mendekat dan membalas ciuman Sofie tak kalah dahsyat.
Bibir Sofie bagai candu untuk Alvaro. Seperti tak ingin berhenti untuk merasakannya. Bahkan ketika akhirnya Sofie melepaskan bibirnya, Alvaro sempat mengerang protes sebelum Sofie memberinya sebuah senyuman yang sangat sulit di artikan sambil mengusap bibir bawah lelaki itu yang basah akibat terlalu kuat Sofie hisap.
Dan itu malah membuat wartawan yang sedang mengerubungi mereka bersorak senang karena teka-teki tentang mereka selama hampir dua bulan belakangan ini akhirnya terpecahkan.
Lalu dengan penuh keceriaan Sofie menatap seluruh para awak wartawan sebelum tatapannya berubah menjadi sinis ketika menatap Nico yang berdiri tak jauh dari kerumunan ini.
Selanjutnya Sofie makin membuat ulah dengan mengalungkan lengannya di leher Alvaro sambil mencium pipi lelaki itu dan mengatakan sesuatu yang membuat para wartawan berteriak histeris tapi justru membuat rahang Nico mengeras dan Alvaro yang bagai disambar petir.
"Saya dan Alvaro akan menikah bulan depan."
***
Hallo!
Aku balik lagi!!!
Gimana chapter ini?
Penasaran nggak sama kelanjutannya?
Stay tune terus ya!
Semua pertanyaan kalian akan terjawab di bab selanjutnya!
So, vote sama komen yang banyak ya!
Minimal 700 juga ya votenya hehe...
Abi.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro