Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bagian 20

Hallo, Mantan! Kalau ketemu nyapa dong! Jangan buang muka. Meskipun kita berakhir tidak bahagia, tapi setidaknya kita pernah tertawa bersama.
∆¶∆

Di dunia ini masih banyak orang yang sulit melupakan mantan pacarnya yang masih memiliki ruang tersendiri di hati. Bahkan semakin hari semakin merindukan sosok mantan. Sosok yang dulu pernah membuat kita tertawa hanya karena hal sederhana saat bersama. Sosok yang pernah memberi semangat untuk mengukir sejarah berdua meski akhirnya tidak bahagia karena memilih jalan sendiri. Sosok yang namanya pernah  kita sebut dalam doa yang kita semogakan untuk tetap bersama.

Namun semua tidak berakhir indah seperti dalam untaian indah doa. Semuanya berakhir meninggalkan kenangan dan janji yang pernah terucap.
Ada saatnya mereka yang setia meninggalkan semua perasaan luka. Dan ada saatnya mereka yang berjanji, mengingkari janjinya.

Bukan cuma Aga yang masih menginginkan mantan untuk kembali bersamanya. Rasanya semakin hari Aga semakin merindukan Fara. Mati-matian tidak mati sungguhan, Aga menahan diri untuk tidak peduli pada Fara.

Aga sudah bertekad untuk kembali merebut hati Fara dengan caranya sendiri. Sederhana, ia hanya berusaha membuat Fara rindu pada semua hal tentang Aga. Tawa, perhatian, dan tingkah lucu Aga sekarang sudah tidak Aga berikan pada Fara. Alasannya agar Fara rindu.

Ia yakin, tingkah Aga sekarang pasti lama kelamaan akan membuat Fara merasa kehilangan dan menumbuhkan kerinduan Aga yang dulu.

Seseorang yang dilanda rasa rindu akan semakin mudah jatuh cinta. Aga yakin, ini pasti berlalu juga pada Fara yang hanya sebatas mantan pacarnya. Ia begitu yakin, Fara akan merindukan semua tentang Aga karena semua tentang Aga pasti membekas pada diri Fara. Kerinduan inilah yang akan membuat Fara jatuh hati kembali pada Aga.

Aga mendudukkan bokongnya di bangku Ricky yang masih kosong. Tas punggungnya yang tadi ia gendong diletakkan di atas meja. Padahal itu bukan tempat biasa yang Aga duduki. Aga biasa duduk di bangku belakang Ricky, tepatnya di samping Fara. Namun, mulai hari ini Aga memutuskan untuk berpindah tempat duduk dengan alasan memberi sedikit ruang antara Aga dan Fara yang secara tidak langsung akan membuat Fara merasa kehilangan.

"Aga, kok Lo duduk di situ? Lo kan duduk bareng gue" ucap Fara yang sudah duduk di bangkunya, tepat di belakang bangku yang Aga duduki saat ini.

Aga membuang napas, ia memutar tubuhnya menghadap ke arah Fara.
"Udah saatnya," sahut Aga membuat kerutan di dahi Fara.
Fara sendiri merasa sulit untuk mengartikan ucapan Aga tadi.

Aga berdiri dari duduknya, merapikan sebentar seragam dan dasinya sebelum melenggang tanpa kata meninggalkan Fara.
"Lo udah berubah, apa ini artinya Lo udah mulai melupakan semuanya?" gumam Fara lirih yang hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri. Ia terus menatap Aga yang berjalan tegap dengan langkah perlahan meninggalkan kelas.

Fara memutuskan untuk beranjak dari tempatnya. Bukan untuk membuntuti Aga tapi untuk mengunjungi kantin. Tadi ia belum sarapan. Terlalu terburu-buru untuk ke sekolah hingga ia melupakan sarapannya. Jadi, sebelum pelajaran di mulai, Fara memutuskan untuk mengisi perutnya agar konsentrasinya tidak terganggu saat tiba-tiba saja nanti ia kelaparan di tengah pelajaran.

Langkah Fara terhenti di koridor kelas XII.IPA.2. Perhatian Fara tertuju pada Aga yang tengah bercengkerama dengan siswa-siswi kelas XII IPA 2. Entah apa yang tengah mereka bicarakan, sepertinya sesuatu yang sangat menarik. Terlihat dari raut wajah Agar yang begitu antusias dan guratan bahagia tercetak jelas diantara mereka.

Aga bahagia.
Meski tanpa Fara.
Kepergian Fara dan berakhirnya hubungan mereka tidak mengubah pribadi Aga yang ceria. Dan kenyataan ini membuat Fara merasa sedikit kecewa. Karena kehilangan Fara bagi Aga tidak menimbulkan luka apapun.

Jujur ini membuat Fara ingin kembali masuk ke dalam kehidupan Aga. Menjadi alasan Aga untuk menertawakan hal sederhana yang mereka lalui bersama.
"Aga, gue kangen kita yang dulu. Tapi gue--gue ngerasa udah gak ada hak lagi buat itu. Gue juga terlalu gengsi buat ngaku langsung ke Lo" batin Fara meringis.

Fara mencoba tenang dan santai seakan tidak terjadi apapun pada hatinya. Ia kembali mengayunkan kedua kakinya menyusuri koridor.
"Eh Fara mau kemana? Sepuluh menit lagi bel masuk, entar telat dihukum sama Pak Anjar" celetuk Bayu saat Fara melintas di kerumunan siswa-siswi yang di dalamnya juga ada Aga. Bayu menatap jam tangan di pergelangan tangan kirinya untuk mematikan kembali waktu saat ini.

Kenapa bukan Aga yang berkata demikian?
Bolehkan Fara berharap lebih?
Fara ingin Aga kembali menjadi Aga yang dulu. Aga yang selalu mencurahkan segala perhatian untuk Fara.

Bahkan saat ini Aga masih asyik mengobrol dengan salah satu siswi kelas XII IPA 2 yang Fara ketahui namanya adalah Ratih. Rupanya kehadiran Fara yang hanya sekedar melintas tidak menyita sedikit pun perhatian Aga.
"Mau sarapan dulu di kantin" sahut Fara santai lalu kembali melanjutkan langkahnya.

"Ga! Itu Fara mau ke kantin sendirian. Lo gak ada mau nemenin Fara? Biasanya Lo paling cepat kalau urusan tentang Fara" Bayu menepuk bahu Aga dengan pelan.

Aga yang merasa terganggu oleh Bayu langsung menoleh menatap ke arah Bayu lalu ke arah Fara yang berdiri tak jauh dari hadapannya.
"Udah gak kayak dulu, gue cuma mau nemenin kalau emang dia yang minta ditemenin. Kalau enggak, iya gue gak maksa. Toh dia yang butuh kalau emang pengin ditemenin, kok gue yang harus ngemis maksa nemenin" sahut Aga yang membuat gelak tawa diantara yang lain terhenti

Mereka tidak ada yang percaya jika tadi itu benar Aga. Apa Aga salah makan obat hingga berubah seratus delapan puluh derajat? Bagaimana bisa Aga yang dulunya selalu menjadi orang nomor satu yang menawarkan diri untuk menemani Fara kemanapun kini telah berubah. Bahkan Aga mengatakan dengan jelas jika ia akan menemani Fara jika Fara langsung yang meminta.

Aga hanya cukup sadar diri. Ia tidak mau seperti dulu yang seolah memaksa keadaan dirinya untuk selalu di samping Fara sementara Aga tidak tahu apakah Fara memang membutuhkan Aga untuk di sampingnya. Dulu Aga mungkin terlalu percaya diri bahwa Fara memang butuh dirinya. Padahal ia tahu, Fara tidak pernah mengatakan seperti apa yang Aga pikirkan.

Mungkin dengan seperti ini Aga berharap Fara bisa meluapkan semua perasaannya pada Aga yang tidak pernah terucap. Aga harap Fara berani berkata jika Fara membutuhkan Aga, bukan hanya Aga yang membutuhkan Fara.

Tidak sulit sebenarnya.
Aga hanya ingin Fara jujur tidak termakan gengsi berlebih. Tidak ada salahnya jika seorang cewek mengutarakan isi hatinya untuk meyakinkan cowok untuk berjuang.
Cowok juga butuh kata cinta dari cewek. Butuh juga pengakuan sebuah kerinduan, butuh kata manis. Bukan hanya cewek yang membutuhkan itu semua.

"Oh santai aja. Lo gak perlu repot-repot kok, lanjutin aja ngobrolnya sama temen lo. Gue bisa sendiri makanya gak minta Lo buat nemenin" sahut Fara lalu melenggang cepat meninggalkan kerumunan Aga dan yang lainnya.

Satu yang Aga tidak suka pada Fara.
Gengsi untuk mengakui apa yang Fara rasakan sangat tinggi. Aga paham sifat Fara, Fara selalu menginginkan Aga untuk selalu berkata manis tentang perasaanya pada Fara, namun Fara tidak pernah mengutarakan kata manis tentang perasaanya pada Aga, meski itu hanya sekedar untuk menghibur Aga.

Semoga dengan apa yang ia lakukan saat ini bisa membuat Fara terbuka untuk mengakui kenyataan jika Fara masih menginginkan Aga untuk kembali bersamanya seperti dulu. Semoga Fara bisa lebih bisa membicarakan soal perasaan yang dirasa.

¶∆¶

Fara melempar tas selempang yang ia gunakan ke arah sofa hingga menghantam kepala Elang yang tengah santai memainkan ponsel miliknya.
"Dateng bukannya salam malah ngamuk tidak jelas, Lo itu cewek pelajar pula. Jangan buat uang ayah bunda seolah sia-sia dengan kelakuan Lo yang udah seperti cewek gak berbudi pekerti karena haus pendidikan" cibir Elang meletakkan ponselnya di meja.

"Assalamualaikum, puas Lo?" Sentak Fara lantas meminum jus mangga kemasan milik Elang yang tergeletak di atas meja.

"Fara! Sopan sedikit sama orang yang lebih tua, Abang tau Lo lagi emosi tapi jangan buat emosi ngendaliin Lo dan buat Lo kehilangan jati diri Lo. Ayah sama bunda gak pernah ngajarin kita buat tidak sopan, ya! Mana kualitas diri Lo kalau kelakuan Lo kayak gini, buat ngendaliin emosi aja Lo gak bisa" tegur Elang menatap kecewa ke arah adiknya yang memasang wajah kesal sejak baru duduk di sofa ruang tamu.

Fara menarik napas dalam-dalam lalu dikeluarkan secara perlahan.
Dalam hati ia merapalkan istighfar sebanyak tiga kali. Apa yang diucapkan Elang baru saja menyadarkannya.

Fara beranjak dari duduknya, ia melepaskan sepatu yang ia kenakan lantas duduk menempel di samping Elang. Tanpa rasa sungkan sedikit pun, Fara langsung menyandarkan kepala di bahu Elang.

"Abang, Fara sakit bang. Fara juga nyesel selama ini udah gak pernah jujur sama perasaan Fara. Fara terlalu gengsi" ucap Fara terdengar lirih.

"Makanya jadi cewek jangan gengsian. Lo boleh jual mahal tapi ada batasannya juga. Gak usah jual mahal cuma buat ngeliat cowok itu mengemis cinta ke Lo. Ingat! Cewek di dunia ini gak cuma Lo, masih banyak cewek di luar sana yang bahkan jauh lebih dari pada lo" komentar Elang dengan keluh kesah Fara.

"Terus gue harus gimana bang? Dia udah keliatan lepas gitu dari gue. Intinya udah gak peduli lagi sama gue."

"Cowok kalau udah peduli sama cewek yang dia sayang itu pasti bakal lakuin apapun buat cewek itu. Tapi kalau udah gak peduli, itu artinya udah benar-benar kecewa, mungkin."

Fara mendengkus pelan.
"Abang kasih saran dong. Abang kan cowok, pasti tahu lah maunya cowok itu gimana" desak Fara.

Elang berpikir sejenak. Jujur saja Elang tidak terlalu berpengalaman soal percintaan karena ia fokus pada pendidikan dan adiknya. Baginya dua hal itu adalah yang harus diprioritaskan Elang saat ini. Pendidikan untuk menata masa depan yang akan ia bangun nanti dengan gadis pilihannya. Dan adik yang harus ia jaga sebagai seorang kakak yang memang bertanggung jawab soal adiknya, apalagi Fara adalah adik perempuan satu-satunya.

Untuk menjaga adik perempuan tidak semudah menjaga adik laki-laki. Ada banyak titik yang harus benar-benar diperhatikan. Seperti percintaan adiknya. Elang harus benar-benar jeli mengawasi adiknya agar adiknya tidak terjerumus pada percintaan yang akan merusak masa depan adiknya.

Elang tidak pernah melarang Fara menjalin hubungan dengan seorang cowok selagi itu hubungan yang wajar dan bisa memotivasi Fara untuk lebih baik. Meskipun motif Fara untuk lebih baik hanya karena cowok, tapi bagi Elang itu tidak masalah.

"Lo harus jujur sama isi hati Lo, gue dan cowok di luar sana pasti butuh kepastian tentang perasaan cewek. Dengan Lo diam, Lo udah membuat cowok merasa gagal dengan usaha yang udah dilakuin buat Lo. Semua mahluk sama aja lah, gak cowok gak cewek pasti lebih suka yang pasti" gumam Elang mengusap puncak kepala adiknya dengan lembut syarat akan curahan rasa sayang seorang kakak pada adiknya.

"Tapi percuma kalau gue jujur sekali pun gak akan mengubah apapun. Dia udah terlanjur kecewa sama gengsi gue yang terlalu tinggi"

"Lo belum mencoba. Meski itu gak ngerubah apapun tapi setidaknya Lo udah usaha. Usaha lebih dihargai dalam sebuah hubungan. Siapa tau tiba-tiba dia jadiin pengakuan Lo sebagai bahan pertimbangan, kan?" Elang mencoba memberi motivasi secara tidak langsung pada adiknya.

Tiba-tiba saja Fara memeluk erat tubuh Elang. Dalam hati Fara tak hentinya mengucap syukur diberikan anugerah sosok kakak seperti Elang yang begitu peduli perihal adiknya. Elang menunjukan dengan baik bagaimana perannya sebagai kakak untuk Fara.

"Makasih banget Abang. Fara sayang sama Abang" ucap Fara.

"Gak perlu Abang jawab kan pernyataan Lo tadi. Lo pasti udah tahu gimana gue sama Lo, Lo adik gue satu-satunya yang bisa membuat gue membuktikan kalau gue bisa menjadi seorang kakak yang baik. Gue tahu, ayah sama bunda jarang ada waktu buat kita untuk berbagi. Tapi Lo harus tahu, ada gue di sini. Gue siap jadi pengganti ayah sama bunda buat Lo. Itulah gunanya saudara, gue juga boleh kan berbagi sama Lo? Intinya kita saling berbagi aja. Jangan cuma berbagi kebahagiaan, kita bisa berbagai kesedihan juga."

Fara benar-benar trenyuh dengan apa yang diucapkan oleh kakaknya itu.

∆¶∆
TBC
Sampai jumpa hari Kamis 👈👈

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro