Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

16 - Kepercayaan


Assalamualaikum semua, alhamdulillah aku bisa update lagi. Karena banyak yang udah nggak sabar jadi aku posting hari ini. 

DAN, SELAMAT MEMBACA ^^

*****

Perlahan pintu Apartmen terbuka. Saat itu juga, Acha langsung mematung ditempat, tubuhnya membeku tak bisa bergerak ketika melihat dua orang berdiri di tengah pintu tersebut.

Acha mengigit bibirnya bawahnya dengan jantung yang sudah berdetak tak karuan.

"Hai Acha," sapa seorang cowok dengan ramah kedua tangannya penuh dengan paper-bag.

"Sendirian? Mana Iqbal?" tambah cewek yang ada disebelahnya.

Acha berusaha untuk menyadarkan dirinnya, menerima kenyataan bahwa saat ini dihadapannya ada dua kakak sang pacar. Ando dan Ify. Acha tak menyangka akan bertemu mereka di Apartemen Iqbal dalam keadaan sendirian pula.

Sungguh Timing yang luar biasa sekali.

"Malam Kak Ando, Kak Ify," sapa Acha berusaha bersikap setenang mungkin.

Ify dan Ando terkekeh pelan, mereka melangkah masuk ke dalam.

"Santai aja Cha, kita nggak gigit, paling si Ify aja yang nyakar, Arrr" canda Ando.

Acha hanya bisa tersenyum canggung, masih sangat gugup.

"Iqbal masih belum pulang Kak, katanya pulang malam," jelas Acha teringat pertanyaan Ify yang belum dijawabnya.

"Kebiasaan tuh bocah, mentang-mentang sudah tinggal sendiri, pulang bisa malam," omel Ify entah kesiapa.

"Terus kamu disini mau nunggu Iqbal sampai datang?" tanya Ando penasaran, ia mengambil duduk duluan di sofa.

Acha menggeleng cepat.

"Acha tadi mau antar makan malam buat Iqbal, nggak taunya Iqbal belum pulang," jawab Acha.

"Ya ampun romantisnya," goda Ando membuat Acha sedikit tersipu.

Ify meletakkan paper-bag diatas meja. Ia memberikan kode kepada Acha untuk duduk. Mereka pun duduk bersama di sofa ruang tengah.

"Jangan baik-baik sama Iqbal Cha," peringat Ify dengan raut dramatis.

"Kenapa gitu Kak?"

"Kalau disakitin sama dia susah loh nanti sembuhnya."

"Iqbal nggak pernah sakitin Acha Kak," puji Acha untuk sang pacar.

"Ya Ampun kapan gue dibaik-baikin gitu sama cewek," lirih Ando sok dramatis.

"Pokoknya jangan baik-baik sama Iqbal," kekuh Ify.

"Berarti Acha harus jahat sama Iqbal?" balas Acha sambil terkekeh pelan.

"Harus! Gebukin aja kepalanya kalau dia selingkuh, bohong apalagi pergi tanpa kabar kayak sekarang," ucap Ify memanas-manasi.

"Iqbal ngabarin kok kak tadi, Acha aja yang nggak baca pesan Iqbal," ucap Acha mencoba meluruskan.

"Tuh kan. Lo baik banget sih. Iqbal aja nggak sebaik itu," ucap Ify sembari geleng-geleng.

"Kan Acha sayang sama Iqbal Kak."

"Sayang mah banyak Cha, yang sungguh-sungguh dan selalu nepatin janji itu yang langkah!" tambah Ando ikut-ikutan memanas-manasi.

"Bener, dia pasti nggak nepatin janjinya kan malam ini?" tebak Ify.

"I... Iya Kak."

Ify dan Ando geleng-geleng dengan wajah sok iba, sedangkan Acha mulai merasakan kecewa kembali.

Namun saat itu juga tawa Ando dan Ify langsung meledak karena perubahan ekspresi Acha.

"Kita bercanda Cha, jangan langsung sedih gitu," ucap Ando langsung tidak tega melihat raut wajah Acha.

"Iqbal nggak mungkin jahat kan ke Acha Kak?" tanya Acha hati-hati.

"Nggak mungkin-lah Cha, sampai Iqbal nyakitin cewek secantik kamu, bodoh dia! Nggak bersyukur dengan apa yang dikasih sama Tuhan!" jawab Ando dramatis.

"Kalau gue nggak bisa kasih janji Cha. Hati gue sendiri aja kadang masih nggak gue ngerti, gimana hati adik sendiri," ucap Ify lebih dramatis.

"Acha percaya sama Iqbal Kak," ucap Acha berusaha untuk terus berpikir positif.

Ando dan Ify manggut-manggut saja, kagum dengan sifat setia Acha yang dari dulu begitu sayang dengan Iqbal.

"Lo buat makan malam untuk Iqbal?" tanya Ify membuka topik baru.

"Iya Kak, Acha taruh di kulkas."

"Loh sayang banget kalau ditaruh dikulkas. Sini keluarin, kita dengan senang hati menerimanya Cha," ucap Ando dengan penuh semangat.

Acha tertegun sebentar, bingung harus berbuat apa. Kan, dia masakin khusus untuk Iqbal, tapi kalau dia menolak bisa-bisa dipecat jadi calon adik ipar.

"Nggak usah bingung Cha, kalau adiknya nggak bisa nerima, kakaknya bakalan habisin makanannya dengan hati yang lapang," tambah Ando semakin tak tau diri.

Acha pun akhirnya mengangguk , ia segera berdiri dari duduknya. Demi diterima jadi calon adik ipar!

"Acha panasin dulu ya Kak," ucap Acha pamit ke dapur.

"Gue bantuin Cha," seru Ify langsung mengikuti Acha dari belakang.

Acha dan Ify berbincang banyak hal, mulai dari Lipstik Dior yang diberikan oleh Ify hingga membahas bahayanya sifat-sifat cowok. Acha merasa banyak belajar dari Ify, ia mendapat banyak masukan yang bermanfaat malam ini.

"Kak Ify pernah bertengkar sama Iqbal?" tanya Acha penasran.

"Bertengkar bercanda apa bertengkar sungguhan?" tanya Ify balik memastikan.

"Sungguh-sungguh sampai diem-dieman gitu?"

Ify tersenyum kecil sembari menggelengkan kepalanya.

"Kita hampir jarang ketemu Cha, tau sendiri Iqbal juga pendiam dan jarang mau ikut campur urusan orang. Kita nggak pernah bertengkar," jawab Ify menjelaskan.

"Wah," seru Acha takjub. "Enak ya punya saudara. Acha juga pengin. Tapi Acha anak tunggal," lirih Acha.

"Enak nggak enak sih Cha," desis Ify, otaknya langsung mengulang kembali kejadian-kejadian menyebalkan yang pernah dilakukan oleh kakak dan adiknya.

"Yang Kak Ify suka dari Iqbal apa?" tanya Acha lagi, tangannya masih sibuk mengaduk sop yang sedang dipanasinya.

"Gue suka dia pendiam. Karena dia pendiam gue jadi nggak perlu susah-susah nyuruh dia diam," jawab Ify dengan penuh keyakinan.

Acha bergumam pelan, jawaban yang cukup aneh.

"Kalau yang nggak disuka dari Iqbal?"

Ify mendecak pelan. "Gue nggak suka dia karena dia pendiam juga. Dia pelit banget ngomong sampai buat gue harus menahan kesabaran."

"Bener sih Kak, Acha juga harus sabar berhari-hari kalau ngadepin sifat dingin Iqbal. Nurun siapa ya Kak?"

"Nggak tau tuh, Mama sama Papa nggak sependiam itu," jawab Ify cepat.

"Jangan-jangan Iqbal anak pungut Kak?"

"Iya, dia anak yang dipungut dekat Menara Eiffel!"

"Beneran Kak?" tanya Acha yang langsung percaya.

"Ya enggaklah Cha!" tawa Ify takjub melihat ekspresi Acha yang sangat percaya dengan candaanya barusan.

*****

Semua makanan ditata diatas meja makan, Ando takjub melihat banyaknya makanan yang dimasakan Acha untuk Iqbal.

"Ini semua buat Iqbal Cha?" tanya Ando menunjuk beberapa piring dihadapannya.

"Iya kak," cengir Acha.

"Mana habis keburu kenyang," seru Ando langsung mengangkat sendoknya.

Mereka semua segera duduk di kursi dan bersiap makan.

"Silahkan kakak-kakak dimakan, semoga suka masakan Acha."

"Pasti suka Cha," jawab Ando semangat.

Tanpa menunggu lagi, Ando dan Ify segera memakan masakan Acha, mereka melayangkan jempol ke Acha, suka dengan masakan Acha.

Acha akhirnya bisa bernapas legah, makanannya disantap dengan lahap oleh kedua kakak sang pacar.

"Boleh dihabiskan Cha?" tany Ify.

"Boleh Kak, habisin aja. Iqbal biar Acha bawakan lagi besok."

"Oke!" seru Ando dan Ify bersamaan dan semakin rakus menjarah semua makanan di hadapannya seperti orang yang belum makan bertahun-tahun.

"Pelan-pelan Kak makannya," pesan Acha membuat Ando dan Ify tersadarkan dan memelankan ritme makan mereka.

Ando pun membuka topik baru, untuk mengurangi kecepatan makanannya.

"Gimana kabar sapi-sapi lo Cha?" tanya Ando iseng.

"Sapi yang mana Kak? Kan sapi Acha banyak," jawab Acha dengan polosnya membuat Ify hanya bisa geleng-geleng mendengarnya.

"Yang mana aja deh."

"Baik semua kak. Alhamdulillah."

"Ada yang udah beranak atau Nikah silang, Cha?" tanya Ando makin ngaco.

"Kan boneka Kak mana bisa beranak, tapi nikah bisa. Ada yang jadi Mama, ada yang jadi Papa," cerita Acha seperti anak kecil yang sedang menjelaskan mainan-mainannya.

"Wah, hebat ya boneka-boneka sapi lo," cengir Ando.

"Kapan-kapan mau lihat sapi-sapi Acha Kak?"

"Nggak Cha makasih," tolak Ando cepat. Daripada dia jadi trauma karena melihat berjibun boneka sapi mending dia undur diri saja dari tawaran Acha.

DRTTDRTT

Perbincangan mereka terhenti karena deringan ponsel Acha diatas meja. Ada sebuah panggilan dari Iqbal. Acha tersenyum senang dan bersiap meraih ponselnya, namun tangannya dicegah cepat oleh Ify.

"Jangan diangkat!" ucap Ify sengaja.

Acha menatap Ify bingung.

"Kenapa Kak?"

"Biarin aja. Kasih dia pelajaran karena nggak nepatin janjinya!" jawab Ify dengan yakin.

"Kasihan Iqbal kak, nanti khawatir gimana?"

"Ya, kalau khawatir bisa langsung nyusul lo," jawab Ando ikut-ikutan.

"Gitu ya Kak?"

"Iya," serempak Ando dan Ify.

Perlahan Ify melepaskan tangannya dari Acha.

"Kalau gitu nggak Acha angkat ya Kak," lirih Acha setengah hati. Ia pun hanya bisa pasrah melihat ponselnya berdering beberapa kali.

Ify dan Ando saling bertatapan, mereka berdua tersenyum puas. Seolah berhasil mengerjai adiknya sendiri yang pasti sudah seperti cacing kepanasan karena tak bisa mendapat kabar dari pacarnya.

*****

Iqbal berada di kantin rumah sakit, ia tengah menemani Sia makan malam. Iqbal tak kaget melihat menu makan yang tengah disantap gadis kecil itu. Hanya sebuah kentang rebus dan sop bening tanpa nasi.

Seperti Shena dulu, orang yang mengidap gagal ginjal sudah tidak bisa makan yang aneh-aneh dan banyak.

Iqbal tak bisa tenang, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh Sia hanya dijawab sekadarnya.

"Abang Iqbal nggak habisin makannya?" tanya Sia melihat banyak sisa makanan dipiring Iqbal.

Iqbal menggeleng cepat tanpa suara.

"Udah kenyang ya?"

"Iya."

"Abang besok ke rumah sakit lagi?"

"Mungkin."

Iqbal tak bisa fokus sekarang, ia berkali-kali melihat layar ponselnya. Acha sudah membaca chat-nya namun sama sekali belum membalasnya. Iqbal jadi khawatir, apakah gadis itu marah kepadanya?

Karena tidak biasanya Acha tak membalas selama ini.

"Abang Iqbal lagi nungguin telfon pacarnya ya?" tanya Sia yang bisa melihat ekspresi tak tenang Iqbal.

Saat itu juga Iqbal berdiri, ia menatap Sia sebentar.

"Maaf ya Sia, gue keluar sebentar."

"kenapa Bang keluar?" tanya Sia.

"Telfon pacar gue," jawab Iqbal dan langsung beranjak begitu saja.

Sia pun hanya bisa melihat kepergian Iqbal keluar dari kantin rumah sakit, sedangkan Ia hanya bisa diam dan melanjutkan makannya sampai habis.

*****

Iqbal berdiri didekat pintu kantin rumah sakit, ia mencoba menelfon Acha, entah kenapa dia merasa khawatir.

Namun, panggilannya tak diterima oleh Acha, padahal nadanya tersambungkan.

Iqbal tidak menyerah, ia menelfon kedua kalinya, ketiga kalinya hingga ketujuh kalinya. Tetap saja tak diangkat oleh Acha.

Iqbal menghela napas berat, ia semakin cemas. Acha sepertinya benar-benar marah kepadanya.

"Makanya kamu tuh jangan bohong, tepatin janji kamu. Pokoknya aku mau putus!"

"Sayang, maaf ya. Aku janji nggak kayak gitu lagi!"

"Nggak, kita putus!"

"Jangan dong!"

Mata Iqbal terus mengikuti dua orang yang sedang bertengkar tak jauh darinya. Iqbal menelan ludahnya dengan susah payah.

"Mati gue!"

Iqbal buru-buru masuk kembali, menghampiri Sia. Iqbal berjalan sembari mengirim pesan ke Abdi agar menjemput Sia di kantin.

"Sia," panggil Iqbal berdiri disamping gadis itu.

"Iya Bang Iqbal?" balas Sia.

"Maaf gue harus pulang," pamit Iqbal.

"Kenapa? Pacar Bang Iqbal nyariin?"

"Iya."

Sia tersenyum sambil mengangguk-angguk.

"Hati-hati dijalan, salam sama pacar Bang Iqbal dan makasih udah temenin Sia makan."

"Abdi bakalan kesini, jangan kemana-mana, tunggu dia datang."

"Iya Bang. Sana cepetan pulang, kasihan pacar abang nungguin."

"Iya."

Setelah itu Iqbal segera beranjak pergi kembali, meninggalkan Sia sendiri. Sia menoleh melihat punggung Iqbal yang semakin menjauh.

"Beruntung banget pacarnya," lagi-lagi kalimat itu keluar dari bibir Sia.

******

Iqbal langsung menuju ke rumah Acha untuk menemui gadis itu. Iqbal yakin Acha saat ini sedang berada dirumahnya. Namun, ketika Iqbal sampai disana, tidak ada yang keluar. Sepertinya tidak ada orang didalam sana.

Iqbal masih berusaha menelfon Acha bahkan mengirim chat ke sang pacar, tetapi tetap sama. Tak ada sambungan diterima dan balasan. Iqbal semakin panik.

"Lo kemana Cha?" lirih Iqbal.

Iqbal pun berpikir keras, kemana gadis itu?

"Apa dia di apartmen gue?"

Iqbal segera masuk ke mobilnya dan melaju dengan cepat untuk ke Apartmennya. Ia memiliki firasat kuat bahwa sang pacar berada disana.

*****

Tangan Acha meremas-meremas dengan khawatir, keringat dingin membasahi telapak tangannya. Panggilan Iqbal sudah lebih dari dua puluh panggilan, ada lima pesan juga dari sang pacar.

"Nggak usah sepanik itu Cha, Iqbal nggak akan marah," ucap Ando menenangkan Acha yang sedari tadi tak bisa lepas dari ponselnya.

"Sebentar lagi juga dia datang," tambah Ify.

Dan benar saja, tak lama kemudian suara akses pintu menyala, dan perlahan pintu Apartemen Iqbal terbuka dan memperlihatkan sosok cowok bertubuh tinggi dengan raut wajah khawatir. Yah, dia adalah Iqbal.

Iqbal menatap meja makan bingung. Disana ada tiga orang yang paling dekat dengannya. Iqbal berdehem pelan, masih tak mengerti perpaduan situasi macam apa ini? Kenapa bisa ada Ify dan Ando disini?

"Ngapain kalian berdua disini?" tanya Iqbal mengarahkan sorot matanya ke Ando dan Ify bergantian.

"Makan," jawab keduanya bersamaan.

"Makan?"

Ando mengangkat piringnya yang sudah kosong.

"Acha yang buat makanannya, kita yang habisin semua. Makasih banyak Iqbal karena tidak datang," ucap Ando memberikan sindiran halus.

"Makasih Iqbal karena sudah tidak datang," ulang Ify dengan sengaja.

Pandangan Iqbal berpindah ke Acha, tak menggubris ucapan sang kakak. Ia menatap Acha yang juga tengah menatapnya. Gadis itu baik-baik saja, bahkan tersenyum kepadanya. Akhirnya, Iqbal bisa bernapas dengan legah.

Dan Iqbal langsung bisa mengerti, semua rasa khawatirnya terjawab. Panggilan dan pesan Acha tak dijawab pasti karena dua iblis disamping Acha!

"Kalau udah selesai makan, kalian berdua pulang," usir Iqbal seenaknya sembari masuk kedalam.

"Ini Apartmen gue," sinis Ify mengingatkan.

"Sudah jadi milik gue," balas Iqbal tak mau kalah.

Ify hanya mendengus kesal, ia langsung berdiri untuk menaruh piring-piring kotornya. Acha berniat membantu namun tangannya langsung dicegah oleh Iqbal.

"Kenapa Iqbal?" bingung Acha.

"Ikut gue sebentar," ucap Iqbal langsung menarik Acha dan membawa gadis itu ke kamarnya.

Ando mengikuti kepergian Iqbal dan Acha.

"Bal, jangan diapa-apain anak orang!" teriak Ando cekikikan.

*****

Acha jadi gugup sendiri, apakah Iqbal akan marah kepadanya karena tidak mengangkat telfonnya. Iqbal juga khawatir apakah Acha marah karena dia tidak menepati janjinya.

"Maaf."

Kata itu keluar bersamaan dari mulut Acha dan Iqbal. Keduanya terdiam sebentar, kemudian tertawa pelan, seolah lucu dengan situasi saat ini.

"Iqbal minta maaf buat apa?" pancing Acha dengan senyum masih terukir manis di wajah cantiknya.

"Karena nggak nepatin janji dan batalin gitu aja."

"Nggak apa-apa Iqbal, Acha ngerti."

"Lo sendiri?" tanya Iqbal balik.

"Maaf karena nggak angkat telfon dan balas pesan Iqbal," jawab Acha.

"Gue juga ngerti. Pasti Kak Ando dan Kak Ify kan?" tebak Iqbal.

Acha hanya menjawab dengan senyum yang lebih lebar. Tak perlu dijawabnya Iqbal pasti sudah mengerti arti dari senyumannya.

Iqbal mengacak-acak puncak kepala Acha.

"Habis ini gue antar pulang."

"Iya Iqbal."

*****

Setelah kepulangan Ando dan Ify, Iqbal segera mengantarkan Acha pulang ke rumahnya karena hari sudah malam juga. Mobil Iqbal sudah berhenti di depan rumah Acha, namun Acha masih enggan untuk membuka pintu mobil Iqbal.

"Tadi sibuk banget ya dirumah sakit?" tanya Acha.

"Hah?" kaget Iqbal.

"Tadi sibuk banget dirumah sakit?" ulang Acha.

Iqbal terdiam sebentar, tak langsung menjawab.

"Itu, tadi seb..."

Baru saja Iqbal ingin menjelaskan, ponsel Acha tiba-tiba berdering. Ada sebuah panggilan dari Sasa.

"Acha jawab telfonnya sebentar ya."

"Iya.

Acha pun menerima panggilan tersebut.

"Cha, baca chat gue sekarang. Penting banget!"

"Chat?"bingung Acha.

"Iya cepetan! Sekarang juga!"

"Iya."

"Harus sekarang ya!"

"Iya Sasa."

Acha pun segera memutus sambungannya, dan segera memeriksa chatyang dikirim oleh Sasa.

"Kenapa?" tanya Iqbal.

Acha tak menjawab, ia fokus ke layar ponselnya. Sasa mengirimnya sebuah pesan dengan satu gambar. Kening Acha berkerut membaca pesan dari Sasa.

Gue lihat pacar lo makan berdua sama cewek. Kata lo pacar lo cuek sama cewek lain. Ini apa? Cewek itu siapa?

Dan sebagai bukti, Sasa melampirkan sebuah foto yang jelas sekali disana Iqbal sedang berhadapan dengan seorang gadis.

Acha menarik napasnya panjang-panjang dan menghelanya perlahan. Acha berusaha untuk mendinginkan pikirannya sebentar walaupun tangannya sendiri berkata lain. Acha meremas ponselnya kuat-kuat.

"Kenapa Cha?" tanya Iqbal yang bisa melihat perubahan raut wajah Acha.

Acha tak langsung menjawab, ia perlahan menoleh ke Iqbal dengan tatapan yang tak bisa dijabarkan.

"Iqbal daritadi dirumah sakit?" tanya Acha memberanikan diri.

"Iya."

"Sudah makan?"

"Sedikit," jawab Iqbal jujur.

"Sama siapa makannya?"

Deg!Iqbal terdiam, sudah dapat merasakan sesuatu tak beres dari pertanyaan Acha. Gadis ini sudah tau!

"Kenapa diam? Kenapa mikir dulu? Kenapa nggak langsung jawab?" tanya Acha berbondong menyudutkan Iqbal.

Iqbal menghela napasnya perlahan, berusaha untuk tetap tenang.

"Mau jelasin ke Acha?" tanya Acha dengan mimik wajah yang sangat tenang. dan itu yang membuat Iqbal takut dan khawatir.

"Mau."

"Yaudah Acha dengerin."

Iqbal menganggukan kepalanya. Ia pun mulai menjelaskannya dari awal hingga akhir tanpa ada satu detail pun yang tertinggal. Iqbal tidak ingin berbohong kepada sang pacar.

Acha hanya bisa melongo dan tak habis pikir setelah mendengar cerita Iqbal tentang gadis yang diselamatkannya.

"Beneran dia mau bunuh diri?" tanya Acha masih tak menyangka.

"Iya, mungkin karena dia masih kecil dan sangat kesulitan menghapi penyakitnya," jelas Iqbal setelah menceritakan semuanya.

"Kasihan ya Sia, pasti sakit banget," lirih Acha tidak tega.

"Makanya, lo jangan sampai sakit," pesan Iqbal.

"Iya Iqbal, Acha akan jaga diri Acha. Iqbal juga ya."

"Iya."

Iqbal akhirnya benar-benar bisa tersenyum legah melihat Acha yang sudah bersikap biasa tidak menakutkan seperti tadi. Perlahan Iqbal meraih tangan Acha, mengenggamnya erat.

"Jangan salah paham ya," ucap Iqbal sungguh-sungguh.

"Iya, Acha nggak salah paham kok. Makanya tadi Acha tanya ke Iqbal dulu."

"Makasih udah percaya."

"Makasih aja?" goda Acha.

Iqbal terkekeh pelan, genggamanya terlepas dari Acha dan berganti mengacak-acak puncak kepala Acha dengan gemas. Lalu, Iqbal menarik tubuh Acha, memeluknya sangat erat.

"Acha sayang sama Iqbal," ucap Acha sangat tulus. Ia membalas pelukan Iqbal lebih erat.

"Gue juga sayang sama lo Cha."

"Mana buktinya?" goda Acha lebih gencar.

Iqbal perlahan melepaskan pelukannya, ia menatap Acha dengan sangat lekat. Seulas senyum tergambar di bibir Iqbal. Tangan Iqbal perlahan meraih pipi Acha, membelainya dengan lembut.

"Mau dicium dimana?"

***** 

#CuapCuapAuthor

GIMANA PART INI? GIMANA?

KENAPA IQBALNYA SELALU BISA BIKIN ANAK ORANG JERIT-JERIT SENDIRI^^ 

BERHASIL BUAT BAPER NGGAK PART INI? 

SUDAH TEROBATI RASA PENASARANNYA?

DAN SAMPAI JUMPA DIPART SELANJUTNYA. 

DAN, SEKALI LAGI AKU INFOKAN, AKU BAKALAN BUKA PRE-ORDER EBOOK "SNAPSNIP GENG MULTINASIONAL" 

HARGANYA Rp. 25.000 DAN SEMANGAT NABUNG SEMUANYAA KARENA EBOOKNYA SANGAT SANGAT TERBATAS ^^

TERUS BACA MARIPOSA 2, SUPPORT MARIPOSA 2 DAN SUKA MARIPOSA 2 ^^

JANGAN LUPA JUGA BACA FILOVE. UDAH ADA 23 PART LOH ^^ 

Jangan lupa buat ajak teman-teman kalian, saudara-saudara kalian, tetangga kalian dan keluarga kalian untuk baca MARIPOSA 2 ^^

Jangan lupa juga buat COMMENT dan VOTE yang selalu paling ditunggu dari kalian ^^

Kalian juga bisa pantengin Instagram @luluk_hf dan @novelmariposa karena banyak spoiler-spoiler dan GIVE AWAY disana .

TERIMA KASIH SEMUANYAA DAN SELALU CINTA KALIAN SEMUA ^^


Salam,

Luluk HF

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro