Bagian 24
Happy reading 👇
Vote 😍
Komentar 😘
Jangan pernah menaruh benci pada seseorang yang sudah menjadi mantan. Bagaimanapun juga seseorang yang kamu benci itu pernah membuat kamu bahagia meski hanya sesaat. Tetap ingat bagaimana sosok mantan saat memperjuangkanmu. Perjuangan yang kandas namun tetap harus dihargai bagaimanapun usahanya.
Ingat, sosok itu pernah bertingkah konyol hanya demi melihat senyum kamu. Pernah melakukan aksi heroik yang ujungnya alay demi kamu. Pernah menjadi orang lain demi menuruti keinginan kamu yang menuntutnya lebih.
Banyak hal yang udah mantan lakuin sama kamu, cuma ingin menunjukan bagaimana menjadi pacar yang baik.
Mantan mengecewakan karena sudah membuat sakit hati?
Ambil nilai positifnya saja. Sakit hati membuat kamu untuk bisa bersikap lebih dewasa. Manfaatkan rasa sakit hati yang mantan berikan untuk melatih agar kamu semakin dewasa. Jadikan sakit hati sebagai pelajaran agar kelak rasa sakit hati itu kembali hadir dalam hidupmu.
Siap merasakan cinta itu artinya kamu juga siap untuk merasakan yang namanya sakit hati. Keduanya berjalan saling beriringan dan kelak pasti akan kamu rasakan keduanya. Dan mantan adalah sosok yang mengenalkanmu indahnya dicintai dan mensyukuri sebuah pertemuan yang menjadi dasar sebuah hubungan pacaran. Namun mantan juga sekaligus menjelma sebagai seseorang yang mengajarkan sakitnya ditinggalkan dan menyesali sebuah pertemuan.
Ingat, jangan menyesali apapun yang sudah terjadi. Karena rasa sesal yang ada hanya sia-sia. Membuatmu semakin terpuruk pada keadaan dan tidak akan mengubah apapun yang sudah terjadi. Daripada sibuk menyesal, lebih baik menata diri kembali. Menata hati, pikiran, dan berbuat untuk yang lebih baik.
"Udah belum? Lama amat ngerjainnya. Atau masih belum paham juga?" Aga yang tengkurap di samping Fara, menyenggol pelan bahu Fara.
Saat ini bukan hanya Fara dan Aga yang tengah tengkurap di teras rumah Aga sembari belajar bersama dengan Aga yang mereka tetapkan sebagai pembimbing karena diantara mereka hanya Aga yang memiliki otak yang kemampuannya patut diandalkan, ada juga Ricky, Bayu, Putri dan Lena.
Persahabatan mereka memang patut diacungi jempol. Bukan hanya dalam masa senang saja mereka bersama, mereka tetap bersama dalam masa susah. Dan kali ini mereka ingin memulai menjadi yang lebih baik dari sebelumnya, memulai bersama, berharap dengan adanya kebersamaan ini mereka bisa saling mengingatkan saat diantara mereka ada yang melakukan kesalahan. Bukankah sahabat itu mengingatkan kesalahan kita?
"Sabar, Ga. Lo tadi jelasinnya cepet banget jadi agak bundet otak gue" sahut Fara yang masih sibuk dengan bolpoin dan buku tulis yang menyajikan soal matematika.
"Sebenarnya matematika itu gampang kok dipahami, gak sesulit pahami hati cewek. Karena matematika ilmu pasti, sementara cewek gak pasti"
Bayu mengambil kacang yang Aga sediakan sebagai teman belajar mereka. Kacang yang tadi ia ambil dilempar mendarat tepat sasaran, hingga menubruk ujung hidung Aga.
"Si Abang, dimana-mana emang suka baper. Lagi bahas matematika aja masih bawa perasaan" cibir Bayu dengan memasang tampang tidak suka.
"Jomblo dimana-mana emang suka sirik, apa aja dikomentari" sungut Aga tak mau kalah dengan cibiran Bayu.
"Dimana-mana orang yang sok laku emang kepedean dan gak pernah ngaca. Lo juga jomblo woyy!!" Sentak Bayu tidak terima saat Aga menyinggung persoalan status yang harusnya tidak perlu dipublikasikan.
"Gue jomblo tapi banyak yang ngarepin ya! Gak kayak Lo, jomblo ditolak sana-sini!"
"Terserah Lo, gue gak denger gue pake cangcut"
"Jomblo kalau berantem suka gini, ya" celetuk Ricky yang sedari tadi diam menyaksikan dua jomblowan yang tengah beradu hal yang tidak penting.
"Jangan hina jomblo, Lo! Belum pernah baca hidayah tentang penghina jomblo yang susah dikuburkan" Bayu berucap dengan nada sedikit naik dari sebelumnya. Tatapannya menyorot tajam ke arah Ricky yang tengah asyik mengemut kacang kulit yang kulitnya asin.
"Udahlah, kalau bahas soal jomblo itu gak bakal kelar sebelum kejombloan Lo berakhir" lerai Fara.
"Nah bener juga usalan Lo, far. Gimana kalau kita balikan untuk mengakhiri kejombloan kita berdua. Lo jomblo, gue jomblo. Nunggu apa coba? Kalau kelamaan keburu diambil orang, yang udah jadi pacar aja kadang diambil sama pelakor, apalagi kayak kita yang tanpa ikatan" Aga menatap Fara dengan senyum khasnya sembari menarik turunkan alisnya yang lumayan tebal.
"Terus aja terus! Gas terus, gak pake kendor! Yang lain lagi serius bahas pelajaran malah sibuk sama perasaan" cibir Lena yang berubah posisi menjadi berbaring telentang menatap ke arah langit-langit teras rumah Aga. Ia yang tadinya sibuk mengerjakan soal matematika harus menghentikan aktivitasnya karena perdebatan Aga dan yang lainnya.
Tangan kanannya terulur untuk mengambil keripik kentang yang tersedia di stoples kecil.
"Ya elah, gitu aja ngambek, Len. Bercanda doang biar gak terlalu tegang. Hiburan dikit lah" sahut Aga.
"Tau ah--capek otak gue mikir mulu, yang dipikirin malah gak peka. Mana gak ngasih kabar dari pagi. Gak tau apa kalau kabar dari dia itu berarti buat gue, sekedar kabar itu gue nanti dengan sabar, apalagi sebuah balasan soal perasaan"
"Uhuk uhuk" Aga, Bayu, Ricky, Fara dan Putri keselek bersamaan. Mereka kira Lena tidak bawa soal perasaan. Nyatanya sama saja.
"Keselek cimol gue. Lo sama aja, bawa-bawa perasaan. Udah Lo yang sabar aja, cowok kayak gitu mending dibumi hanguskan saja, tenggelamkan sebelum nyakitin Lo" usul Putri.
Fara melempar buku tulisnya ke arah wajah Putri.
"Halah, sok bijak Lo put. Tadi malem aja mewek-mewek soal pacar Lo yang udah gak kayak dulu" ujar Fara dengan gamblangnya
"Aduh Fara gak boleh main kasar, main lempar aja ke Putri. Kesayangan Aga harus lemah lembut" nasihat Aga dengan sok bijak sembari mengusap puncak kepala Fara.
"Ya elah Fara, Lo kayak gak tahu manusia aja. Suka menasihati orang lain untuk tetap kuat, padahal buat nasihati diri sendiri gak bisa. Istilahnya ngomong itu gampang, ngelakuinnya itu sudah" sahut Bayu.
Diantara mereka memang mulut Bayu yang paling suka bersuara. Entah itu penting atau tidak, selagi ada kesempatan untuk bersuara, Bayu pasti bersuara. Bukan Bayu namanya kalau tidak cerewet yang kalau ngomong bibirnya udah mirip dengan bebek.
"Husttttt, udah jangan berisik. Mending kita belajar lagi supaya nilai ujian kita bagus, diterima di universitas sesuai keinginan kita, terus entar bisa wisuda, kerja buat masa depan. Kalau masa gue udah jelas, neng Fara yang bakal buat gue bahagiain lahir dan batin"
Plak.
Lena menghantam kepala Aga dengan buku yang cukup tebal membuat Aga mengaduh kesakitan sembari mengusap kepalanya bekas hantaman Lena.
"Ini bocah bikin gue greget, ngomongin masa depan mulu, ngayal udah ketinggian, minta disleding bareng-bareng" ujar Lena yang memang sudah cukup kesal dengan ucapan Aga yang selalu menjurus ke arah balikan dan khayalan masa depan bersama Fara.
"Sirik aja, Lo!" Sinis Aga.
"Udah lanjut belajar! Kapan belajarnya kalau berantem hal gak jelas kayak gini terus" lerai Putri.
Mereka semua mengangguk dan langsung fokus ke arah bukunya. Melanjutkan aktivitasnya yang sempat tertunda. Mereka kembali mengerjakan sepuluh soal secara mandiri dan akan dibahas nanti bersama-sama.
Hanya sepuluh menit Aga mampu terfokus, setelah itu fokusnya kembali ke arah Fara yang wajah bagian sampingnya tertutup oleh rambutnya yang biarkan tergerai. Meski begitu, tetap cantik dimata Aga.
Aga menopang kepala dengan satu tangan, menatap ke arah kiri tepatnya ke arah Fara yang tengah mengerjakan soal matematika seperti yang lainnya.
Ricky yang menoleh ke arah Aga, tidak sengaja mendapati sosok Aga yang tengah sibuk mengamati wajah Fara. Dengan iseng Ricky meraupkan tangan kosong ke wajah Aga.
"Fokus! Fokus! Mantan aja yang diliatin, katanya mau bahagiain mantan kesayangan" cibir Ricky.
Aga hanya menghela napas sebelum kembali fokus ke arah soal matematika yang tengah ia kerjakan. Selagi masih ada teman-temannya, selama itu pula acaranya dengan mantan akan selalu diusik oleh mereka. Memang begitulah teman. Rasanya campur aduk, kadang nyenengin jadi pengin meluk, kadang nyebelin jadi pengin nyleding.
•=•
"Mau gue anterin atau gak Far? Anterin aja ya, maksa nih gue" tawar Aga saat mereka sudah selesai belajar bersama dan kini Fara beserta yang lainnya sibuk mengemasi alat tulis masing-masing. Memasukannya ke dalam ransel yang dibawa.
"Gue pulang sendiri aja deh, atau nebeng sama Bayu. Bay, gue nebeng ya, Lo kan lewatin rumah gue" pinta Fara.
"Lewat doang, gak pernah boleh mampir. Udah kayak doi sebelah, cuma lewat padahal udah gue bukain pintu hati, eh malah jadian sama yang lain" sahut Bayu ngelantur kemana-mana.
"Bodo amat, bay! Bodo amat. Gue gak denger, gue pake cangcut" kesal Ricky yang mendengar sahutan Bayu.
"Udahlah Far, yang pasti-pasti aja. Gue udah pasti anterin lo selamat sampai tujuan tanpa lecet sedikit pun. Keselamatan Lo ditanggung sama gue, kalau mau Lo minta digendong pun bakal gue gendong" ujar Aga berusaha memaksa Fara agar mengizinkan ia untuk mengantar Fara pulang.
"Iyain aja Fara, gue juga bakal nganterin Putri. Ricky nganterin Lena. Lo semua temenan sama cowok baik-baik kayak gue, Ricky, sama Aga. Kita tipe cowok yang gak bisa lihat cewek sendirian, kalau sendiri pengin gue pacarin deh biar gak sendiri lagi" sahutan Bayu langsung mendapatkan pelototan dari Fara, Lena, dan Putri.
"Serius bay! Serius! Malu-maluin banget Lo!" Cibir Ricky.
"Eh----tapi yang Bayu omongin bener juga. Gue liat Fara hatinya kosong aja bawaannya pengin ngisi terus. Liat Fara jomblo aja pengin gue pacarin deh"
"Eh kutil! Malah ikutan sableng juga. Minta disleding emang" sinis Ricky.
"Cukup! Ya Allah, kenapa kita selalu berantem mulut buat hal yang gak penting-penting amat. Heran gue, sahabatan tapi adu mulut terus. Anehnya kita langgeng sahabatan dari dulu" komentar Putri.
Ricky merangkul kan tangannya di bahu Putri.
"Sahabat itu bukan mereka yang selalu sejalan sama pikiran Lo. Justru yang beda pikiran sama Lo, yang selalu adu mulut sama Lo, itu yang bakal jadi sahabat yang baik buat Lo. Bukannya mereka itu jujur? Enggak suka ya bilang nggak suka, meski itu bertentangan sama apa yang Lo suka. Daripada orang yang selalu sejalan sama pikiran Lo, tapi dibelakang protes dengan pikiran Lo ditambah bumbu fitnah. Pilih mana Lo?" Bayu menoleh menatap Putri
"Tumben Lo bijak juga, otak dipake ya biasanya cuma buat ngisi kepala doang"
Bayu terkekeh, menyentil ujung hidung Putri dengan gemas.
"Untung lo sahabat gue, kalau bukan udah gue baperin terus tinggalin deh biar nyesek senyesek-nyeseknya orang nyesek"
Putri meninju pelan perut Bayu.
"Ribet amat omongan Lo, udah lepasin tangan lo" Bayu segera menjauhkan tangannya yang tadi merangkul indah di bahu Putri.
"Len, pulang sama gue! Gue anterin Lo, tenang aja. Gak usah bawa perasaan tapi---karena niat gue baik itu tulus, buat buat modus kode menjalin hubungan. Temenan aja udah cukup" celetuk Ricky yang sudah nangkring di motor beat miliknya. Helm hitam yang ia bawa juga sudah melekat di kepalanya dengan sempurna.
"Okidoki, santai aja. Gue juga gak ngarepin hubungan lebih sama Lo, ngapain baper kalau ujungnya dianggap teman kan? Lagian kita juga udah temenan, sia-sia dong kebaperan gue" sahut Lena dengan riang gembira tanpa beban.
Lena beranjak menghampiri Ricky yang sudah siap melajukan motornya.
"Kita cabut dulu, rumah Lena jauh jadi gue harus buru-buru biar gak kesorean" pamit Ricky.
"Nah bener, gue kalau sore banyak kerjaan bantuin mama nyuci piring, nyapu, nyetrika pakaian, masak, pokoknya banyak deh" lanjut Lena.
Ricky menoleh ke belakang, mendorong pelan kepala Lena.
"Udah pegangan, malah curhat. Cewek kalau curhat itu gak kelar-kelar" cibir Ricky.
Kesal dengan Ricky, Lena langsung berpegangan di perut Ricky dengan sangat erat plus sebuah cubitan yang bersarang di perut Ricky. Tentu saja Ricky mengaduh kesakitan atas perlakuan Lena.
Segera ia menarik gas motornya, membuat Lena memekik kaget.
"Ricky!!!!"
Aga dan yang lainnya yang menjadi penonton hanya terkekeh geli. Mereka menyadari satu sama lain bahwa persahabatan mereka begitu indah selagi tidak melibatkan perasaan yang membuat keretakan diantara mereka.
"Gue juga mau balik, kasian Putri udah pengin pulang" pamit Bayu meraih tangan Putri dan membawanya ke motor sport yang ia bawa.
Bayu segera menunggangi motornya, disusul oleh Putri yang duduk di boncengan.
Setelah menutup kaca helmnya, motor yang Bayu kendarai melesat meninggalkan pekarangan rumah Aga.
"Sekarang tinggal gue sama Lo di sini. Gue maksa nganterin Lo pulang. Gak pake nolak, nolak berarti kita pacaran" ancam Aga yang langsung dihadiahi kepalan tangan oleh Fara.
"Jangan ngebut, awas kalau ngebut"
"Santai aja, gue ngebutnya kalau ngejar hati Lo doang kok. Percaya sama gue, gue gak mungkin nyelakain orang yang gue sayang. Sini tasnya! Biar gue yang bawa!" Pinta Aga mengulurkan tangannya ke arah Fara, meminta tas ransel biru yang ada di gendongan Fara agar diberikan pada Aga.
"Gak usah, gue bisa bawa sendiri. Enak lagi gendong tas" tolak Fara.
"Tas atau orangnya yang harus gue gendong? Pilih salah satu, maksa nih!"
Fara menghela napas, ia memang selalu kalah dengan Aga. Mau tak mau, Fara terpaksa memberikan tas miliknya pada Aga.
TBC
Sampai jumpa hari Kamis 😍
Salam sayang, dari kekasih Manu Rios 🎉
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro