manusia, dan rasa pedulinya
Di zaman maju seperti ini, tak lagi terkejut ketika segala hal dapat diselesaikan oleh kecanggihan teknologi.
Kita ambil lampu timer sebagai contoh. Di zaman seperti ini, kau bahkan tak perlu repot-repot memikirkan biaya listrik yang menambah beban, yang biayanya membuat tenagamu kau habiskan untuk bekerja. Tidak perlu. Dengan lampu yang kau beli dengan harga yang 'lumayan' mengocek kantongmu yang sebenarnya bisa saja kau simpan, takut-takut kau sekarat, kau dapat menentukan jam yang ideal untuk mematikan alat itu, hingga alat itu akan padam secara otomatis. Sangat mudah. Ini yang diinginkan manusia.
Oh, jadi kau ingin contoh lain?
Baiklah, santai saja. Contoh selanjutnya, adalah air conditioner, atau sebut saja sebagai AC. Dengan kemajuan di bidang teknologi, AC kini dapat kau atur sedemikian mungkin. Kau tak perlu lagi repot mencari remot yang terselip di bagian dalam sofamu yang reyot, kau hanya perlu menggapai ponselmu--yang semoga saja tak kau lupakan di mana letaknya--, dan menjalankan sebuah perangkat lunak tertentu untuk mengatur temperatur, atau mematikannya. Benar-benar mudah, pantas saja banyak berita bertebaran. Berita yang mengatakan alien akan menyerbu bumi. Tentu! Bumi adalah peradaban paling maju, semua kaum berusaha merebutnya!
Manusia, sebagai penghuni bumi satu-satunya menyatakan bahwa diri mereka adalah pecandu canggihnya teknologi. Tidak terang-terangan memang, tapi pernyataan itu dinyatakan secara tersirat. Smartphone perantaranya.
Ponsel pintar itu begitu berarti eksistansinya. Karenanya, tanpa beranjak dari rumah, atau menggores pena di atas sebuah kertas pun seorang perantau dapat menghubungi keluarga yang mengkhawatirkannya. Tanpa teman mengelilingi, kau sudah terhibur dengannya. Persetan dengan kesepian, asal smartphone menempel di tangan, kau tidak akan kesepian, 'kan? Bahkan, tanpa perlu mendandani dirimu menjadi rombeng, dan menjajakan diri di jalanan, kau dapat mengemis pada layanan ponsel pintar. Kau hanya perlu satu teknik untuk melakukannya, buatlah taruhan berupa uang, ketika uang mencapai keinginan lantas bertingkah layaknya orang idiot. Apa? Otakmu itu tidak mengerti penjelasanku? Baiklah, kujelaskan bersi mudahnya saja.
Buatlah postingan semacam: kirimkan uang berjumlah seratus ribu via Gopay, maka aku akan menjilati WC di rumahku.
Lantas, saat uang elektronik itu sudah benar-benar masuk ke dompet elektronikmu, kau tinggal melakukan hal tolol yang kau janjikan pada mereka. Dan, selamat! Tak perlu lagi susah payah dalam mengemis!
Kuperingatkan kau, jangan lupa berterimakasih padanya; si ponsel pintar!
Tapi, secanggih apa pun teknologi, benda aneh itu tak akan dapat menghindarkan bencana. Bencana terus terjadi, karena bencana itu abadi.
Buka penglihatanmu lebar-lebar, fokuskan atensi, lihatlah di sana, di sebuah kawasan di daerah Vena, sebuah rumah dikelilingi lautan manusia. Manusia-manusia pecandu itu hanya menonton, walau tidak ditemani sekantong popcorn. Si Jago Merah melahap tamak sebuah rumah dua lantai, yang dengan senang ia bantai. Tak satu pun salah satu dari jiwa itu berinisiatif; memanggil bala bantuan, atau hanya dengan mengelus hawa panasnya dengan dinginnya seember air.
Mereka sibuk menonton, tanpa memakan popcorn. Ditemani ponsel pintar, sesekali dipotret, direkam pula api yang tengah menggeram. Itu dilakukan tidak tanpa alasan, mereka melakukannya untuk mendapat ribuan tombol reaksi, karena mereka sangat peduli.
Ya, betul! Mereka itu sangat peduli. Mereka manusia peduli yang memosting sebiji gambar, dan sebuah rekaman amatir, dengan memuat tulisan; ada kebakaran di kawasan Vena, tepatnya di jalan Xavier. Korbannya adalah tetanggaku. Mohon panjatkan doa untuknya.
Tentu, tentu saja mereka sangat peduli! Mereka manusia peduli, yang menuliskan berbagai tanggapan di kolom komentar; kasihan, kuharap korban baik-baik saja.
Mereka itu peduli! Mereka manusia peduli, yang sengaja membagikan postingan tersebut, bahkan sampai lebih dari seratus kali!
Mereka peduli! Mereka manusia yang peduli, hingga seorang ibu, balita, dan bayi gembil hangus dimakan Si Jago Merah.
Ya, mereka itu manusia, dan mereka sangat peduli terhadap sesama.
■■
A/N
cerpen ini pernah ku-
upload di laman facebook,
tapi yang kupublish di
sini, adalah versi yang sudah direvisi.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro