Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

26 - Sang Pelaku

Assalamualaikum semuanya. Alhamdulillah aku balik lagi bawa MARIPOSA 2. 

Maaf banget yaa updatenya malam banget, soalnya tadi revisi dulu dan cek lagi biar feelnya bener-bener dapat dan tersampaikan ke kalian. Semoga kalian selalu sukaa yaa sama Mariposa 2 ^^ 

Siapa yang udah penasaran banget buat baca part ini?

Kasih emoji love sebanyak-banyaknya bagi kalian yang nggak sabar buat baca Mariposa 2 part 26. 

Sebelum Baca. Yuk untuk terakhir kalianya kalian tulis satu nama. SIAPA PELAKU YANG MEMBERIKAN KOTAK MERAH MUDA KE ACHA? Hanya kasih satu nama ya! Harus yaa!!

DAN MARI KITA LIHAT APAKAH JAWABAN KALIAN BENAR ^^

SELAMAT MEMBACAAA SEMUANYAAA ^^ 

****

Lebih dari sepuluh menit, Acha masih tetap diam, berdiri di depan restoran SOPHIE AUTHENTIQUE. Pikiran Acha terbelah, ia disulitkan dengan dua pilihan. Pulang saja atau tetap masuk.

Acha ingin pulang, tapi dia sangat penasaran dengan pelaku pengirim kotak-kotak merah muda tersebut. Acha juga ingin menanyakan apa tujuannya memberikan kotak-kotak itu untuk Acha? Apa tujuannya ingin menemui Acha?

Acha menghela napas untuk kesekian kalinya. Jujur Acha sudah tidak lagi bersemangat seperti tadi. Bahkan senyumnya pun hilang begitu saja dari paras cantiknya.

Apa Acha masuk aja? Batin Acha terus mendominan.

"Ya, lo pastiin aja siapa yang ngasih kado-kado itu. Daripada lo penasaran."

Acha langsung teringat dengan ucapan Amanda di telfon. Acha mengangguk dengan yakin.

"Acha harus pastikan siapa pengirimnya. Biar semua jelas."

Acha menarik napasnya sekali lagi dan menghembuskannya pelan-pelan, ia menguatkan dirinnya dan menyiapkan mentalnya sebelum mengetahui siapa pengirim kotak-kotak tersebut.

Setelah itu, Acha perlahan masuk ke dalam restoran tersebut.

******

Acha menutup kembali pintu restoran, ia mengedarkan pandangannya. Tidak ada siapapun dilantai satu. Restoran ini sangat minimalis, tidak terlalu besar namun dekorasinya sangat cantik dan unik. Gaya rumah-rumah tradisional di prancis. Nuansa putih dan biru muda lebih mendominasi.

Beberapa detik Acha mengagumi interior restoran ini. Sangat cantik.

Acha mengedarkan pandangannya kembali, mencari-cari siapa tau ada orang yang bisa ditanyainya. Namun, masih tak ada siapapun yang muncul. Keadaan juga sangat hening dan sepi. Acha jadi mulai takut sendiri.

Kedua mata Acha tiba-tiba terhenti disebuah lukisan yang ada disebelah kirinya. Lukisan bergambar pemandangan tangga dengan rumah-rumah bernuansa eropa yang mengapitnya dan ujung dari tangga terdapat sebuah sungai biru.

Acha melihat ada sebuah kartu ucapan yang terselip dilukisan tersebut. Firasat Acha berkata, bahwa dia harus mengambilnya.

Acha pun melakukannya, ia dengan cepat mengambil kartu ucapan itu kemudian membaca tulisan yang ada di kartu ucapan itu.

AHA+N4+N4+O2NA+H+N4+OH2A

Acha menghela napas berat, bahkan sampai disini pun dia masih harus memecahkan sebuah kode. Apa lagi ini gusti!

Acha berdecak pelan, tak punya semangat lagi untuk memecahkannya.

"Apa Acha pulang aja ya?" lirih Acha ingin menyerah.

Namun hati Acha lebih memberontak, menginginkan Acha meneruskan dan menemukan jawaban dari semua kode-kode sejak tadi pagi hingga saat ini.

Acha pun akhirnya memutuskan untuk mengikuti kata hatinya. Ia sekali lagi membaca kode yang ada dikartu ucapan tersebut.

Acha mengerutkan keningnya, mencoba memahaminya.

"Ah, sandi kimia."

Dengan cepat Acha menyadarinya. Dulu waktu kelas dua SMP, Acha pernah ikut pramuka sebentar dan pernah mempelajarinya. Bahkan saat dia berada di camp olimpiade, Acha juga beberapa kali bermain sandi kimia ini bersama teman-temannya untuk mengisi waktu luang mereka jika tidak bisa tidur.

Acha segera mengeluarkan ponselnya, mencari di mesin pencarian tentang kode sandi kimia. Acha sedang tidak ingin mengeluarkan energi berlebih dari otaknya untuk mengingat-ingat sandi kimia yang lumayan ribet itu.

Tangan Acha bergerak lincah di layar ponselnya, Ia mencocokan sandi kimianya, mencari arti dari kode diatas.

Hanya butuh kurang dari satu menit Acha berhasil memecahkannya. Jawaban dari sandi kimia pada kartu ucapan tersebut adalah : Rooftop

Mata Acha langsung tertuju ke tangga yang tak jauh dari tempat ia berdiri sekarang.

"Tinggal nulis Rooftopaja susah banget! Nggak pernah belajar alfabet apa?"

Tidak seperti pagi tadi yang bersemangat ketika menemukan jawaban dari kode-kode yang ia pecahkan, kali ini Acha malah ngomel-ngomel kesal sendiri.

Dengan langkah gontai, Acha pun berjalan ke arah tangga, menuju rootop. Jujur Acha sekarang sedikit takut dan deg-degan sendiri. Apalagi dia datang sendirian. Bagaimana kalau yang memberinya kotak-kotak merah muda itu orang jahat? Orang yang ingin melukai Acha?

Namun, rasa penasaran Acha lebih besar dari takutnya. Karena itu, Acha sudah bersiap sendiri dengan menekan tombol panggilan "110" atau panggilan darurat, jika ada situasi yang tidak diharapkan dan berbahaya terjadi kepadanya Acha tinggal memencet panggilan tersebut.

Acha berdiri di anak tangga terakhir, ia dapat melihat rooftop yang remang-remang dan sangat sepi. Tidak ada siapapun. Acha jadi ragu lagi untuk meneruskan langkahnya.

"Permisi, ada orang?" seru Acha dengan hati-hati.

Tak ada jawaban apapun. Acha memutuskan untuk kembali meneruskan melangkah. Acha mengedarkan pandangannya ke sekitar, ia dapat melihat pemandangan lampu-lampu dan jalanan kota dari rootop, sangat cantik.

Acha juga menemukan sebuah meja ditengah-tengah ROOFTOP, dan dimeja tersebut ada sebuah boneka sapi berukuran sedang.

Acha berjalan mendekati meja dan boneka sapi itu. Untuk pertama kali Acha melihat boneka sapi tapi tidak antusias, tidak bahagia bahkan tidak bersemangat. Entah kenapa ketika melihat boneka sapi tersebut mengingatkan Acha dengan Iqbal.

Acha sangat merindukan cowok itu. Acha mengigit bibir bawahnya, tatapanya memancarkan kesenduan ke arah boneka sapi tersebut.

"Andai Acha bisa rayain hari jadi dengan Iqbal, pasti menyenangkan."

Dada Acha tiba-tiba terasa sakit dan sesak, kekecewaan itu meluap kembali. Harapannya akan pengirim kotak-kotak tersebut adalah Iqbal, hanyalah sebuah angan semata.

Acha menghela napas berat, berusaha menahan dirinya walaupun kedua mata Acha mulai terasa panas. Jujur, Acha sangat kecewa.

Kecewa karena harapannya yang hancur begitu saja dan semua itu karena kecerobohannya sendiri.

Acha mengedarkan pandangannya ke kanan dan ke kiri sekali lagi, masih tak ada siapapun atau kehadiran siapapun. Membuat Acha semakin bingung dan cemas.

DDRRTTT

Ponsel Acha bergetar ada sebuah chat masuk. Acha melihat layar ponselnya, chat tersebut dari Iqbal. Acha termenung sesaat, kemudian segera membukanya.

Iqbal Guanna

Happy Anniversary Natasha. Maaf belum bisa benar-benar buat kamu bahagia. Maaf karena terlalu sibuk dan terima kasih untuk semua pengertian kamu. Aku sayang kamu.

Acha tak bisa lagi menahan air matanya saat ini. Bukannya bahagia mendapatkan ucapan dari Iqbal, gadis itu malah sedih dan ingin menangis.

Kepala Acha langsung tertunduk bersamaan dengan air matanya yang jatuh perlahan saat itu juga.

Harapan Acha benar-benar sudah sirna. Pengirim kotak-kotak merah muda tersebut bukanlah Iqbal dan tidak mungkin Iqbal.

Pesan yang diberikan kepada Iqbal sangat jelas bahwa cowok itu tidak ada disini untuk memberinya ucapan ataupun merayakannya langsung bersamanya.

Tangan Acha mengepal kuat-kuat, meremas ponselnya. Acha berusaha untuk mengontrol dirinya dan kesedihannya. Meskipun kekecawaanya semakin bertambah.

"Dasar Acha bodoh! Bodoh!" cerca Acha ke dirinnya sendiri, menyalahkan dirinnya sendiri.

Bip!

Tiba-tiba semua lampu di rooftop mati, membuat tubuh Acha langsung tersentak, ketakutan. Kedua mata Acha bergerak cemas.

Ada apa ini? Siapa ini yang melakukannya?

Apakah pelaku pemberi kotak-kotak merah muda tersebut?

Siapa dia? Siapa?

Acha memundurkan perlahan langkahnya, nyalinya tak seberani tadi. Rasa penasarannya perlahan terkalahkan dengan ketakutannya. Acha benar-benar sangat takut sekarang. Acha pun berniat untuk kabur saja dan keluar dari restoran ini.

"Sebaiknya Acha pulang," ucap Acha yakin dengan keputusannya.

Acha pun segera membalikan tubuhnya.

Namun, langkah Acha seketika terhenti, kakinya tak bisa bergerak saat itu juga ketika melihat seorang cowok berdiri tak jauh dari belakangnya.

Entah sejak kapan cowok itu sudah berdiri disana, Acha sama sekali tak menyadari kehadirannya.

Acha sangat terkejut melihat keberadaan cowok itu. Meskipun seluruh lampu di rooftop telah mati, Acha dapat melihat jelas wajah cowok itu yang terpantul cahaya lampu tangga.

Tubuh Acha menegang, bibirnya terasa keluh tak bisa berkata apa-pun. Bahkan beberapa detik, Acha menahan napasnya sendiri. Kedua mata Acha kembali memanas dan mulai berkaca-kaca.

Air mata Acha kembali turun, kali ini lebih deras dari beberapa menit yang lalu dan Acha membiarkannya saja. Isakan kecil pun mulai terdengar dari bibir Acha. Gadis cantik ini tak mau menahannya lagi, meluapkan perasaannya saat ini dari tangisannya.

Suara tangis Acha semakin terdengar keras bersamaan dengan kedua pipinya yang basah karena air matanya sendiri.

Acha tak mengalihkan tatapanya ke arah cowok itu. Acha memperlihatkan tangisannya sejelas mungkin kepada cowok tersebut. Acha dapat menangkap kebingungan, keterkejutan dan kekhawatiran cowok itu ketika melihatnya menangis.

Perlahan cowok itu mendekati Acha dan berdiri tepat dihadapan Acha.

"Hei," lirihnya terdengar lembut.

Tangan cowok itu bergerak ingin menyentuh pipi kanan Acha, berniat menghapus air mata Acha. Namun dengan cepat Acha menepis kasar tangan cowok itu. Tatapan Acha berubah tajam ke cowok itu.

"Jangan sentuh Acha," isak Acha tak bisa mengendalikan tangisnya.

Cowok itu mendekat satu langkah, namun Acha dengan cepat mundur satu langkah.

"Natasha," panggil cowok itu merasa bersalah.

Tangis Acha semakin keras, Acha tak bisa lagi menahan perasaanya yang sudah campur aduk, meledak-ledak di dalam dadanya. Acha meluapkan semuanya.

"Sumpah Iqbal jahat banget!"

Dan akhirnya terungkap siapa pelaku dibalik semua kotak merah muda tersebut. Yah, dia dalah Iqbal Guanna. Cowok yang sedang berada dihadapan Acha saat ini adalah Iqbal. Pacar dari Acha.

Iqbal tersenyum kecil mendengar suara kesal Acha bercampur dengan tangisnya. Acha terlihat menggemaskan saat ini. Namun tak dipungkuri juga bahwa Iqbal merasa bersalah telah membuat gadisnya menangis tersedu-sedu karena ulahnya.

Tanpa banyak kata, Iqbal langsung memeluk Acha saat itu juga, mendekapnya sangat erat. Membiarkan Acha menangis sepuasnya didalam dekapannya. Kali ini Acha tidak melawan, ia membiarkan saja.

Namun bukannya membuat Acha tenang, tangis Acha bertambah kencang. Acha membenamkan wajahnya di dada bidang Iqbal, menangis sepuas mungkin.

"Maaf Natasha," ucap Iqbal tulus.

Iqbal memang sengaja mengerjai Acha. Memberikan gadis itu berbagai macam kasus untuk dipecahkan, membiarkan Acha berpikir bahwa dia adalah pengirimnya, kemudian disaat gadis itu berangkat dengan perasaan penuh kebahagiaan dan penuh semangat, saat itu juga Iqbal dengan sengaja membuat Acha kebingungan.

Iqbal berhasil mempermainkan emosi dan perasaan Acha.

Dan, alasan Acha menangis saat ini karena ia merasa seperti orang bodoh yang dipermainkan perasaanya. Dibuat bahagia dalam sekejap, dibuat bingung dalam sekejap, dibuat kecewa dengan harapan dalam sekejap dan sekarang dibuat legah dalam sekejap.

Bagaimana tidak seperti orang bodoh? Ketika Acha sudah sangat bahagia mengira akan menghabiskan hari spesial dengan Iqbal, tiba-tiba cowok itu berkata bahwa dia sedang berada di kampus seolah bukan dia pelakunya, membuat Acha kebingungan dan tenggelam dalam kekecawaanya sendiri.

Dan ketika Acha sudah mulai mencoba meredam kekecewaannya dan pasrah, Iqbal muncul memberikan kejutan kepadanya.

Bagaimana perasaan kalian jika menjadi Acha?

Iqbal berhasil melakukan semua itu kepada Acha. Mengombang-ambingkan perasaan Acha dalam satu hari ini.

Acha dapat merasakan Iqbal mengelus-elus belakang rambutnya, mencoba menenangkannya. Acha dapat merasakan rasa bersalah Iqbal dari sentuhan dan pelukan hangatnya.

Dan tidak bisa dipungkiri juga, tangisan Acha saat ini juga menunjukkan sebuah kelegaan. Bahwa harapan Acha tidaklah hanya sebuah angan belaka. Keinginan Acha terkabulkan malam ini.

Acha perlahan mulai tenang, tangisnya berhenti. Acha bisa mengontrol dirinnya kembali.

Merasa sang pacar sudah tidak menangis, perlahan Iqbal melepaskan pelukannya. Iqbal langsung menatap Acha lekat, Iqbal dapat melihat kedua mata Acha yang sembab.

Iqbal mencoba untuk menyentuh pipi Acha kembali, kali ini Acha tidak menepisnya.

"Maaf," ucap Iqbal benar-benar merasa bersalah. Tidak menyangka yang dilakukannya malah membuat Acha menangis seperti ini.

Tak ada jawaban dari Acha. Gadis itu masih tak bisa membuka suara, ia masih sibuk dengan sisa-sisa isakannya yang terus keluar dari bibirnya.

Iqbal menunggu saja sampai Acha benar-benar tenang. Tangannya tetap di pipi kanan Acha, membelainya lembut. Sorot mata Iqbal yang hangat sama sekali tak lepas untuk menatap sang gadis.

Acha menghela napas pelan-pelan, mengatur napasnya sejenak untuk menghentikan sisa isakannya.

"Udah nangisnya?" tanya Iqbal lembut.

Acha menganggukkan kepalanya berulang-ulang seperti anak kecil. Iqbal tersenyum, gemas kembali dengan tingkah Acha.

Acha memberanikan diri untuk menatap Iqbal, ada tatapan bersalah dan kehangatan disana.

"Kenapa nangis?" tanya Iqbal lagi, tangannya tak ia lepaskan dari pipi sang gadis.

Acha memajukan sedikit bibirnya, cemberut mendengar pertanyaan Iqbal.

"Acha dari awal udah nggak berharap bisa rayain anniversarysama Iqbal, Acha ngertiin banget Iqbal sibuk nyiapin ujian akhir semester. Tapi tiba-tiba harapan itu muncu lagi karena kotak-kotak merah yang dari awal Acha yakin Iqbal pengirimnya."

"Terus?"

"Terus, Acha langsung ragu gara-gara telfon Amanda. Ditambah jawaban Iqbal ditelfon yang katanya lagi di kampus. Emang tadi Iqbal beneran ada dikampus?" tanya Acha.

Iqbal menggelengkan kepalanya dengan senyum hangat yang masih mengembang di paras tampannya.

"Gue udah disini dari jam tujuh."

Kedua mata Acha langsung terbuka sempurna mendengar pengakuan Iqbal.

"Berarti Iqbal bohongin Acha?"

"Maaf."

Acha mendecak pelan, bisa-bisanya cowok ini berbuat seperti ini? Acha jadi penasaran dapat ide darimana Iqbal mengerjai Acha? Tidak pernah Acha melihat Iqbal melakukan hal seperti ini.

Tau sendiri, Iqbal tipekal cowok yang tidak mau ribet.

"Jadi, beneran kan yang kirim kotak-kotak merah muda itu Iqbal? Yang nyuruh Acha kesini Iqbal?" tanya Acha memastikan untuk terakhir kalinya. Acha masih tidak dapat mempercayainya.

"Iya Cha. Gue pelakunya."

Acha menghela napas pelan, sangat lega mendengarnya. Acha meraih tangan Iqbal yang masih menyentuh pipinya, menurunkannya kemudian mengenggamnya sangat erat.

"Acha nangis karena lega tau pelakunya adalah Iqbal," ungkap Acha.

Iqbal menganggukan kepalanya singkat, ia pun ikut lega melihat Acha sudah tidak menangis lagi seperti tadi. Mereka berdua saling bertatap untuk beberapa detik, tak ada yang bersuara.

Keadaan hening, hanya angin malam yang berhembus sebagai saksi akan kehangatan pasangan ini.

"Selamat hari jadi dua tahun Natasha. Maaf karena jarang disisi lo. Maaf harus buat lo ngertiin kesibukan gue, maaf karena terlalu egois dan maaf belum bisa benar-benar buat lo bahagia," ucap Iqbal mengutarakan pengakuannya.

Acha akhirnya bisa mengembangkan senyumnya, terharu mendengar ucapan Iqbal.

"Selamat hari jadi dua tahun juga Iqbal. Acha juga minta maaf karena masih sering manja, masih seperti anak kecil ke Iqbal dan masih sering ngerepotin Iqbal."

Iqbal melepaskan genggaman tangan Acha, beralih menyentuh rambut Acha dan membelainya dengan penuh kelembutan.

"Makasih banyak selalu ada disisi gue dan menerima semua kekurangan gue," lanjut Iqbal.

Acha menganggukan kepalanya, senyumnya mengembang semakin lebar.

"Makasih banyak juga untuk semuanya selama dua tahun ini, Acha selalu bahagia bersama Iqbal dan makasih untuk kejutannya malam ini," balas Acha.

Untuk kedua kalinya Iqbal menarik Acha ke dalam pelukannya. Acha pun tak segan membalas pelukan Iqbal. Acha dapat merasakan Iqbal memberikan kecupan hangat dipuncak kepalanya, sangat lama.

Acha memejamkan matanya, merasakan lebih dalam kehangatan yang diberikan oleh Iqbal. Semua kekhawatiran, ketakutan dan kekecewaan Acha beberapa menit lalu langsung sirna, tergantikan dengan kebahagiaan yang luar biasa.

*****

Mereka bedua duduk di sofa yang menghadap ke pemandangan langit dan lampu-lampu kota. Untuk beberapa detik tak ada yang membuka suara. Baik Acha dan Iqbal sibuk menikmati keindahan yang ada didepan mata mereka.

Acha menoleh ke samping, memperhatikan sang pacar lekat. Senyum Acha mengembang, masih tak menyangka bahwa ia bisa bersama dengan seorang Iqbal. Cowok yang dulu pernah menolaknya berkali-kali, cowok yang sangat dingin dengannya.

Dan, cowok itu sekarang menjadi orang yang paling hangat untuknya.

"Iqbal ingat nggak waktu pertama kali Iqbal bilang suka ke Acha?" tanya Acha memecah keheningan.

"Ingat," jawab Iqbal, tatapanya masih lurus ke depan.

"Dimana Iqbal bilang suka ke Acha?" tanya Acha sengaja ingin menguji ingatan Iqbal.

"Lorong sekolah," jawab Iqbal dengan mudah.

Acha mengangguk-angguk cepat, senang bahwa Iqbal mengingatnya.

"Terus, gimana dulu Iqbal akhirnya sadar bahwa Iqbal suka sama Acha?"

Iqbal bergumam pelan sembari mengingat-ingat.

"Saat gue ngerasa kosong ketika nggak ada kehadiran lo."

Senyum Acha semakin mengembang, rasa bahagiannya bertambah mendengar jawaban dari sang pacar.

"Kalau waktu Iqbal nyatain cinta ke Acha, ngajak Acha pacaran. Ingat juga nggak?"

"Ingat," jawab Iqbal lagi.

"Acha juga ingat banget. Acha kira dulu Iqbal bakalan ngajak Acha pacaran ditempat yang romantis. Eh, malah di depan rumah Acha."

Iqbal terkekeh pelan, ia akhirnya menoleh ke Acha, menatap sang pacar yang sedang memaju-mundurkan bibirnya.

"Dari pada didepan rumah Meng," ucap Iqbal iseng.

"Nggak lucu!" tajam Acha.

Iqbal menghela napas pelan.

"Dulu, lo yang nggak sabar Cha," tuduh Iqbal.

"Acha sabar kok, beneran."

"Tapi tiap hari nanyain?" sindir Iqbal.

Acha memberikan cengiran lebar, tak bisa membantah.

"Lo tau kan gue nggak bisa bersikap romantis," lirih Iqbal sedikit bersalah.

"Kata siapa Iqbal nggak bisa romantis? Buktinya sekarang? Kejutan Iqbal malam ini lebih dari romantis."

"Beneran?"

"Iya. Iqbal dapat ide dari mana? Kok bisa-bisanya kasih kuis dadakan ke Acha!"

"Entahlah, tiba-tiba kepikiran aja," jawab Iqbal, nyatanya dia sendiri cukup takjub dengan ide yang dibuatnya.

"Ide Iqbal itu beresiko banget. Kalau Acha nggak bisa jawab gimana? Rencana Iqbal bisa gagal!" ucap Acha berbondong-bondong.

"Gue yakin lo pasti bisa."

"Kenapa bisa yakin?"

"Karena itu lo, Cha."

"Bener sih. Kan pacar Iqbal ini pinter, juara olimpiade Kimia Nasional," sombong Acha.

Iqbal tertawa mendengarnya, ia mengacak-acak rambut Acha dengan gemas.

"Kalau seandainya Acha nggak pinter, Iqbal bakalan ngasih kejutan seperti apa?" tanya Acha ingin tau.

Iqbal terdiam sesaat, mencoba berpikir.

"Level nggak pinternya seberapa dulu?" tanya Iqbal memastikan.

"Yang nggak pinter banget! Bener-bener bodoh, peringat paling bawah, otaknya nggak pernah digunain!" jawab Acha menggebu.

Iqbal berdecak pelan.

"Lo lagi gambarin seorang Glen?" tanya Iqbal.

Acha termenung sebentar.

"Bener sih, yang Acha bicarain barusan mirip seperti Glen," ucap Acha sembari tertawa pelan.

Mau tak mau Iqbal pun ikut tertawa. Dimanapun dia berada jika sudah membahas seorang Glen, kenapa semua yang dibahas hanya bisa menistakan cowok itu.

Sungguh malang nasibmu Glen! Semangat Glen!

"Gue nggak akan pacaran sama orang bodoh Cha," ungkap Iqbal serius.

"Kenapa?" tanya Acha sedikit kaget.

Iqbal mengembangkan senyumnya.

"Nggak ada yang namanya orang bodoh, adanya orang yang nggak mau berusaha," ucap Iqbal bijak.

Acha takjub mendengar jawaban Iqbal. Tak menyangka cowok ini bisa berkata seperti itu.

"Acha nggak pernah nyesel udah suka sama Iqbal dan jadi pacar Iqbal," ungkap Acha.

"Gue juga."

Iqbal meraih tangan kanan Acha, mengenggamnya sangat erat. Kemudian memberikan ciuman singkat pada punggung tangan gadisnya.

"Jangan pernah mudah lepasin tangan gue," pinta Iqbal sungguh-sungguh.

"Iya, Iqbal juga. Apapun masalah yang terjadi di hubungan kita, jangan sampai buat kita sama-sama ngelepas tangan," balas Acha penuh arti.

"Iya Natasha."

Acha dan Iqbal sama-sama memberikan senyum yang begitu manis. Hari ini sangat berarti untuk keduanya, hari yang sangat indah untuk keduanya.

"Acha punya sesuatu buat Iqbal," ucap Acha.

"Apa?" tanya Iqbal balik.

Acha segera mengeluarkan sesuatu dari tasnya. Sebuah kotak kecil berwarna biru. Acha menyerahkannya ke Iqbal.

"Apa ini?" bingung Iqbal sembari menerima kotak tersebut.

"Buka aja," suruh Acha.

Iqbal mengangguk singkat, menurut. Ia membuka kotak tersebut. Hingga, Iqbal dapat melihat sebuah Apple Watch Series 6berwarna biru seperti warna kotaknya. Iqbal terdiam sesaat, ekspresinya sangat tenang. Ia perlahan menoleh ke Acha.

"Kenapa kasih ini?" tanya Iqbal, bukanya takjub, terkejut apapun berterima kasih.

Acha bergumam pelan, sedikit gugup untuk menjelaskannya.

"Acha tau jam yang Acha kasih ini nggak sebanding sama jam yang Iqbal pakai sekarang, tapi alasan Acha kasih jam ini biar Iqbal selalu bisa ingat waktu makan, ingat kalau ada pesan dari Acha, dan Iqbal ingat untuk tidur yang cukup."

"Bukan itu, kenapa harus kasih ini? Terlalu mahal," ucap Iqbal tiba-tiba tidak enak untuk menerimanya.

Acha langsung berdecak, mendadak kesal. Ia langsung menunjuk jam tangan yang sedang dipakai Iqbal saat ini.

"Iqbal nggak usah merendah untuk salto deh, mahal mana sama jam tangan Iqbal itu?"

Iqbal melirik ke pergelangan tangan kirinya dan dengan cepat menyembunyikannya ke belakang tubuhnya. Ia hanya diam, tak berani menjawab pertanyaan Acha.

"Perlu Acha sebutin berapa harganya?"

"Nggak perlu," tolak Iqbal cepat.

"Jam Tag Heuer, tiga pulih lima juta!" serang Acha dengan sengaja. Nyatanya, ia memang sering iseng-iseng mencari harga barang-barang yang dipakai Iqbal. Yah, namanya juga cewek kadang penasaran.

"Ini hadiah dari Papa, Cha," ucap Iqbal meluruskan.

"Ya sama aja, kan harganya jauh sama jam tangan yang Acha kasih sekarang."

Iqbal mengeluarkan kembali tangannya, perlahan ia melepaskan jam tangan yang saat ini sedang dipakainya. Acha yang melihatnya langsung bingung.

"Kenapa dilepas?" tanya Acha.

Iqbal tidak menjawab, ia segera mengambil jam pemberian Acha dan memakainya, membuat Acha terharu melihatnya.

"Pakai terus ya," pinta Acha tulus.

"Iya," jawab Iqbal.

"Suka nggak sama hadiah dari Acha?" tanya Acha lagi.

"Sangat suka. Tapi..." ucap Iqbal sengaja menggantungkan kalimatnya.

"Tapi kenapa?" tanya Acha langsung panik.

Iqbal melemparkan senyum hangat ke Acha.

"Gue lebih suka sama yang kasih jamnya."

Acha mendecak kecil, memberikan tatapan sedikit sinis.

"Sekarang makin pinter ya gombalin anak orang."

"Lo juga makin pinter," tuding Iqbal balik.

"Pinter apa?" tanya Acha meminta lebih jelas.

"Pinter narik hati anak orang," jawab Iqbal.

Acha langsung melongo mendengarnya, tak menyangka akan mendengar hal yang "cringe" seperti itu dari mulut Iqbal. Detik berikutnya Acha dan Iqbal sama-sama tertawa. Bergidik sendiri dengan pembicaraan mereka barusan.

"Acha usaha banget buat belinya," ucap Acha memberitahu.

Iqbal langsung menoleh ke sang gadis.

"Lo jual sapi-sapi lo?" tanya Iqbal dengan tak berdosanya.

"Iqbal!" pekik Acha mendadak kesal.

Iqbal tertawa puas melihat wajah kesal sang pacar.

"Acha nabung sejak lima bulan yang lalu! Nyisahin uang jajan Acha demi beliin hadiah buat Iqbal," jelas Acha.

"Makasih Natasha."

Acha menyipitkan kedua matanya, menatap Iqbal dengan sok misterius.

"Makasih aja?" pancing Acha.

"Terus?"

"Hadiah buat Acha mana?" tanya Acha menggoda.

Iqbal tersenyum kecil, sembari mengangguk pelan.

"Tutup mata lo," suruh Iqbal.

"Kenapa harus pakai tutup mata," tanya Acha dengan polosnya.

"Buruan," suruh Iqbal sedikit memaksa.

Acha mengangguk pelan dan perlahan menutup kedua matanya. Ia menuruti saja perintah Iqbal.

"Acha udah tutup mata ini. Jangan lama-lama," ucap Acha tak sabar.

"Iya."

"Iqbal jangan diem-diem cium Acha loh," ucap Acha iseng.

"Nggak akan," jawab Iqbal hanya bisa gelemg-geleng.

Tak ada suara apapun selama beberapa menit. Baik Acha dan Iqbal sama-sama diam. Acha sibuk menunggu kejutan hadiah dari Iqbal dan Iqbal pun sibuk mengeluarkan hadiah-hadiah yang ia siapkan untuk pacarnya.

"Udah belum?" tanya Acha semakin tak sabar.

"Sebentar lagi."

Detik berikutnya, Iqbal kembali duduk disamping Acha, menatap sebentar paras cantik sang pacar. Iqbal tersenyum kecil tak pernah bosan mengagumi keindahan itu.

"Buka mata lo," suruh Iqbal.

Perlahan, Acha membuka kedua matanya dengan perasaan gugup. Ia dari tadi menebak-nebak apa yang mungkin diberikan oleh Iqbal untuknya, namun Acha sama sekali tak bisa menebaknya.

Seorang Iqbal selalu dipenuhi kejutan yang tak terduga.

Acha langsung tersenyum ketika melihat sebuket bunga berada di depannya.

"Bunganya buat Acha?" tanya Acha.

"Iya."

Acha segera menerimanya, mencium puncak bunga tersebut, sangat wangi. Acha sangat suka. Entah kenapa, Acha selalu suka ketika Iqbal memberinya bunga. Terasa sangat romantis.

Yah, walaupun Acha lebih suka jika Iqbal memberinya boneka sapi.

"Cha," panggil Iqbal lirih.

Acha dengan cepat kembali menatap Iqbal, kegugupannya bertambah bersamaan dengan kebingungannya. Acha dapat melihat raut wajah Iqbal berubah sangat serius.

"Kenapa Iqbal?" tanya Acha hati-hati.

Iqbal mengeluarkan sesuatu dari telapak tangan kanannya, membuka telapak tangannya lebar-lebar di depan Acha.

"Untuk kamu, Natasha."

*****

#CuapCuapAuthor

SIAPA YANG JAWABANNYA BENAR? ANGKAATT EMOJI KUPU-KUPUNYAAAA ^^

SIAPA YANG JAWABANNYA SALAH? ANGKAATT EMOJII SAPINYAAA ^^ 

GIMANA PART INI? SUKAA NGGAAAKKK? 

BIKIN GEMAS DAN GREGETAN NGGAK?

DAAANN... MARI KITA MAIN DETEKTIF-DETEKTIFAN LAGI. KELUARKAN JIWA DETEKTIF KALIAN. 

MENURUT KALIAN, APA HADIAH YANG DIBERIKAN OLEH ACHA? 

PENASARAN NGGAK SAMA KELANJUTAN CERITAANYAAA ??

SAMPAI JUMPAAA DI PART BERIKUTNYAAAAA ^^

NEXT PART BAKALAN LEBIHHH SERUUU DAN MENGGEMASKAANN . SIAPKAN HATI KALIAAN SELALU YAAA ^^ 

TERUS BACA MARIPOSA 2, SUPPORT MARIPOSA 2 DAN SUKA MARIPOSA 2 ^^

Jangan lupa buat ajak teman-teman kalian, saudara-saudara kalian, tetangga kalian dan keluarga kalian untuk baca MARIPOSA 2 ^^

Jangan lupa juga buat COMMENT dan VOTE yang selalu paling ditunggu dari kalian ^^

Kalian juga bisa pantengin Instagram @luluk_hf dan @novelmariposa karena banyak spoiler-spoiler MARIPOSA 2 disana. 

MAKASIHH SEBANYAK-BANYAKNYA UNTUK KALIAN SEMUA YANG SELALU SETIA BACA MARIPOSA 2. JANGAN BOSAN-BOSAN BACA MARIPOSA 2 YAA. SELALU SUKA MARIPOSA 2 YAA. LOVE YOUU ALL ^^ 


Salam,


Luluk HF

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro