Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bagian 15•A

Gue udah mempersiapkan hati dengan kesetiaan yang cukup besar untuk mendapatkan lo kembali, Far
Aga_
**

Fara duduk dengan canggung di kursi tepat di samping Aga. Ia merasakan begitu grogi di posisinya sekarang. Meskipun Aga sekarang sedang di luar kelas, namun Fara masih saja merasakan gugup. Bagaimana jika nanti Aga sudah kembali? Fara pasti akan semakin gugup.

Kegugupannya semakin menguat saat melihat Aga berjalan memasuki ruang kelasnya bersama Bayu dan Ricky. Mereka bertiga terlihat asyik bercerita, memberikan komentar tentang pertandingan sepak bola yang mereka tonton tadi malam. Kebiasaan para cowok memang begitu, membahas pertandingan sepak bola yang ia tonton dini hari, bela-belain gak tidur cuma buat melihat tim kesebalasan andalannya berlaga di lapangan hijau. Beda dengan cewek, kalau ngumpul paling sering buat ngrumpi apapun. Karena sekali ngrumpi cewek bisa membuat topik apa saja. Dari yang awalnya bahas mantan nanti di akhir bisa bahas negara Indonesia, membantu bapak presiden memikirkan negara kita ini.

"Lena sama Putri belum berangkat?" tanya Aga yang sudah duduk di bangku samping Fara, sementara Ricky dan Bayu duduk di tempatnya, di depan Fara.

"Belum,mungkin bentar lagi," sahut Fara mencoba santai.

"Pokoknya gue masih nyesek tim Garuda kalah, gak ikhlas gue," seru Bayu dengan wajah kesalnya.

"Coba aja gue dateng pas di undang sama pelatih timnas, gak bakal kayak gini ceritanya," ujar Aga yang mulai merogoh saku seragam yang ia kenakan untuk mengeluarkan permen karet yang sudah ia persiapkan sedari di rumah. Bergegas Aga membuka bungkus permen karet miliknya dan melempar bungkusnya ke wajah Bayu.

"Najis lo, Ga, sok banget. Ngapain juga pelatih ngundang lo, sumpah otak lo emang rada miring, kayak menara condong," protes Bayu.

"Eh Far, gue saranin lo jangan balikan sama Aga. Kasihan keturunan lo entar, bisa-bisa otaknya kurang seons semua," Ricky mencoba menghasut Fara yang pastinya hanya bercandaan bukan bermaksud untuk serius.

"Eh ketek asin! Ngomongnya pinter banget yah, belum tau siapa Aga hah?" bentak Aga menatap horor ke arah Ricky yang cengengesan mencapit hidungnya dengan ibu jari dan telunjuknya.

"Iya tapi bau mulutnya biasa aja, plus jangan pake kuah juga mas," gerutu Ricky menatap kesal ke arah Aga yang asyik cengar-cengir menopang kepala dengan satu tangannya menatap Fara.

"Eh kutil, ngapain lo senyum-senyum ngeliatin Fara? Udah gila lo?" protes Ricky menatap ke arah Aga.

Mendengar itu, Fara menoleh ke arah Aga untuk memastikan apa yang dituduhkan Ricky pada Aga adalah kebenaran. Dan sontak pipi Fara bersemu memerah melihat Aga yang tengah senyum menatap ke arahnya.

Plak. Bayu menghantam wajah Aga dengan buku tipis yang ia pegang. Tentu saja Aga geram bukan main pada dua sahabatnya yang otaknya tidak ada itu. Selalu saja Ricky dan Bayu mengganggu kebersamaan Aga dengan Fara, menggagalkan acara pedekate kedua dan selalu saja mereka berdua menyebalkan.

"Heh jomblo! Lo apaan sih gangguin pedekate kedua gue sama mantan? Minta dicabuli lo pada?" maki Aga pada Bayu dan Ricky.

Bukannya menjawab makian Aga, Bayu dan Ricky justru malah tertawa. Suara tawa Bayu dan Ricky terdengar penuh hinaan pada Aga semakin membuat Aga kesal.

"Pedekate kedua nenek lo nungging? Mantan, gak usah banyak gaya lo!"

"Mantan aja gayanya kayak gebetan."

Aga melotot ke arah Bayu dan Ricky secara bergantian. Ia kesal bukan main pada mulut dua sahabatnya itu yang tidak pernah disaring kalau ngomong.

Melihat Aga yang kesal, Fara mengulurkan tangan mengusap bahu Aga penuh kelembutan.
"Sabar, yang sabar disayang Fara," ucap Fara yang mengundang lengkungan di bibir Aga. Detak jantung Aga berdetak lebih cepat dari biasanya. Ucapan Fara barusan, membuat diri Aga seakaan melayang.

"Ah neng Fara mah suka gitu, abang Aga baper kan," goda Aga sembari mencolek dagu Fara sekali.
Fara mengusap dagunya yang habis dicolek oleh Aga. Senyum tak bisa ia tahan lagi.

"Terus aja terus!"

"Dada yang gak kuat!"
Suara Bayu dan Ricky merusak acara saling senyum dan pandang antara Aga dan Fara.

"Untung lo berdua sahabat gue, kalau bukan udah gue iket masukin karung, kerek di tiang," batin Aga.

"Selamat pagi, yang cantik datang membawa berkah dengan sejuta pesona!" seru Putri yang baru saja memasuki kelas dengan ceria.

"Heh cantik mata lo dilakban. Greget gue liat lo, pagi-pagi udah bikin gue pengen eek aja," timpal Bayu.
Putri menghampiri Bayu dan duduk di meja Bayu. Rambut panjangnya yang dibiarkan terurai sengaja ia gibaskan ke wajah Bayu. Bayu langsung menggosok wajah dengan telapak tangannya setelah mendapatkan gibasan rambut Putri yang baunya jangan ditanya lagi, kayak ada aroma embe.

"Sirik aja lo, kalau suka sama gue bilang aja. Pepatah 'benci jadi cinta' udah basi dan mainstream," ucap Putri dengan santainya.

"Ehh put, kutu lo jatuh tuh," goda Aga.

"Eh mantannya Fara, kalau ngomong yah. Rambut bagus gini gak mungkin ada kutunya yah," Putri menunjuk ke arah Aga.

Bayu menggosok hidungnya, "Bagus tapi baunya kaya embe,"sinisnya yang langsung dihadiahi pelototan tajam dari Purtri.

"Woyy gawat! Gawat! Mati kita," heboh Lena yang baru saja memasuki kelas dan menghampiri yang lainnya. Napas Lena memburu, sepertinya ia baru saja lari. Lari dari kenyataan bahwa dirinya jomblo.

"Masih pagi juga Len, gak heboh juga kali!" ujar Fara dengan nada tak suka.

Aga mengusap pucuk kepala Fara.
"Noh dengerin kesayangannya Aga, contoh dong kesayangannya Aga. Udah cantik, baik, kalem pula. Nikmat tuhan mana lagi yang kau dustakan?" ucap Aga menatap Fara.

Tubuh Fara bereaksi cepat, wajahnya terasa memanas dan ia semakin tak nyaman di posisinya. Tingkat kebaperannya semakin bertambah semakin lama berdekatan dengan Aga.

"Halah, lo semua gak tahu kan? Lo semua kalau tahu juga bakal heboh."

"Ada apaan sih?"

"Jadi gini, pak Andi udah berangkat dan lo tahu? Tugas gue belum selesai. Please contekin gue!" Lena menatap Aga penuh harap, kedua telapak tangannya saling menyatu di depan dadanya.

"Ini tahun berapa sih? Tahun dua ribu tujuh belas udah mau ending, dan Lo masih aja nyontek? Mau dibawa ke mana negara kesatuan republik Indonesia kalau generasi mudanya tukang nyontek," komentar Aga yang tidak ditanggapi oleh siapapun.

"Lo tahu dari mana pak Andi berangkat? Kan di group tadi malem ada yang bilang kalau pak Andi ada acara," tanya Putri penasaran.

"Iya ada acara, acaranya mau ulangan dadakan. Jadi tadi gue sama anak kelas sebelah nongkrong di parkiran guru buat mastiin pak Andi gak berangkat. Asem banget! ternyata berangkat."

Lena dan Putri buru-buru mengeluarkan buku tugas miliknya. Tanpa permisi lagi, Putri mengobrak abrik tas Aga untuk menemukan buku tugas milik Aga.

"Heh! Nyontekan banget sih lo berdua," sinis Aga merampas buku miliknya dari Putri. Bukunya ia amankan segera.

"Ya elah Ga, lo pelit amat sama temen sendiri. Gue cuma kurang no 2 sampai 10 kali Ga. Barang siapa yang ditanya tentang ilmu lalu dia menyembunyikannya, maka kelak ia akan dicambuk dengan cambuk api neraka, saat kiamat kelak, hadist riwayat Abu Dawud. Lo mau dicambuk, huh? Kalau gak mau, sini contekin gue!" Putri berceramah membuat Aga mendesah kesal.

"Iya Ga, gue malah cuma kurang sepuluh nomor."

"Lah, lo berdua ngapain semalem? Tugas seorang belajar!"

"Sorry Ga, bukan bermaksud nyinggung apalagi menghina status lo, cuma gue kan punya pacar, gak sempet lah buka buku kalau chating masuk mulu. Dan gue semalem aja udah belajar, belajar saling mencintai sama doi, kurang apa lagi coba?" alibi Lena yang membuat Aga kesal. Ucapan Lena secara tidak langsung telah menyinggung sisi 'kejombloannya'.

"Udah sini Ga! Udah mau bel, entar gue doain Lo bisa balikan sama Fara, biar kalau malem gak galau-galau amat," paksa Lena.
Ibarat diperkosa, mau tak mau Aga harus mau menyerahkan buku miliknya.

Lena dan Putri dengan kecepatan penuh segera menyalin jawaban Aga. Ia tak mau menjadi bahan bullyan pak Andi yang suka membully muridnya yang tidak mengerjakan tugasnya.

"Fara udah ngerjain tugasnya?" tanya Aga sebagai salah satu trick berjuang kembali untuk mendapatkan hati Fara. Ia harap Perhatian kecil yang ia berikan ke Fara bisa membuka pintu hati Fara untuknya.

"Sudah. Ya walaupun gak yakin kalau betul semua," sahut Fara.
Aga mengusap lengan atas Fara.
"Itu lebih baik Far, lo udah berusaha ngerjain sendiri walaupun hasilnya gak sempurna. Boleh gue bantu koreksi? Biar nilai tugas lo bagus," pinta Aga.

"Boleh, bentar gue ambil buku tugasnya dulu."

Aga mengangguk, ia menatap Fara yang tengah mengobrak-abrik isi tas nya. Satu per satu isi tas Fara keluar dan di letakan di meja. Wajah Fara yang tadi santai berubah menjadi panik.

"Lo kenapa?"

"Eh kayaknya buku tugas gue ketinggalan deh, enggak ada soalnya," sahut Fara.

Aga melirik jam yang sudah menunjukkan pukul tujuh kurang satu menit lagi. Artinya satu menit lagi bel tanda dimulainya pelajaran akan segera berbunyi. Tidak akan cukup waktu jika harus pulang ke rumah Fara untuk mengambil buku yang tertinggal.

"Duh gimana donk?" panik Fara.
Kepanikan Fara bertambah saat bel tanda jam pertama dimulai dan pak Andi sudah sampai di ambang pintu.

Lena melempar buku tugas milik Aga dan mengenai tepat wajah Aga. Helaan napas kasar Aga terdengar. Ia harus bersabar menghadapi teman-teman ceweknya yang benar-benar tidak tahu diri.

"Udah santai aja, ada gue di sini Fara. Semua pasti baik-baik aja," ujar Aga menggenggam tangan Fara yang dingin. Ia benar-benar ketakutan jika sampai pak Andi tahu ia tidak mengumpulkan tugas.

"Aga! Pimpin berdoa," titah pak Andi dengan suara tegas. Dari suara saja seluruh murid XII.IPA.1 sudah bisa mencium aroma mencekam. Aroma horor layaknya kuburan dengan sedapnya bunga Kamboja dan bakaran kemenyan seakaan menyelimuti.

"Siap pak!" sahut Aga mantap.

Sebelum memimpin doa, Aga membenarkan posisinya, duduk tegap menatap ke depan. Tangan kirinya menggenggam erat tangan Fara yang tergeletak di meja.

"Jangan lupa berdoa buat masa depan kita, soal tugas lo gak usah khawatir. Gue udah bilang, ada gue di sini," ucap Aga sebelum memimpin doa.

Semuanya menunduk dengan khidmat saat Aga menginstruksikan untuk memulai berdoa. Tak butuh waktu lama acara berdoa untuk memulai pelajaran selesai.

Pak Andi memulai dengan salam dan di lanjutkan dengan mengabsen satu persatu murid kelas XII.IPA.1.

"Sekarang kumpulkan tugas kalian!" titah pak Andi tak terbantahkan. Satu persatu murid XII.IPA.1 berdiri sembari membawa buku tugasnya. Kepanikan Fara semakin bertambah.

Aga mengeluarkan bolpoin dari tas punggungnya. Ia segera membuka halaman depan buku tugasnya. Tanpa berpikir lagi ia segera mencoret-coret nama Aga dan di ganti dengan Fara.

"Loh Ga, kok di ganti nama gue?" protes Fara yang melihat nama Aga tertutup sempurna oleh coretan dan di ganti nama Fara.

"Biar lo gak dihukum pak Andi."

"Tapi Ga---"

"Semenjak gue kenal lo dan tepatnya kenal cinta, kebahagiaan lo lebih penting menurut gue," ujar Aga memotong ucapan Fara. Aga lantas berdiri dan mengumpulkan buku tugasnya.

Semua murid nampak anteng di bangku mereka masing-masing. Hanya keheningan yang menyelimuti ruang kelas XII.IPA.1 saat pak Andi tengah menghitung jumlah buku.

"Kurang satu lagi! Silahkan berdiri di depan yang merasa tidak mengumpulkan!" seru pak Andi.

Aga merapikan seragamnya, ia segera berdiri dan melangkah ke depan dengan tenang. Tentu saja murid XII.IPA.2 dibuat sedikit terkejut dengan Aga yang maju, itu artinya Aga tidak mengumpulkan tugas. Hal yang sangat jarang dilakukan Aga.
Aga melakukan ini semua untuk Fara, membuktikan bahwa ia lebih dari sekedar serius dengan hubungannya. Menepis keraguan Fara soal Aga yang hanya bercanda tentang kata balikan itu.
Aga tahu, cinta itu tentang bagaimana kita lebih mementingkan kebahagiaannya dari apapun. Kualitas cinta juga bisa dilihat dari besarnya sebuah pengorbanan.

"Aga! Baru pertama kalinya kamu jadi murid pembangkang. Kenapa tidak mengerjakan tugas dari saya? Atau sudah malas sekolah?" hardik pak Andi.

"Sekali lagi maaf pak, saya minta maaf karena lupa mengerjakan tugas yang bapak beri."
Aga menunduk, menatap ujung sepatu hitam yang ia kenakan.

"Lari keliling lapangan upacara sepuluh kali, setelah itu jangan masuk kelas, rangkum bab 1 sampai bab 5. Kumpulkan setelah pelajaran selesai."

"Baik pak."

Sebelum pergi melaksanakan hukumannya, ia menatap Fara yang tengah menatapnya. Tatapan Fara menyimpan perasaan tak enak pada diri Fara.
Aga tersenyum ke arah Fara sebagai isyarat semuanya akan baik-baik saja.

Aga berjalan keluar dari kelasnya, wajah Fara masih saja hidup dalam pikirannya. Fara yang selalu apa adanya, tidak berusaha untuk lebih cantik agar semakin menarik. Tidak merubah penampilannya dari dulu untuk memikat lawan jenisnya. Tapi, Fara berhasil menunjukkan perasaan pada Aga bahwa Aga membutuhkan Fara.

Dan perasaan itulah yang disebut cinta, tentang keteguhan hati yang menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan. Cinta juga yang menyelipkan kebahagiaan dalam kebersamaan, kesedihan diantara perpisahan, dan harapan di hari esok yang akan datang.

**

Tbc
Sampai jumpa hari Kamis :)
♥SitiUmrotun

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro