Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

12. Rumor

Ada banyak kasus mengenai kenakalan remaja, tetapi bukan berarti akan terjadi juga pada Bintang dan Rara. Rumor yang beredar memang bukan sekali yang Bintang dengar, mengenai putusnya dengan Nadia pun, itu bukan rahasia umum untuk disembunyikan. Padahal, sudah pernah membuat klarifikasi mengenai hubungan yang telah berakhir itu. Kini, ada lagi rumor yang mengatakan kalau Bintang memiliki pacar selain Rara.

"Jelasin itu siapa?"

Sudah hampir tiga puluh menit mereka duduk berdua di kantin, beruntung Rara sedang tidak ada guru di kelanya, mengingat kelasnya yang selalu kosong ketika di jam terakhir. Rara memilih menemui Bintang saat lelaki itu mengirimi pesan singkat padanya beberapa menit lalu. Meski Erika telah memperingatinya, tetapi Rara tetap akan datang meski tak terlalu penting untuk didengar nantinya.

"Nggak ada guru, kah?"

Bintang menggeleng, meski sedikit khawatir jika ada guru piket yang berkeliling nantinya.

"Ada apa? Mau jelasin tentang rumor itu?"

Bintang kembali menatap ke arah Rara yang, terus menatap ke arahnya. Memastikan kalau di kantin hanya ada penjual, Bintang pun akhirnya mulai buka suara.

"Rumor itu nggak bener, gue juga nggak kenal siapa cewek yang digosipkan itu," ucap Bintang.

Rara mengangguk, membenarkan apa yang yang dikatakan oleh Bintang. Meski baru mengenal Bintang, setidaknya ada beberapa hal yang membuat Rara percaya tentang fakta kalau ucapan Bintang tidak sepenuhnya benar. Bahkan, lelaki itu berani memberikan ponselnya untuk diperiksa pada Rara. Tak ada rasa ragu sedikit pun, bila Rara bertanya tentang siapa saja teman chatingnya selama mereka tak bersama. Saat ini pun sama, Bintang menyerahkan ponselnya, walau Rara tak memintanya.

"Nggak perlu diperiksa, karena gue tahu, meski lo udah kasih izin, namanya privasi itu tetap hak si pemilik."

"Terserah lo mau ngomong apa, yang jelas jangan dengarkan mereka."

Rara tersenyum, meski tahu perasaan Bintang yang saat ini sedang gelisah, matanya yang terus melirik sekeliling menandakan kalau lelaki itu sedang ada masalah di luar sana.

"Kenapa?" tanya Rara, sambil mengulurkan sebelah tangannya untuk mengusap punggung tangan Bintang.

"Pulang sekolah nanti, bisa kita jalan berdua? Sebelum itu, gue antar lo pulang dulu, minta izin sama orang tua lo biar nggak khawatir kalau kita pulang telat, gimana?"

"Gue setuju, tapi kasih tahu gue dulu, kenapa lo nggak masuk kelas?"

Bintang memalingkan wajahnya, lalu menunduk kemudian kembali menatap wajah Rara yang masih sama, tersenyum menatapnya. Gadis itu sama sekali tidak keberatan untuk terus mengusap punggung tangan Bintang.

"Gue udah kelas 12, kegiatan belajar itu jadi sedikit berkurang, selebihnya ujian praktik, sambil tunggu ujian akhir, sekarang gue agak senggang, udah gue jawab."

Hela napas lega yang Rara perlihatnya membuat  Bintang ikut tersenyum, bukan senyum lebar yang selalu lelaki itu perlihatkan, senyumnya berbeda, tentu saja membuat Rara semakin cemas saat Bintang sesekali menunduk.

"Kenapa?" tanyanya lagi.

"Nggak ada, gue cuma takut lo balikan sama si Reza, itu."

Mendengar Bintang mengatakan itu, Rara tertawa begitu juga dengan genggamnya yang sempat mengusap punggung tangan Bintang beberapa menit lalu.

"Lo percaya omongan dia?"

Seketika Bintang mengangguk, hal itu membuat Rara terkejut, karena belum pernah melihat kegelisahan di wajah Bintang selama ia mengenal lelaki itu.

"Ini beneran Bintang? Lucu, ya, playboy kayak lo begini takut sama orang kayak Reza, dia cuma mantan, nggak beda jauh sama lo, kan?"

"Ih, bukan itu maksud  gue."

"Terus apa? Mau bilang Lo lebih unggul dari Reza ? Kan, nggak mungkin."

Bintang tidak merasa senang sebenarnya, mengingat ia juga harus cepat kembali ke kelas karena ada janji dengan Rafi untuk mengerjakan tugas di perpus. Ia pun kembali menatap Rara lekat-lekat, sebelum akhirnya berpamitan untuk pergi lebih dulu.

"Nanti tunggu gue di parkiran, maaf dan makasih, sekarang gue tinggal dulu, nggak apa-apa, kan?"

Rara tidak menyahut, gadis itu hanya memberi anggukan, saat Bintang pergi. Melihat dari balik punggung tegap itu, membuat Rara semakin penasaran tentang sosok yang membuatnya harus kehilangan sosok ayah apalgi, Rara begitu menyayangi pria yang selalu ia rindukan setiap kali pulang dari luar kota untuk pekerjaan.

"Pa, Rara janji, Rara akan menemukan siapa yang udah buat Papa pergi selamanya."

Diamnya Rara membuat salah satu penjual yang ada di kantin akhirnya mendekat, saat melihat Rara yang duduk seorang diri setelah kepergian Bintang beberapa menit lalu. Meski sedikit ragu, salah satu penjual kantin itu pun mengulurkan tangannya untuk menyentuh bahu Rara, sampai gadis itu sedikit tersentak karena kaget di belakangnya sudah ada orang yang tersenyum padanya.

"Ada apa, Nak? Ibu perhatikan, kamu sedih sekali sepertinya?"

Rara menunduk, tak terkecuali dengan jemarinya yang saling bertauti di atas pahanya. Menatap ke bawah untuk beberapa detik, setelahnya kembali mengangkat kepalanya lalu menggeleng.

"Enggak ada apa-apa, kok, Bu. Saya cuma kangen sama Papa saya saja."

Kebetulan penjual kantin itu seorang wanita paruh baya yang sudah cukup lama bekerja di sana, bahkan tak jarang Rara memberikan sedikit uang yang ia miliki untuk membantu penjual itu  tak heran bila ibu penjual kantin begitu mengenal Rara saat gadis itu tengah bersedih.

"Ibu ada di sini jauh sebelum kamu masuk ke sekolah ini, ibu hanya mengenal beberapa siswa yang memang sering datang ke mari, termasuk kamu, Nak. Jadi, kalau kamu sedih, apa Ibu tidak boleh menemanimu di sini?"

Rara tersenyum, Ibu kantin itu selalu benar untuk menilai dirinya yang memang beberapa Minggu lalu datang di jam yang sama sambil menangis.

"Ibu, malu ah. Waktu itu, kan, aku ke sini karena lagi malas di kelas," ucapnya.

Ibu kantin yang melihat  raut wajah Rara hanya tersenyum, kemudian memilih duduk di sisi kanan Rara setelah gadis itu mengizinkannya.

"Kalau memang malas di kelas, kenapa matanya sampai sembab?"

"Itu karena kelilipan, Bu."

"Ya sudah, kalau hari ini alasannya karena malas lagi, Ibu tinggal sebentar, sepertinya ada yang bolos lagi, tuh," ucap Ibu kantin sambil menunjuk ke arah kios tempatnya berjualan.

Rara mengangguk saat Ibu kantin itu berpamitan, tak berselang lama, bel pulang pun berbunyi, mengingat tas sekolahnya masih ada di dalam kelas, Rara pun memutuskan untuk pergi dari kantin. Namun, belum juga benar-benar meninggalkan kantin, lengannya tiba-tiba saja ditarik oleh salah seorang siswi yang tidak Rara kenal.

Tatapan siswi itu seakan ingin menuntut penjelasan pada Rara, apalagi mendengar rumor yang beredar sejak pagi tadi. Tetapi, Rara tidak terlalu memikirkannya karena ia sudah mendapat  penjelasan langsung dari Bintang, sebelum lelaki itu pergi.

"Kamu Rara, kan? Anak kelas 11 yang jago cari perhatian cowok di sekolah ini."

Kedua mata Rara menyipit, begitu pun dengan alisnya yang saling bertaut karena bingung dengan apa yang dikatakan siswi yang cukup cantik bila dilihat dengan saksama.

"Ingat, ya. Kalau kamu memang nggak mau cari masalah di sini, tolong jauh-jauh dari Reza."

"Reza?" tanya Rara.

"Nggak usah sok polos, di sini nama Reza cuma satu," balasnya ketus.

Rara terkekeh, kemudian melepaskan paksa tangannya dari siswi yang terus menatap tajam ke arahnya.

"Meski ada seribu Reza, gue nggak peduli. Reza itu mantan gue, lo mau ambil? Ambil aja, lagian dia bukan siapa-siapa lagi buat gue."

"Alah, bulshit!"

"Heh, Mbak. Telinga itu dipakai untuk mendengarkan, mata itu dipakai untuk melihat, jangan ambil kesimpulan sendiri, paham?"

"Lo-"

Rara hanya diam sambil menatap ke arah siswi dengan name tag Maila itu pun akhirnya kesal dan memilih pergi dengan sendiri.

"Dasar gila, udah ngotot, marah-marah lagi, nggak jelas."

Rara kembali menggeleng kemudian melanjutkan langkahnya sampai akhirnya ia bertemu dengan Erika di lorong depan kelas sebelas Bahasa.

"Punya lo, Ra."

Rara mengambilnya, setelah mengucapkan terima kasih pada Erika, meski begitu pikirannya masih tetap pada ucapan  Reza yang tiba-tiba saja kembali melintas.

"Stop, Ra. Belum tentu apa yang dibilang Reza itu benar."

🍂🍂

Hallo, terima kasih sudah berkunjung, jangan lupa tinggalkan jejak ya, salam manis Bintang.

Publish, 15 April 2023

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro