BAB 15 - Serasa Dunia Milik Berdua
Semenjak hari itu tak ada lagi kata 'kamarku' atau 'kamarmu' karena sekarang hanya ada 'kamar kita' di rumah ini. Semua berubah drastis semenjak kepulangan Alvaro dari Kuala Lumpur tiga bulan lalu. Semuanya.
Di mulai dari barang-barang Sofie yang perlahan masuk dan memenuhi kamar Alvaro. Baju, pakaian dalam, make up, hairdryer, peralatan mandi sampai sikat gigi bahkan sepatu dan tas. Tapi entah mengapa Alvaro bahagia mendapati perubahan itu walau harus rela mengeluarkan sebagian isi lemarinya untuk barang-barang Sofie.
Namun rupanya hal itu justru membuat lemarinya terlihat berantakan karena terkadang Sofie suka malas merapihkan setelah mengambil baju secara acak. Dan perlu kalian ketahui, bukan berantakan pada bagian Sofie melainkan Alvaro. Kenapa? Karena sejak hari itu, setiap malamnya Sofie suka sekali mengenakan kaus-kaus Alvaro yang bahannya tipis dan nyaman di pakai untuk tidur. Hingga Alvaro pernah jengkel setengah mati ketika ia ingin memakainya namun mendapati hampir seluruh kausnya tak ada karena masih menumpuk di cucian kotor.
Kalau sudah begitu biasanya Sofie hanya cengengesan tak bersalah sambil menarik kepala Alvaro mendekat untuk ia cium. Dan Alvaro? Lelaki itu bakhan lupa kalau tadi ia sempat jengkel. Mana ada lelaki yang tahan di goda seperti itu oleh istrinya sendiri yang sedang memakai bajunya tanpa mengenakan pakaian dalam di baliknya sehingga beberapa bagian tubuhnya tercetak sangat jelas dan sedang berusaha mencium dirinya?! Hanya dinding-dinding kamar yang menjadi saksi bisu betapa setelah itu tak ada lagi cengengesan Sofie melainkan suara desahan serta erangan tertahan.
Bahkan terkadang Sofie suka lancang memindahkan barang Alvaro ke sembarang tempat hanya untuk menaruh barang barunya di lemari lelaki itu. Dan sejak saat itu juga, Alvaro mulai ketergantungan kepada Sofie untuk menanyakan setiap letak barangnya.
"Sof, kamu taruh dimana celana yang minggu lalu baru aku beli?"
"Kamu lihat kaus kaki aku yang warna coklat nggak?"
"Kemeja biru aku kamu gantung dimana ya?"
Namun anehnya, Alvaro tak bisa mendapati dirinya marah atau pun kesal. Ia malah mendapati dirinya senang dan nyaman dengan semua perubahan ini. Tak jarang pula Alvaro jadi sering bertanya kepada Sofie untuk meminta saran, apa yang sebaiknya ia kenakan atau pun tentang hal lainnya.
"Sof, menurut kamu aku bagusan pakai kemeja yang hitam atau biru dongker?"
"Kamu lebih suka aku pakai parfum Davidoff atau Gucci?"
Kalau sudah begitu, biasanya Sofie dengan senang hati akan mengendusi leher Alvaro sambil tertawa cekikikan yang membuat lelaki itu tak tahan dan langsung menghempaskan tubuh Sofie ke tempat tidur sehingga Danu akan marah-marah karena Alvaro datang terlambat ke lokasi manggung sampai satu jam lebih tanpa alasan yang jelas.
Ya, memang. Alvaro yang sekarang jadi sering terlambat datang ke lokasi manggung karena entah kejadian seperti di atas terulang kembali, atau karena hampir setiap malam ia begadang dengan Sofie yang sangat menggoda iman di tempat tidurnya, atau juga pada pagi harinya ketika Alvaro terlalu sibuk memperhatikan Sofie yang marah-marah tanpa mengenakan apa pun sedang kesusahan mencari bajunya sambil berkata, "Varo, baju aku kamu lempar ke sebelah mana sih tadi malam?! Susah nih nyarinya!"
Dan bukannya membantu, Alvaro yang gemas malah menarik Sofie kembali ke tempat tidur lalu melakukan hal-hal tak senonoh dengan istrinya itu yang membuat dirinya begitu malas untuk bangun dan mandi.
Ah, berbicara soal mandi. Kadang Alvaro suka kesal karena Sofie yang mandi terlalu lama. Kalau sudah begitu biasanya Alvaro akan berteriak, "Sof masih lama nggak mandinya? Aku masuk aja ya biar cepat. Kalau nunggu kamu selesai mandi, aku bisa terlambat."
Dan sebelum Sofie mengiyakan atau menjawab, Alvaro dengan seenak jidatnya dan tanpa permisi akan langsung masuk ke dalam untuk bergabung dengan istrinya itu. Selain itu, Sofie yang memang tak pernah mengunci pintu saat mandi memang memudahkan langkah Alvaro sih...
Hm, tapi kalau kita berbicara logika di sini, kamar mandi di rumah ini kan tak hanya satu. Lantas kenapa Alvaro harus mandi di kamar mandi yang sama dengan Sofie? Karena pada kenyataannya mandi bersama pun tak mempercepat waktu. Malah bisa memakan waktu sampai satu jam lebih. Entah apa yang mereka lakukan di dalam sana...
Dan yang paling mempusingkan adalah dumelan Sofie yang hanya sebatas, "Kebiasaan deh kamu!" atau "Mulai deh pagi-pagi modusnya!" tapi tangannya bergerak membantu Alvaro membuka baju. Hhh, aneh sekali Sofie ini...
Selain itu Alvaro juga berkelakuan aneh sekarang. Lelaki itu mulai rajin membelikan Sofie make up terutama lipstick dan lip balm. Pokoknya semua yang berkaitan dengan bibir. Contohnya, persis dua minggu lalu ketika ia menghampiri Sofie yang sedang berdandan di mejanya.
"Sof, kemarin aku ketemu Yaya sama Pev di GI. Mereka lagi lihat-lihat make up gitu. Terus aku nimbrung deh. Nanya, ada lip balm yang bagus apa enggak. Dan mereka nunjukin ini. Akhirnya aku beli aja deh semua serinya. Ada 8 nih. Cobain deh." Ucap Alvaro meletakan 8 lip balm dari Benefit.
Kalau sudah begitu Sofie hanya akan memutar bola matanya sambil berkata, "Jontor kali bibir aku."
Dan Alvaro membalas dengan kekehannya yang khas. "Kok jontor sih? Nyobain lip balm kan sebentar. Oles-oles sedikit juga selesai."
Sofie semakin kesal sambil mencubit perut Alvaro. "Bagus ya bilang kayak gitu. Nggak sadar ya setiap kali aku beli lip balm, siapa yang selalu ikut nyobain rasanya di bibir aku?! Iya kalau nyobainnya sebentar, ini setiap satu rasa sekitar sepuluh menitan. Dan sekarang aku harus nyobain delapan-delapannya?! Gila kali, satu jam lebih di cium kamu nggak berhenti! Gimana nggak jontor coba?!"
Kekehan Alvaro langsung berubah jadi tawa terbahak-bahak. "Ya nggak usah di olesin di bibir semua lah. Kan masih ada leher, dada, perut, paha, pant..."
"VAROOOO!" Sofie langsung membekap mulut nakal suaminya itu yang kemudian di hadiahi Alvaro dengan pelukan gemas yang berujung pada tangan-tangan nakal yang menggerayangi tubuh Sofie.
***
Tak hanya itu, kini Alvaro punya kebiasaan baru. Selalu merasa ingin cepat sampai di rumah. Melihat Sofie yang selalu menunggunya di ruang tamu atau di tempat tidur kalau gadis itu memang sudah terlalu mengantuk menunggunya di ruang tamu. Namun yang paling membuat Alvaro bahagia adalah Sofie yang akan bangun dengan sendirinya ketika Alvaro datang. Dan Alvaro pun menyadari semenjak kepulangannya dari Kuala Lumpur tiga bulan lalu, Sofie selalu pulang terlebih dulu darinya.
"Hei, capek ya kelamaan nunggu aku pulang? Maaf ya..." Alvaro langsung bergabung dengan Sofie di tempat tidur sambil memeluknya dari belakang kemudian mengusap rambutnya.
Sofie yang terbangun akan langsung berbalik memeluk Alvaro kemudian mendaratkan kepalanya di dada Alvaro.
"Hm-hm. Kamu sih lama banget pulangnya. Jadi ngantuk akunya..." Sofie berucap manja, melingkarkan lengannya di seputaran leher Alvaro kemudian mencium tepat di bawah dagu Alvaro. Tempat favoritnya. Selalu membuat sekitaran bibirnya gatal karena bakal janggut Alvaro yang kasar tapi juga membuatnya ketagihan untuk mengulanginya beberapa kali lagi.
"Kamu udah makan? Mau aku buatin sesuatu?"
Alvaro tersenyum. Ini satu hal kecil diantara hal-hal lain yang berubah semenjak hari itu. Sofie yang selalu menanyakan apakah ia sudah makan atau belum. Rasanya begitu di sayangi dan di perhatikan saat Sofie mengucapkannya.
Alvaro mengangguk lalu menggeleng. "Aku udah makan tadi di luar. Kamu nggak usah buatin apa-apa. Tidur aja lagi. Aku mau mandi dulu ya."
Kalau sudah begitu Sofie hanya mengangguk dan balas memeluk Alvaro sambil mengerucutkan bibirnya meminta di cium. Selalu seperti itu setiap malamnya setelah menanyakan hal yang sama. Dan Alvaro hanya bisa menerimanya dengan senang hati.
Tapi setelahnya Sofie tak lantas bisa tidur begitu saja. Kedatangan Alvaro membuatnya tak bisa tidur dan harus menunggu di peluk lelaki itu terlebih dahulu baru ia bisa terlelap lagi.
"Kamu harum banget. Aku suka..." Ucap Sofie ketika merasakan pelukan Alvaro setelah mandi. Harum, hangat dan bau sabun. Kesukaan Sofie.
Biasanya Alvaro hanya tersenyum dan mengecup pipi Sofie sambil mengucapkan terima kasih. Setelah itu Alvaro akan mengajak Sofie berbincang sebentar mengenai kegiatan mereka hari ini sebelum benar-benar tertidur bersama Sofie.
***
Selain itu ada hari-hari dimana Alvaro begitu menikmati jadwalnya yang kosong seharian. Masih berleha-leha di tempat tidur sambil memandangi Sofie yang repot memilih baju di depannya sebelum nanti jadi supir tampan seharian karena di minta Sofie untuk menemaninya melakukan aktivitasnya seharian penuh.
"Menurut kamu aku bagusan pakai baju yang merah atau yang putih?"
"Nggak dua-duanya. Bagusan kayak gini. Nggak pakai apa-apa terus nggak usah pemotretan dan sama aku aja di tempat tidur seharian."
"Varo, apaan sih! Aku serius nih."
Alvaro terkekeh sambil menarik Sofie untuk duduk di atas pangkuannnya.
"Kamu tuh mau pakai apa aja cantik. Apalagi nggak pakai apa-apa. Lebih-lebih cantiknya."
Dan iman Sofie yang tak kuat di perlakukan seperti ini oleh suaminya sendiri membuat dirinya tersipu malu memeluk Alvaro sambil mencium bibir lelaki itu lembut. Bahkan pasrah ketika Alvaro mulai merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Dan selanjutnya? YA JELAS SOFIE TERLAMBAT KE PEMOTRETAN!
***
Tak jauh berbeda dari Alvaro, Sofie pun menikmati saat-saat dimana ia bisa berkuasa sepenuhnya atas Alvaro.
"No! Kamu nggak boleh kebanyakan makan makanan kayak gini, Alvaro. Nggak sehat! Jaga kesehatan dong, Varo... jadwal manggung kamu kan padat banget." Ucap Sofie mengangkat lasagna yang terlihat sangat lezat itu.
"Tapi ini enak banget, Sof..." Ucap Alvaro tak rela karena baru mencicipi dua suap.
"Oh, mau ngebantah aku sekarang ya? Yaudah, enak-enakan aja sama makanan kayak gini. Nggak usah enak-enakan sama aku lagi." Balas Sofie kembali meletakan lasagna itu ke meja.
"Yah, Sof... kok gitu sih ngomongnya?"
"Makanya sekarang kamu pilih, mau makan yang jenisnya kayak begini terus tapi nggak enak-enakan sama aku atau mulai makan sehat tapi enak-enakan terus sama aku?!"
"Yaudah, kamu." Desahnya pasrah.
Sofie tersenyum menang. "Good. My good sexy boy." Sofie mengecupnya.
"Sekarang makan." Ucapnya memerintah.
Dan Alvaro hanya bisa menatap wortel rebus, kentang rebus serta brokoli yang ada di depannya dengan tak selera.
Nggak apa-apa deh makan makanan yang nggak ada rasanya gini tapi bisa enak-enakan terus sama Sofie setiap hari.
***
Dan malam ini, ketika Alvaro akan bertolak ke Jogja untuk manggung esok hari, ia sedang bermanja-manja dengan Sofie untuk mengurangi rasa rindunya nanti.
"Sof, cium lagi..." Ucap Alvaro mendongakan kepalanya ke atas sambil menunjuk keningnya.
Sofie yang posisinya sedang duduk dengan Alvaro yang rebahan di pahanya menyentil kening lelaki itu jengkel.
"Dari tadi minta di cium terus sih?! Ini makanannya aja belum habis." Ucapnya kesal karena sekarang Alvaro meminta Sofie menyuapinya makan sambil menonton tv. Sungguh manja dan kekanak-kanakan! Padahal hanya dua hari di Jogja!
"Nanti aku nggak ada di kangenin, di teleponin. Sekarang giliran ada bukannya di sayang-sayang malah di jutekin..." Dumel Alvaro sambil mengganti-ganti channel karena tak ada yang seru.
"Kan perginya sebentar, jadi nggak bakal kangen." Balas Sofie.
"Yaudah aku lama-lamain aja di Jogjanya..."
"Ih, Varo! Kok gitu sih ngancemnya!"
Ucap Sofie memukul pundak Alvaro main-main namun tak urung kepalanya menunduk untuk mencium kening lelaki itu.
Alvaro tersenyum menang sambil membuka mulutnya, meminta suapan berikutnya. Sofie menyuapinya kemudian menunduk lagi lalu melingkarkan lengannya di seputaran leher Alvaro, memeluknya.
"Janji ya, nggak boleh lebih dari dua hari."
Alvaro terkekeh mendengar nada manja bercampur merengek itu. "Kalau lebih dari dua hari kenapa? Emang kangennya udah di mulai?"
Sofie cemberut, "Iyaaa..."
Alvaro tersenyum geli. "Siap Ibu Sofie! Saya pastikan Bapak Alvaro akan pulang dua hari kemudian. Sekarang boleh di cium lagi Bapaknya, Bu?"
***
Esok harinya...
Alvaro:
Pakai bedak biar putih.
Sofie cantik lagi apa nih?
Sofie:
SIAPA YA? MAAF NGGAK KENAL.
Alvaro:
Cieeee, nggak kenal tp kok balesnya cpt bgt sih? 😂😜😎🔫
Pasti lg megangin hp trs drtd ya? 😀
Lg liat2 foto aku kan? 😬
Udh mulai kangen jg kan? 😁
Atau lg nungguin line dr aku? 😂
Jgn2 nungguin telfon aku jg ya? 😆
Pipi Sofie panas sejadi-jadinya melihat pesan balasan dari Alvaro. Antara marah bercampur malu karena yang di bilang lelaki itu semuanya benar. Apalagi emoticon melecehkan Alvaro. Sofie seperti orang yang tertangkap basah melakukan kejahatan. Kesal, akhirnya Sofie memilih diam dan tak membalas pesan lelaki yang ia rindukan itu.
Tak sampai 15 menit kemudian...
Alvaro:
Marah nih yeee...
Line aku cm di read doang, di bales enggak. 😆😆😆
Pdhl aku kangen km lho.
Mau peluk km bgt.
Mau cium km jg...
❤️😘
Sofie menggigit bibirnya, tersenyum sendiri seperti orang gila bahkan sampai menutup wajahnya dengan bantal saking tak kuatnya membaca pesan balasan Alvaro.
Sofie:
Mau nyemplungin km bgt ke Kali Ciliwung!!! 😤😤😡
Gengsi ah jujur sama Alvaro. Pura-pura marah aja biar seru.
Alvaro:
Sadis bgt sih... nanti aku bau sampah dong? 😱😢
Sofie:
Iya lah. Biar nggak usah deket2 sm aku lg. 😜😝
Alvaro:
Yah, jgn gitu dong...
Nanti nggak ada yg bisa aku peluk lg kalau aku tidur...
Nah, biar km nggak nyemplungin aku ke Kali Ciliwung mending km nonton TEN TV skrg deh.
Aku lg live dr Jogja nih. Nanti aku dadah2 deh sambil bilang kalau kangen bgt sm kamu... 😘
Sofie:
M.A.L.E.S 😒😒
Mending aku nonton Outlander.🙄🙄
Alvaro:
Sadisnya kamu...
Suami sendiri lg cari uang tp nntn aja nggak mau.
Km nggak tau ya suami km ini penyanyi dgn fans cewek paling banyak se-Indonesia?
Nggak takut di rebut? Udah ganteng, suaranya bagus lagi.
Kurang apa coba?
Sofie:
Nggak takut tuh.
Gih sana. Aku mah nggak doyan. 😜😜😜
Alvaro:
Mbak, karetnya dua ya?
Pedes bgt kalau ngomong.
Sofie terbahak. Ia benar-benar rindu Alvaro sekarang.
Sofie:
Udah deh jgn Line aku trs.
Siap2 gih. Aku tau km pasti lg di backstage smbl di make up kan?
Blg sm MUAnya jgn tebel2. Touch up tipis aja. 😘😘😘
Alvaro:
Siap Ibu Model!
Duh perhatian bgt sih sm aku sampai segitu detailnya...
Makin kangen sm kamu, mau cepet pulang. 😢😢
Ingin rasanya Sofie mencium Alvaro sekarang juga.
Sofie:
Aku tunggu di rumah. 😊😚
Semoga nyanyinya bagus ya...
Alvaro:
Thank youuu!
Miss youuu!
😘😘😘
Dan Alvaro mengirimi Sofie pesan ini sampai berkali-kali.
Sofie:
NGGAK USAH KIRIM SAMPAI 200 JUGA KALI!!!
Alvaro:
Hehe. 😝😝😝
See you soon.
Dan pesan terakhir Alvaro membuat Sofie menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur.
"Padahal baru satu hari di tinggal. Tapi udah sebegini kangennya sama kamu..."
***
Kalau kemarin Alvaro mengabari seluruh aktivitasnya kepada Sofie, hari ini semuanya berbeda. Tak ada telepon atau pesan singkat sama sekali dan itu membuat Sofie uring-uringan seharian. Kerja pun tak konsentrasi. Datang terlambat, fotografer marah-marah karena Sofie selalu gagal mengikuti arahan. Sekarang, ketika ia sudah sampai di depan rumah, rasanya Sofie ingin menangis. Rindu setengah mati dengan suaminya itu. Dengan air mata yang sudah menetes, di bukanya pintu dengan lesu. Namun saat pintu terbuka pemandangan yang ada membuat Sofie kaget bukan main. Puluhan pot-pot berisi bunga mawar merah memenuhi seluruh lantai. Sangat cantik.
"Surpriseee! Aku pulang!" Alvaro berdiri di tengah pot-pot berisi mawar merah itu sambil merentangkan tangannya lebar-lebar.
Sofie langsung histeris, menutup wajahnya dengan kedua tangan karena tangisnya langsung pecah. Dengan tawanya yang khas, Alvaro menghampiri Sofie lalu menghapus air mata Sofie dengan tangan dan memeluk istri yang di tinggalkannya itu selama... dua hari.
"Jahat, kamu jahat! Nggak ngabarin aku seharian ini!" Sofie sesenggukan sambil memukul dada Alvaro berulang kali.
"Aku sebel sama kamu! Sebel banget! Nggak usah deket-deket sama aku! Sana pergi aja yang jauh!" Ucap Sofie masih dengan air matanya yang terus menetes tapi tangannya terangkat untuk melingkar ke leher Alvaro.
Alvaro benar-benar geli dan gemas melihat tingkah laku Sofie. Apalagi sekarang Sofie tengah menyenderkan kepalanya di dada Alvaro sambil mengelap air matanya menggunakan baju lelaki itu.
"Huhuhu... kangen tahu nggak..." Pukul Sofie sekali lagi.
"Maafin aku deh... aku kan sengaja mau ngasih surprise ini ke kamu..." Balas Alvaro menangkup wajah Sofie lalu mencium satu-persatu air mata yang jatuh ke pipi gadis itu.
Walau masih cemberut akhirnya Sofie mencium pipi Alvaro kemudian tertawa seperti orang gila. "Makasih ya, aku suka..."
Alvaro ikut tertawa seperti orang gila lalu membawa Sofie ke tengah puluhan mawar merah itu dan mendudukan dirinya serta Sofie di sana. Tangan Sofie dengan segera menyentuh mawar-mawar itu dan menghirupnya.
"Cantik banget..."
Sofie tersenyum manis kepada Alvaro, menarik kepala lelaki itu mendekat untuk ia cium. Seperti lupa kalau tadi ia sempat menangis seperti anak TK yang permennya di curi.
"Jadi udah nggak sebel lagi kan sama aku?" Tanya Alvaro ketika Sofie melepaskan bibirnya.
Sofie menggigit bibirnya malu sambil menggeleng.
"Kalau udah nggak sebel berarti sayang dong?" Tanya Alvaro menaik turunkan alisnya.
"Apa sih kamu!" Sofie menutup wajah Alvaro dengan kedua tangannya.
Selanjutnya mereka hanya tertawa bahagia saling berpelukan di kelilingi puluhan mawar merah yang ada di ruangan ini.
Ah, indahnya. Serasa dunia milik berdua...
***
"Hhhhgg... Sof, jangan gangguin aku dulu. Masih ngantuk banget..." Alvaro mulai kesal ketika ia hampir terlelap tapi Sofie malah naik ke atas punggungnya.
"Geli, Sof... aku jadi nggak bisa tidur nih." Alvaro menggerutu karena Sofie mulai mencium punggungnya.
Karena istrinya itu tak berhenti juga, Alvaro menarik paksa kaki Sofie hingga gadis itu jatuh telentang dan segera mengurungnya.
"Diem nggak kamu." Katanya memeluk Sofie sambil melingkarkan kakinya di seputaran kaki Sofie.
"Masih kangen kamu..." Lirih Sofie manja sambil berulang kali mencium mata Alvaro yang terpejam.
"Yaudah, boleh cium sama peluk. Tapi tangan jangan nakal ya?" Alvaro membuka matanya menunjuk Sofie tepat di matanya.
Sofie cemberut. "Kok kamu gitu sih?! Bilangnya kangen aku, mau peluk aku, mau cium aku. Giliran udah sampai rumah akunya kamu cuekin..." Sebalnya sambil menggigit hidung Alvaro.
Alvaro mengerang kesal dan balas menggigit hidung istrinya itu. "Coba kamu pikir deh. Aku baru pulang dari Jogja langsung nyiapin bunga-bunga segede gaban itu cuma buat ngasih kamu surprise. Capek banget, Sofie... aku udah nggak punya tenaga lagi buat ngeladenin kamu. Makanya, biarin aku tidur dulu. Nanti kalau aku udah fresh kita begadang deh. Terserah kamu mau ngapain aku. Aku pasrah. Sepasrah-pasrahnya. How's?" Tanya Alvaro diantara kantuk yang menerjangnya.
Sofie semakin cemberut. "Jadi bikin surprisenya nggak ikhlas nih?!"
Alvaro terkekeh dengan matanya yang terpejam. "Ikhlas Sofieee, ikhlas banget... tapi tenaga aku sekarang habis banget. Tega kamu mau ngapa-ngapain aku yang nggak berdaya ini? Makanya aku tidur dulu, oke?"
"Mmmmmm..." Sofie pura-pura berpikir sambil mengambil napas di pipi Alvaro.
"Yaudah deh. Tapi habis itu janji ya?"
"Siap, Cantik!"
Lalu Alvaro segera menyamankan posisinya, sedikit menurunkan tubuhnya hingga kepalanya berada di dada Sofie kemudian mengambil napas dan mulai tidur. Tak lupa ia selipkan kakinya diantara kaki Sofie lalu mengambil tangan Sofie dan menaruhnya di atas kepala. Meminta untuk di usap.
"Bobonya jangan lama-lama ya..." Ucap Sofie sambil mencium kepala Alvaro yang di balas Alvaro dengan menggigit kecil dada Sofie karena gemas sebelum lelaki itu benar-benar terlelap.
***
"Sof, bangun..." Alvaro mengusap-usap punggung Sofie.
Gadis itu hanya mengerang kesal makin memejamkan matanya karena di bangunkan. Lilitan tangan dan kaki Sofie pada perut Alvaro pun semakin kuat.
"Tadi aku di marah-marahin nggak boleh tidur. Sekarang siapa yang di bangunin malah marah-marah?" Ucap Alvaro gemas sambil menggigit tangan Sofie yang bebas.
Karena Sofie tak merespon dan sepertinya gadis itu memang kembali terlelap, Alvaro mencoba melepaskan lilitan tangan Sofie di perutnya.
"Mau kemana..." Rengek Sofie manja walau matanya masih terpejam. Ternyata Sofie tidak benar-benar tidur.
"Mau minum. Aku haus." Jawab Alvaro berusaha berdiri tapi Sofie menahannya.
"Noooo..." Ucap Sofie menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Cuma sebentar, Sof. Habis itu aku balik lagi..." Alvaro mulai kesal dengan tingkah Sofie.
Tak juga di lepaskan, akhirnya dengan satu ciuman panjang Sofie melepaskan Alvaro... ke dapur.
Tak kurang dari semenit Alvaro ke dapur untuk mengambil minum, Sofie berulang kali meneriakan namanya.
"Bisa diem nggak mulutnya?!" Alvaro memukul pelan pantat Sofie ketika ia sudah kembali ke kamar.
"Kamu lama banget sih!" Balas Sofie yang langsung menarik tubuh Alvaro untuk kembali ke tempat tidur dan menjadikan lelaki itu guling seperti tadi.
"Heran aku, punya istri kok manjanya begini banget sih." Ucap Alvaro menjitak kepala Sofie tapi kemudian menciumnya.
Tak mendapat jawaban dari Sofie, Alvaro mencolek-colek pipi Sofie.
"Heh, sekarang mau ngapain nih? Ini suaminya udah bangun." Kata Alvaro galak tapi malah membuat Sofie yang sedang bergelung nyaman di dada Alvaro jadi terkikik.
"Kamu ngegemasin banget sih!" Mata Sofie langsung terbuka sepenuhnya lalu ia merangkak naik dan mulai mencium pipi Alvaro.
"Pipi doang nih?" Goda Alvaro menaikan sebelah alisnya menatap Sofie.
Gadis itu kembali terkikik. "Ya sabar dong, Pak. Satu-satu." Ujarnya pura-pura kesal.
"Ah, kamu kelamaan." Balas Alvaro yang langsung menggulingkan Sofie ke bawah.
Tapi dengan cepat Sofie protes. "Varo, aku nggak mau di bawah teruuuus! Aku mau di atas!" Kesalnya.
Alvaro mendengus sebal. "Hhhh, kalau sama kamu apa-apa serba repot deh. Yaudah sini, ayo naik ke atas aku." Alvaro mengulurkan kedua tangannya yang langsung di sambut oleh Sofie.
Kembali kesal karena Sofie tak melakukan apa-apa di atasnya akhirnya Alvaro menaruh kedua tangannya di belakang kepala. "Coba, sekarang aku mau lihat kamu mau ngapain di atas aku." Tantangnya.
Sofie mencibir. "Oke, tapi awas ya kalo habis ini ketagihan." Ucapnya keki sambil membuka kaitan bra.
Tapi yang terjadi selanjutnya malah membuat Alvaro tertawa kencang.
"Tuh kan, buka bra sendiri aja nggak bisa. Udah tahu kalau tangannya pendek, nggak sampai. Masih aja kepala batu. Lupa ya siapa yang setiap hari ngebukain bra kamu? Sekarang sok-sokan buka bra sendiri lagi..." Alvaro menjitak kepala Sofie yang di balas tawa sebal oleh gadis itu.
"Mau sexy di depan kamu tapi malah gagal. Sebel..." Sungut Sofie yang membuat Alvaro terbahak.
"Kamu sih kalau di bilangin suami ngeyel. Berapa kali aku bilang kalau beli bra itu yang cup depan. Supaya gampang di buka." Ucap Alvaro geli.
"Yaudah, sini aku bukain." Kata Alvaro kemudian duduk dan membuka kaitan bra Sofie.
"See? Nggak sampai satu detik aku udah bisa cium bantal-bantal favorit aku." Katanya jahil dan langsung mencium payudara Sofie.
Sofie langsung memejamkan mata dan meremas rambut Alvaro seraya meminta lelaki itu mengulangi perbuatannya.
"Oh, I love this..." Alvaro menarik benda kecil berwarna kecoklatan itu yang membuat Sofie menjerit tertahan.
Selanjutnya Sofie langsung berguling ke bawah yang membuat Alvaro jadi tertawa.
"Ujungnya di bawah-bawah juga nih? Mbaknya udah nggak kuat ya?"
Sofie menggigit bahu Alvaro karena kesal di ejek lagi tapi kemudian dengan nakal tangannya membuka celana Alvaro dan meremasnya kencang sampai Alvaro melenguh di atasnya.
"Kita lihat aja, siapa yang nggak kuat habis ini."
***
"Satisfied?" Tanya Alvaro mengejek sambil menyerahkan sepiring sandwich ke hadapan Sofie.
"Hhmm." Balas Sofie jutek.
Alvaro terkekeh sambil mencolek pipi Sofie. "Cieee, masih kesel nih gara-gara kalah ya tadi?"
"Siapa juga yang kalah!" Jawab Sofie kesal sambil menepis tangan Alvaro yang terus mencolek pipinya.
"Jadi yang tadi mau nangis sambil ngerengek-rengek terus bilang 'Varo, please aku udah nggak kuat lagi' itu siapa ya?" Ucap Alvaro sambil menirukan gaya dan suara Sofie saat sesi you-know-what-I-mean mereka tadi.
Sofie langsung memukul lengan Alvaro dengan matanya yang melotot. "Sumpah aku sebel banget sama kamu!"
Alvaro semakin terkekeh dan memeluk Sofie sambil mencium sekitaran leher gadis itu. "Jangan sebel-sebel sama aku dong..." Ucap Alvaro geli dan semakin meneruskan aksinya.
Mata Sofie langsung terpejam, tanpa sadar tangannya terangkat dan mengusap rambut Alvaro meminta lebih.
"Masih marah?" Tanya Alvaro menyeringai melihat kelakuan Sofie sekarang ini.
Sofie menggeleng lemah. "Aku nggak pernah bisa marah kalau kamu giniin aku." Ucapnya menggigit bibir.
Alvaro tersenyum menang. Di naikannya kaus miliknya yang di pakai Sofie sampai sebatas dada gadis itu.
"Kamu nggak pakai bra?" Tanya Alvaro sambil menggesekan hidungnya di sana.
Sofie kembali menggeleng lemah dengan mata terpejam. "Kan kamu yang nyuruh aku supaya nggak pakai bra setelah tadi kita..."
Sofie sudah tak dapat meneruskan kalimatnya ketika Alvaro menggigitnya. Hanya pekikan kaget dan remasan tangan Sofie di rambut Alvaro yang semakin mengencang. Kemudian ketika Alvaro mulai meraba paha Sofie sampai ke pangkalnya, lelaki itu makin tersenyum senang.
"Good wife. Selalu mematuhi perintah suami." Ucap Alvaro saat tangannya bermain di sana dengan bebas tanpa terhalang apa pun.
Kemudian dengan senyum sombong Alvaro berjongkok dan membuka kedua paha Sofie.
"Let me eat my dessert."
Sofie menggigit bibirnya keras-keras sambil menghimpitkan kedua pahanya ketika kepala Alvaro berada di sana. Hingga akhirnya kedua pahanya bergetar hebat dan Sofie meneriakan nama Alvaro kencang-kencang, lelaki itu berdiri sambil menjilat bibirnya kurang ajar.
"So, who's the winner?"
Sofie yang masih lemah hanya bisa terpejam sambil berucap pasrah, "Kamu."
"Good." Ucap Alvaro sambil memberikan satu ciuman di kening Sofie.
Kemudian gadis itu mengangkat tangannya meminta di gendong.
"Kamar..." Perintahnya.
Alvaro melakukan apa yang di perintahkan Sofie dengan senang hati. "Masih mau lagi?"
Sofie tak menjawab hanya tersenyum malu sambil menyembunyikan wajahnya di leher Alvaro. Tapi kemudian ia mendongak lalu berbisik di telinga Alvaro.
"Banget..."
***
"Sof, kamu suka hujan?"
Sofie yang sedang meringkuk nyaman dalam dekapan Alvaro langsung mendongak dan tertawa.
"Jangan mentang-mentang di luar hujan kamu mulai nanya kayak cowok-cowok di ftv gitu deh. Nggak pantes, Varo." Ucap Sofie makin meringkuk nyaman sambil mengganti channel tv.
Alvaro menggigit pipi Sofie dengan gemas. "Heran ya, mau romantis sama kamu tuh nggak bisa. Nanya kayak gini malah di lecehin."
Sofie terkikik dan memutar tubuhnya lalu menangkup wajah Alvaro dengan kedua tangan.
"Lagian pertanyaan kamu kayak di sinetron sih. Kan aku ketawa jadinya." Ucap Sofie menjawil hidung Alvaro.
"Lagipula ya, cukup mepet-mepet sama kamu di sofa kayak gini, meluk kamu yang nggak pakai baju dari balik selimut sambil nonton acara tv yang nggak jelas ini, buat aku udah romantis kok."
Alvaro hanya terbahak lalu memberi Sofie ciuman yang banyak sampai gadis itu memukulnya karena kehabisan napas.
"Dan kalau kamu emang beneran nanya apa aku suka hujan, jawabannya iya. Tapi aku cuma suka hujan kalau aku lagi di dalam rumah. Senang aja ngeliat hujan, bau hujan, apalagi kalau nikmatin hujannya sama kamu gini. Aku makin suka." Kata Sofie manja dan mencium Alvaro panjang.
Lelaki itu tertawa diantara ciumannya lalu di pukulnya pantat Sofie dengan pelan karena gemas dengan kalimat gadis itu.
"Terus kenapa kamu nggak suka hujan kalau kamu lagi di luar?" Tanya Alvaro sambil mengusap bibir bawah Sofie yang basah akibat ulahnya barusan.
Sofie memutar bola matanya mendengar pertanyaan Alvaro.
"Ya karena hujan bikin jalanan jadi becek, mascara sama make up aku bisa luntur, kotor sana sini, ribet bawa payung, inilah, itulah..." Ucap Sofie panjang lebar.
Dan terbahak lah Alvaro mendengar jawaban istrinya itu.
"Ya ampuuun, kamu tuh ya! Aku kira alasannya apaan!" Ucapnya sambil menepuk pantat Sofie sekali lagi.
Kemudian Alvaro mengambil remote tv, lalu mengganti-ganti channel. Tapi karena tak ada yang bagus ia mematikannnya. Dan sekarang objeknya hanya satu. Sofie. Alvaro lantas menarik tubuh Sofie lebih ke atas lalu mulai mencium pipi gadis itu.
"Ke kamar yuk." Ajaknya sambil mencium telapak tangan Sofie berulang kali.
Sofie menggeleng. "Nggak mau. Enakan di sini."
Alvaro berdecak. "Nggak enak, Sof. Sempit. Susah mau ngapa-ngapain kamunya." Dumel Alvaro sambil mengelus-elus paha bagian dalam Sofie.
"Tapi kan kita belum pernah di sini." Rengek Sofie.
Dan rengekan Sofie selalu sukses membuat Alvaro tak berkutik.
"Oke. Terus sekarang mau kamu gimana nih?" Tanya Alvaro kesal.
Sofie terkikik sambil mendongak manja menatap Alvaro. "Gimana apanya sih?"
"Aku mulai nggak sabaran nih ngadepin kamu..."
"Uuu, takut..." Ucap Sofie berpura-pura.
"Berani ya sekarang sama aku..."
Alvaro langsung mengelitiki Sofie sampai gadis itu tertawa kegelian dan dengan cepat melumat bibirnya sebagai hukuman. Awalnya Sofie kaget tapi dengan cepat ia bisa langsung menyesuaikan. Setelahnya hanya ada suara hujan dan dua orang yang bergumul di sofa sempit sedang berbagi kehangatan.
***
"Malam ini kamu lagi nggak pakai krim kan?"
Kening Sofie berkerut sebentar sebelum paham maksud lelaki itu. "Krim malam maksud kamu?"
Alvaro mengangguk.
"Iya, lagi nggak pakai. Soalnya habis. Besok baru mau beli lagi. Kok tumben sih kamu nanya kayak gitu?" Tanya Sofie sambil mematikan lampu dan masuk ke dalam selimut bergabung bersama Alvaro.
Alvaro tersenyum geli, merengkuh Sofie ke dalam pelukannya sambil menggesekan hidungnya di pipi Sofie. "Abis kalau nyium kamu yang lagi pakai krim malam, rasanya pahit."
Sofie langsung tertawa sejadi-jadinya sambil menutup wajah Alvaro dengan kedua tangannya.
"Varo! Kamu apaan sih jawabannya! Norak banget tahu nggak." Ucap Sofie di sela-sela tawanya.
Alvaro pun jadi ikut tertawa. Di peluknya Sofie dengan erat karena ia selalu gemas dengan setiap tingkah Sofie.
"Udah malam nih, jangan bercanda terus ah." Omel Sofie.
"Sekarang tidur. Besok kan kamu ada jadwal manggung pagi-pagi. Aku juga ada pemotretan pagi." Lanjutnya.
Kemudian Sofie mencium bibir Alvaro cepat, menurunkan kepalanya sampai sebatas dada Alvaro, mencari posisi yang nyaman lalu mulai memejamkan mata.
"Good night." Ucap Sofie.
Alvaro balas mengecup rambutnya, mengeratkan pelukannya dan mulai mengusap punggung Sofie sebagaimana malam-malam sebelumnya lalu tersenyum dan berkata dalam hatinya. Sebuah kata yang saat ini hanya mampu ia ucapkan dalam hati dan tidak tahu kapan berani mengatakannya secara lantang.
I love you.
***
*Baper di pojokan sambil gigit-gigit kuku*
Udah segitu aja. Bingung mau nulis apalagi.
As always, komen dan votenya aku tunggu.
Abi.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro