Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bagian 15°B

Yakinlah, cinta sejati akan menjadi milikmu, ketika kau dan dia mampu setia.

Fara duduk gelisah di bangkunya. Sesekali ia melirik ke arah bangku kosong yang ada di sampingnya. Bangku yang biasa di duduki Aga yang akan membuat konsentrasi Fara buyar dikejar rasa baper. Suara pak Andi yang tengah menjelaskan materi tidak didengarkan oleh Fara. Pikirannya kacau hingga suara pak Andi tak mampu ia dengar dengan baik.

Ia tak bisa duduk dengan tenang sebelum Aga kembali. Bagaimana bisa ia tenang? Sementara Aga di luar sana tengah menjalankan hukuman yang seharusnya diterima olehnya.
Sungguh ini di luar dugaan Fara, Aga melakukan hal yang terlihat begitu gentle untuk Fara dan tentunya mendapatkan banyak nilai plus untuk Aga dari Aga.

Fara menghela napas kasar. Ia harus memastikan kondisi Aga. Hatinya merasa tidak enak, tak seharusnya Aga menggantikan Fara untuk mendapatkan hukuman dari pak Andi.

Baru saja Fara hendak izin ke luar kelas pada pak Andi, ponsel yang ia sembunyikan di balik buku bergetar. Getaran yang cukup terdengar, namun untungnya tidak sampai terdengar ke telinga pak Andi.
Fara memastikan pak Andi tidak menghadap ke arahnya. Dengan hati-hati Fara mengangkat sedikit bukunya dan mengintip layar ponselnya.

Rupanya sebuah line masuk dari Aga, seseorang yang sedari tadi memenuhi isi kepalanya. Fara sedikit takut untuk membuka line dari Aga. Bukan takut pada isinya, melainkan takut pada Pak Andi.

Dengan gerakan cepat, Fara mengambil ponselnya yang ia sembunyikan di balik buku. Ia meletakan ponselnya di rok yang ia kenakan. Setelah memastikan kondisinya aman, Fara langsung membuka line masuk dari Aga. Tentu saja dengan perasaan takut pak Andi mengetahuinya, bisa-bisa ponselnya disita sampai kelulusan.

Aga_ lo gak pp kan sayang?

Aga_ sorry typo, mksdnya Fara kesayangannya abang Aga.

Fara tersenyum geli setelah membaca line masuk dari Aga. Selalu saja ada sesuatu yang menggelitik di perutnya setiap membaca line dari Aga.

Fara_ hrsnya gue yg nanya ini ke lo. Lo gak papa, kan? Pasti cape bgt ya?

Setelah mengirim balasan pada Aga, Fara buru-buru menatap ke arah papan tulis sebelum pak Andi menyadari jika kini Fara tengah asyik bermain ponselnya. Pandangan Fara memang ke arah papan tulis, namun pikirin Fara ke arah ponselnya, apalagi getaran ponselnya tadi membuatnya semakin penasaran.

Kondisi aman, pak Andi mulai menulis kembali di papan tulis, kesempatan bagi Fara untuk membuka line masuk.

Line today

"Sialan, gue kira dari Aga," rutuk Fara dalam hati.

Baru selesai merutuki line yang baru saja masuk, bibir Fara melengkung membentuk senyum manis. Buru-buru Fara membuka line yang kembali masuk.

Aga_ cape pake bgt Far. Tp ga secape kl gw ngejar lo. Makanya lo jgn lari lg ya dr gue. Gue cape ngejar lo trs. Mending kita jalan jejeran smbl gandengan tangan. Kan so sweet.

Fara_ ih Aga mah suka gt. Semangat lari sm ngerangkumnya!

Aga_ ashique dpt semangat dr kesayangannya Aga. Tapi sayang,

Fara_ sayang kenapa?

Aga_ g pp ko sayang. Tumben panggil sayang, biasanya Aga. Gini aja trus ya,

Fara menggigit bibirnya kuat-kuat. Wajahnya memerah padam selepas membaca pesan dari Aga. Andai saja pak Andi tidak menatap ke arahnya, Fara pasti langsung membalas line dari Aga.

"Bapak keluar sebentar, kalian tulis dulu apa yang saya jelaskan tadi." Titah pak Andi sebelum berjalan keluar kelas.

Kesempatan emas bagi Fara untuk membalas line dari Aga. Ia buru-buru mengambil ponselnya yang ia jepit di antara lututnya.
Mengingat pak Andi yang tidak ada di kelas, Fara memainkan ponselnya secara terang-terangan.

Andi_pendekarfisika sejak kapan papan tulis berpindah di bawah. Tolong kalau saya menjelaskan, liat ke depan! Jangan kira saya tidak tahu!

Fara melotot tak percaya selepas membaca line masuk dari Andi_pendekarfisika. Wajahnya semakin memanas. Kemungkinan paling masuk akal dia adalah pak Andi. Buru-buru Fara memasukan ponselnya ke dalam saku seragamnya. Diraihnya bolpoin yang tergeletak di meja untuk menulis tulisan pak Andi yang sudah memenuhi papan tulis.

Suara langkah pak Andi yang memasuki ruang kelas semakin membuat Fara tidak karuan. Apalagi mata pak Andi tidak luput dari wajah Fara.
"Fara! Bawa bukumu ke perpustakaan, kerjakan buku paket halaman 73 nomor satu sampai sepuluh," perintah pak Andi yang baru saja duduk di kursi guru.

Fara menelan salivanya susah payah, dengan gemetar ia mengemasi buku yang akan ia bawa ke perpustakaan.
Teman sekelasnya saja heran mengapa Fara di hukum sedemikian rupa.

"Bagi yang mau mengikuti jejak Fara, silahkan buka ponsel kalian dan chatting saat saya menjelaskan materi."

"Saya permisi pak," ujar Fara sopan.

Pak Andi mengangguk sekali.

Aga duduk di bawah tiang bendera sambil mengipaskan tangan ke sekitar wajah dan lehernya yang terasa panas. Dasi yang tadinya menggantung di lehernya sudah terlepas, begitu pula dengan seragam yang tadi ia kenakan. Seragam putihnya sudah tersampir di pundak kirinya, menyisakan kaus berwarna cokelat yang begitu pas di tubuh atletis Aga.

Aga mengernyit heran saat melihat Fara keluar dari kelas sambil menunduk. Wajah Fara terlihat murung.
Buru-buru Aga berdiri dan mengambil langkah cepat menghampiri Fara.

"Loh kesayangannya Aga kenapa ke luar kelas?" tanya Aga begitu langkahnya sejajar dengan Fara.
Fara yang awalnya tidak mengetahui keberadaan Aga, langsung menoleh dan mendapati sosok Aga dengan keringat bercucuran di sekitar pelipis dan leher Aga. Wajah putih Aga sedikit memerah mungkin karena kepanasan di tambah rambut Aga yang sedikit berantakan.

Fara menghentikan langkahnya, membuat Aga ikut menghentikan langkahnya. Keduanya berdiri saling berhadapan. Tinggi mereka yang berbeda membuat Fara harus mendongak saat menatap Aga dan Aga harus menunduk untuk menatap Fara.

Tangan Fara menyusup masuk ke dalam saku rok yang ia kenakan. Dari dalam rok, Fara mengeluarakan sapu tangan berwarna putih miliknya.
"Cape banget yah? Sampe keringetnya banyak gini," tanya Fara sembari menyapukan sapu tangan miliknya di sekitar wajah dan leher Aga.

"Gue udah bilang kan, cape sih, tapi gak se cape ngejar lo. Buat ngejar lo aja gue strong kok Far, apalagi cuma lari kayak tadi," Sahut Aga bijak.

Fara mengulum senyum. Gerakan tangannya terhenti saat tangan Aga meraih tangan Fara.
"Masih disimpan juga sapu tangan dari gue?"tanya Aga menatap lekat ke arah Fara.
Pipi Fara memanas saat ditatap sedemikian rupa ditambah kenyataan bahwa Fara masih menyimpan dengan baik barang yang Aga berikan, bukan hanya menyimpan, barang-barang kecil dari Aga saja masih ia pakai seperti biasa saat mereka masih berpacaran.

Aga tersenyum, tangannya mengusap puncak kepala Fara dengan gemas.
"Gue jadi semakin yakin balikan sama lo, semangat pedekate kedua gue semakin nambah. Sapu tangan dari gue aja masih lo simpen, pasti hati yang udah pernah gue kasih ke lo masih lo simpen kan?" Tanya Aga menggoda fara sembari menaik turunkan kedua alisnya membuat Fara semakin tersipu.

Fara menyenggol lengan Aga, "apasih Aga, kalau ngomong suka gak jelas."

Aga terkekeh geli melihat Fara yang sedikit salah tingkah saat di goda olehnya.
"Oh iya betewe kenapa keluar kelas? Bukannya pak Andi di dalem?"

"Gue dihukum, di suruh ngerjain soal di buku paket halaman tujuh puluh tiga." Sahut Fara dengan cemburut.

Tangan kanan Aga terulur untuk mengusap pipi Fara.
"Gak usah cemberut gitu dong, kan ada gue yang selalu ada buat lo. Nanti gue bantu lo ngerjain. Udah tenang aja, sekarang senyum donk! Mana senyumnya, pengen lihat kesayangannya Aga senyum."

Entah dorongan dari mana hingga Fara tersenyum untuk Aga.
"Gue ke kelas dulu, mau ambil buku sama bolpoint buat ngerangkum. Lo tunggu bentar," belum sempat Aga melangkah, tangannya sudah di cekal oleh Fara.

"Udah gue bawaain buku sama bolpoint lo, gue ambil asal buku lo tadi," ujar Fara sambil menunjukan buku milik Aga.

"Ah Fara emang idaman banget, makin sayang deh,"sanjung Aga.

Aga memakai kembali seragam yang tadinya ia sampirkan di pundak. Begitu seragamnya terpakai di tubuhnya, Aga segera menggandeng tangan Fara tanpa permisi. Fara yang mendapatkan perlakuan seperti itu hanya bisa menatap ke arah tangan Aga yang menggenggam tangannya lumayan erat.
Keduanya berjalan beriringan menuju perpustakaan.

Aga jongkok begitu sampai di depan pintu perpustakaan. Aturan masuk ke perpustaakan adalah melepas sepatu dan di letakan dengan rapi di rak sepatu yang sudah di sediakan.

"Aga apaan sih? Gue bisa lepas sendiri." Fara ikutan jongkok di samping Aga saat Aga berusaha melepaskan simpulan tali sepatu milik Fara.

"Lo emang bisa sendiri Far, gue juga tahu kali. Gue kan pengen manjain lo, manjain gebetan gak ada salahnya, kan?"

"Pas masih gebetan lo gini, entar kalau udah jadi pacar jangan-jangan lo berubah kayak kebanyakan cowok."

"Jangan samaratakan cowok kayak gitu, masih ada cowok yang gak kayak gitu kok, misalnya gue," sahut Aga.

"Udah, gue bisa sendiri ko. Gak enak dilihatin sama adik kelas."

Aga menghela napas pasrah, niat baiknya membantu Fara ditolak begitu halus.
Ia memutuskan untuk melepaskan sepatunya sendiri dan meletakan di rak sepatu.

Keduanya memasuki perpustakaan dengan santai. Aga dan Fara sama sama mencari kursi kosong untuk duduk. Namun sepertinya tidak ada, semua kursi sudah diisi oleh anak kelas X yang seperti nya tengah mengerjakan tugas bersama-sama di perpustakaan.

Aga mengambil dua paket buku Fisika dan segera menarik Fara untuk mengikuti langkahnya menuju pojok perpustakaan.
Dengan santainya Aga tengkurap di lantai putih perpustakaan yang terasa dingin. Aga menatap Fara, memberikan tatapan pada Fara untuk mengikuti apa yang ia lakukan. Akhirnya Fara ikut tengkurang di samping Aga, tentunya dengan hati-hati agar rok selutut yang ia kenakan baik-baik saja.

"Udah buruan kerjain," titah Aga yang langsung membuat Fara membuka buku tulis dan buku paket yang tadi Aga ambil. Sementara Aga langsung merangkum tugas yang di berikan pak Andi.

"Ga, ini gimana? Bantuin!" pinta Fara menunjuk soal nomor tiga.
Aga menghentikan aksi merangkumnya, ia segera menoleh ke arah buku paket yang tadi ditunjuk Fara. Dibacanya soal tadi dengan cepat oleh Aga.

"Oh ini mah gampang, mana buku lo! Biar gue bantuin."

Fara menggeser bukunya dan Aga segera mengerjakan soal yang Fara maksud. Bukan hanya soal itu, semua soal di kerjakan oleh Aga. Fara tentu tidak protes justru ia senang karena ia tidak perlu pusing-pusing lagi. Sebagai gantinya, Fara mengambil alih buku Aga dan mulai melanjutka rangkuman Aga yang belum selesai.

Aga menutup buku Fara saat sudah selesai mengerjakan semua soal.
"Ngantuk Far?" Tanya Aga yang membaringkan kepalanya di atas tangannya yang terlipat. Baru saja Fara menguap lebar. Pekerjaan merangkum membuaynya mengantuk.

"Sini biar gue yang ngerangkum. Lo tidur aja, nanti gue bangunin kalau gue udah selesai ngerangkumnya."

Fara mengangguk lantas membaringkan miring kepalanya di atas kedua tangannya yang terlipat. Kedua bola matanya perlahan menutup diikuti deru napas yang teratur.
Aga tersenyum melihat wajah Fara yang begitu damai saat tertidur. Ia memutuskan untuk menunda pekerjaannya dan ikut tidur di samping Fara. Aga dan Fara saling berhadapan membuat aga tersenyum sebelum terlelap.

Tbc

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro