21. Berakhir
Setelah Rara memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Bintang, gadis itu sama sekali tidak lagi melihat keberadaan Bintang, bahkan beberapa kali sengaja melintas di depan kelasnya pun, Bintang selalu tidak di sana, begitu pun dengan Rafi atau Ryan. Mereka pergi seakan ditelan bumi, tak ada kabar apa pun lagi tentang mereka, terutama tentang Bintang.
Hari itu Rara benar-benar menumpahkan seluruh rasa sakitnya di hadapan Erika, bahkan ia menangis tanpa henti setibanya di rumah. Beruntung ketika sampai sang Mama sedang tidak di rumah, berlari ke kamar dan berbaring di atas tempat tidur sambil memeluk bantal berbentuk bulan sabit yang pernah Bintang berikan sebagai hadiah.
"Apa pun kesalahan Bintang, tetap aja gue nggak bisa bohong sama perasaan sendiri, Ka. Dia terlalu baik selama ini sama gue, walau gue udah buat dia menyerah dan benci sama gue," ucapnya saat itu.
Erika yang memilih duduk di lantai sambil bersandar pada tembok dekat jendela itu pun hanya menatap wajah sendu Rara dengan mata sembab yang terlihat begitu jelas di sana. Sejak tadi, gadis itu terus memperhatikan Rara yang terus menyalahkan dirinya, meski tahu kalau Bintang tidak sepenuhnya salah, tetap saja Rara benci Rara yang begitu terlihat jelas di matanya ketika menatap Bintang.
"Gue yang terlalu bodoh udah tahu Bintang playboy, tetep aja gue suka sama dia," lanjutnya.
Ingin sekali Erika tertawa ketika Rara terus mengatakan kalau Bintang playboy, padahal sudah berkali-kali diingatkan oleh Erika, nyatanya gadis itu memilih menjalin kasih dengan akhir yang begitu mengejutkan seperti saat ini.
"Gue, kan, udah bilang sebelum hari ini, Ra."
"Iya, mana gue tahu, Ka. Kalau ujungnya gue beneran sesayang itu sama manusia aneh kayak Bintang."
Rara juga tidak sepenuhnya salah tentang bagaimana perasaannya pada Bintang, tetapi gadis itu terlalu gengsi untuk mengungkapkan rasa suka itu sejak pertama kali mereka tak sengaja bertemu di tempat parkir ketika awal masuk menjadi siswa baru.
Kenangan itu mana bisa Erika lupa, jikalau Rara yang melupakannya pun, mungkin akan Erika ingatkan kembali, walau Rara terlihat tomboi, gadis itu tetaplah gadis manja yang juga ingin di manja oleh orang yang memang menyayanginya tanpa ragu. Dan setelah dapat, justru perasaannya dihancurkan begitu saja.
Setiap kali Erika melihat Bintang, ingin sekali Rara berteriak pada lelaki yang sudah membuat temannya kagum dan senyum-senyum sendiri tanpa kejelasan. Padahal, Erika tahu, kalau gadis itu habis melihat Bintang meski tidak dihiraukan, Rara berusaha menahan perasaannya demi menutupi rasa cemburu yang cukup besar pada Bintang yang memiliki banyak mantan.
Entah mengapa, ketika Erika tahu kalau Rara meresmikan hubungannya dengan Bintang, perasaan Erika seakan menolak dengan keras. Seperti ada tembok besar yang menyapanya dengan mendadak.
Kali ini Erika melihat semua itu dengan jelas, apalagi saat keduanya saling menatap satu sama lain. Erika benar-benar merasa paling bersalah saat tatapan sendu Bintang tertuju pada Rara yang sebenarnya juga sama terluka. Bahu yang bergetar tanpa sadar membuat Erika terdiam menyimak semua perkataan yang keluar dari mulut keduanya.
"Lo licik, Ra."
Erika hanya bisa menggeleng ketika mengingat kembali ucapan Bintang yang penuh dengan rasa kecewa. Bahkan, dari jauh Erika bisa melinat Rafi dan Ryan, dua orang yang turut membantu lelaki itu. Namun, dalam sekejap, usahanya menjadi sia-sia, ketika Rara diam-diam menyewa orang yang cukup profesional untuk menggagalkan usaha Bintang. Dia bahkan rela mengeluarkan uang dalam jumlah besar dengan sebagian tabungan yang dimilikinya, Rara melakukan semuanya sendiri, sementara Erika hanya bisa membantu menemani.
"Ra, kalau lo mikirin Bintang, kapan lo mau move on?"
"Gue nggak tahu, karena sekarang isi kepala gue masih mikirin semua hal tentang Bintang. Tapi, sejak dia berbalik, jangankan noleh, dia juga nggak bilang apa-apa selain bilang gue jahat."
"Emang lo jahat, kenapa baru sadar sekarang?"
"Gue benci dia, karena dia bohong sama gue. Di lain sisi, apa yang gue lakuin itu karena gue nggak mau jadi cewek yang gampang dimanfaatin."
Erita mengangguk, ia tahu kalau apa yang Rara lakukan memang tidak sepenuhnya salah, tetapi menyakiti perasaan orang lain dengan cara curang juga termasuk hal yang kurang baik, biar bagaimana pun, Bintang juga sama, lelaki itu menjadi korban atas keserakahan ayahnya sendiri.
Obrolan saat itu sedikit menggantung, dan kali ini Erika hanya bisa menemani Rara duduk di salah satu kursi yang ada di kantin, sambil menikmati makanan dan juga minuman yang telah dipesannya beberapa menit lalu.
"Hati Lo udah aman, kan?" tanya Erika hati-hati.
Sejak mereka tiba di sekolah pagi tadi, hingga saat jam istirahat berbunyi, Rara lebih banyak diam dari pada sebelum putus dengan Bintang, berkali-kali Erika mencoba menghibur atau mengajak ngobrol pun, Rara tidak banyak merespon, gadis itu lebih sering melamun. Sedikit khawatir, tetapi Erika tidak bisa melakukan banyak hal, karena memang kejadiannya terlalu cepat.
Menghela napas panjang, sebelum kedua matanya membelalak sambil menepuk-nepuk lengan Rara.
"Ra, lihat di sana."
"Apa?"
"Lihat, dulu!"
Rara yang duduk bersebrangan dengan Erika pun akhirnya menoleh ke arah belakang, menatap lurus ke arah Bintang yang berjalan memasuki area kantin dengan Rafi dan satu orang lain yang berjalan tepat di belakangnya.
"Hasan?" gumam Rara pelan saat tahu siapa yang berjalan di belakang Bintang dan Rafi.
"Ra! Lo lagi nggak mikirin sesuatu, kan?" tegur Erika ketika sadar kalau Rara tiba-tiba melamun saat Bintang dan teman-temannya berhasil melewati mereka berdua tanpa menoleh sedikit pun.
"Muka Hasan kenapa babak belur begitu?" tanya Rara tiba-tiba.
"Gue tahu itu bukan hal yang mau Lo tanya, kan, Ra?"
Seketika Rara menoleh lalu menatap lekat ke arah Erika yang sudah menatapnya dengan serius. "Apa?"
"Pertanyaan lo itu bukan ke Hasan."
"Jujur, gue masih susah buat lupain Bintang. Apalagi, gue baru ketemu dia setelah kejadian waktu itu, perasaan gue nggak karuan, Ka."
"Gue tahu, tapi apa yang lo perbuat, harus lo tanggung sendiri. Sikap Bintang yang tiba-tiba berubah dingin dan cuek ke lo, bukan tanpa alasan."
"Tapi, gue nggak tahan."
"Ra. Apa pun yang Lo rasain sekarang, pasti Bintang juga sama. Terlalu cinta itu sesuatu hal yang paling berat buat melupakannya. Kayak kisah legendaris candi Prambanan, sesayang apa pun Bandung Bondowoso, dia juga merelakan cintanya hanya untuk memenuhi syarat. Sekarang, lo sendiri yang ngalamin," ucap Erika panjang.
Semua yang Erika bilang terasa menyedihkan, bahkan Bintang rela putus meski masih begitu sayang. Sesaat Rara melamun, saat tiba-tiba saja sebuah flashdisk di sodorkan di hadapannya.
"Gue emang telat, tapi bukan berarti gue pecundang. Dan satu lagi, bukan berarti gue mau balik sama o. Kita udah berakhir, bahkan lo sendiri yang minta putus dari gue."
Rara hanya bisa menatap wajah Bintang tanpa berkedip, saat lelaki itu mengatakan panjang lebar, setelahnya berlalu begitu saja tanpa mengatakan apa pun lagi. Yang Rara sesalkan saat ia menatap wajah dingin itu, ada rasa kecewa yang amat besar juga rasa sakit yang begitu dalam. Walau Bintang tidak mengatakannya, Rara mampu merasakan itu semua, tetapi apa yang bisa ia lakukan, semuanya telah berakhir, Bintang pun pergi untuk dalam hidup Rara untuk selamanya. Sebesar apa pun rasa sayangnya, semua sirna dengan sekejap karena sebuah kesalahan.
Tak semua orang mengerti tentang hati dan masalah seseorang, karena mereka tidak mengalaminya sendiri. Apa pun yang terjadi, tetaplah tenang, selesaikan dengan kepala dingin dan jangan terlalu terburu-buru untuk mengambil keputusan, itulah yang selalu Hasan katakan pada Bintang setelah semuanya yang Bintang alami, Hasan justru datang untuk memeluknya.
"Kita tetap saudara, apa pun keadaannya. Semua yang berakhir, biarkan aja, karena lo, gue jadi tahu satu hal tentang rasa nyaman dan tempat kembali yang tepat."
Bagi Bintang yang terpenting saat ini adalah menjadi orang yang jauh lebih baik dan bertanggung jawab, ia ingin membuat perubahan dan suasana baru. Karena yang ia punya saat ini adalah Hasan, orang yang berdiri di belakangnya tanpa ia minta, begitu juga dengan Rafi. Bintang tetap ada, meski statuas sebagai lelaki yang memiliki mantan sebanyak candi.
🍂🍂
Hallo, terima kasih telah berkunjung, terima kasih juga karena selalu menemani mereka sampai akhir. Karena kisah mereka sudah berakhir, izinkan aku mengucapkan banyak terima kasih untuk yang terakhir kali , semoga kita bisa bertemu lagi di kisah yang lain, ya. 🥰🥰
Salam manis Bintang 😘😘
Publish, 24 April 2023
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro