Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

02. Karena Abang Cendol

Harusnya hari ini Bintang duduk dengan tenang di kursi kebesarannya, menikmati lantun musik jazz yang begitu nyaman di telinga. Nyatanya, kenikmatan itu buyar ketika ia melihat seorang gadis yang belum lama ia temui beberapa waktu lalu.

Meski kemarin sudah berhasil ia lewati dengan suka cita di rumah Rafi, tapi tidak dengan siang ini, tepat di jam istirahat yang hampir berakhir kesabarannya benar-benar diuji oleh salah satu adik kelas yang beberapa hari lalu berhasil mengajaknya battle di lapangan dengan cuaca yang begitu menyengat.

"Gimana Bang? Udah siap belum?" ucap Hasan, anak kemarin sore yang kini berdiri sambil membusungkan dada di depan Bintang.

"Cih! Anak kecil baru kemarin masuk ke sini, udah belagak kayak jawara," balas Bintang sambil tersenyum dengan sebelah alis yang terangkat tentunya.

Ciri khas yang menonjol dari sosok Bintang selain memiliki tinggi yang sempurna, lelaki itu juga memiliki bola mata yang cukup indah dengan dibalut bulu mata yang tak begitu lentik, namun elegan bila dipandang.

Kibas tangan yang Hasan perlihatkan, nyatanya tidak membuat Bintang menyerah apalagi dengan statusnya sebagai kakak tingkat yang memiliki kuasa di bidang ekstrakulikuler pecinta alam.

Bintang bukan sosok yang mudah menyerah, walau lawannya mungkin jauh lebih tanggyh daripada dirinya. Seperti yang selalu Rafi lontarkan ketika mereka berjalan beriringan ketika melewati koridor sekolah sebelum masuk ke kelas.

"Abang boleh menang kemarin, tapi sekarang, gue tantang Abang duel, one by one,  gimana?"

Bintang tidak terkejut, justru ia sangat menantikan pertarungannya yang cukup sengit. Entah bagaimana cara menjelaskannya, karena saat ini yang menjadi taruhannya adalah seorang gadis yang cukup unik belakangan telah menghantui isi kepalanya.

"Yakin?" tanya Bintang' akhirnya.

Hasan mengangguk, kemudian mengulurkan tangan meminta kesepakatan pada Bintang untuk tidak melarikan diri seperti dua pekan lalu.

Lucu sekali, padahal bukan Bintang yang berbuat kesalahan, tapi Bintang yang menanggung akibatnya karena ulah Hasan dan teman-temannya yang telah merusak fasilitas sekolah yang cukup lumayan harganya.

"Iya, gue yakin. Kalalau gue menang, tolong izinin gue dan teman-teman gue masuk ke organisasi yang lo pegang," ucap Hasan.

Tentu bukan hal mudah bagi Bintang menerima anggota baru dalam organisasinya, karena ia sendiri saja terkadang lupa jika ada jadwal pertemuan dengan anggotanya.

Sejenak Bintang terdiam, memberikan ruang untuk berpikir akhirnya dia pun kembali menatap Hasan yang masih berdiri di hadapannya.

"Kalau kalah?"

"Gue bakal tembak cewek yang lagi  duduk di sana, di depan semua orang, gimana?" 

Mendengar ke sepakatan Hasan, membuat Bintang tertarik, karena saat ini, ia memang sedang mengincar gadis yang tengah menikmati es krim yang ada di genggamnya. Melihat ke sudut lapangan yang terdapat beberapa pepohonan hijau juga bunga-bunga yang tumbuh di sekelilingnya.

"Deal! Pulang sekolah, di sini."

Hasan mengangguk, setelahnya mereka pun berpisah, karena bel masuk telah berbunyi sejak dua menit lalu.

Langkah kaki yang beriringan itu membuat beberapa pasang mata menatap ke arah Rafi dan Bintang. Melihat kedua sosok yang cukup berpengaruh itu nyatanya tidak ada apa-qpanya bagi seorang gadis yang tengah menguyah permen karet dengan begitu cuek.

Meski banyak yang bilang, Bintang sosok playboy fengan banyak mantan, bahkan saat ini, kabarnya lelaki itu tengah menjalin asmara dengan salah seorang gadis dari sekolah lain. Terkait bagaimana Bintang melakukannya dengan mudah, justru tidak dengan Rafi yang malas mendengar keluh teman baiknya itu.

Bukan hanya sekali, jika dihitung pun mungkin sudah hampir delapan puluh persen isinya hanya tentang sistem jadian lalu putus dalam waktu singkat. Walau sudah diperingatkan berkali-kali, nampaknya Bintang memang tengah mencari sesuatu yang belum ia dapatkan dalam beberapa bulan terakhir dengan rekor yang cukup mengejutkan.

"Bi...,"

Belum sempat Rafi berbicara, terdengar suara rintih yang membuat kedua matanya membulat dengan lebar.

"Maaf, Kak."

"Kotor baju gue, punya mata nggak lo?"

Nada bicara yang terdengar meninggi itu membuat beberapa pasang mata yang masih setia di depan kelas mereka masing-masing ikut terkejut. Bukan hanya itu, bahkan gadis yang tengah menikmati jam kosongnya pun itu menatap sinis ke arah  Bintang.

"Cuma kotor, belum sobek, kan?" ucap gadis itu tanpa berpaling sedikit pun dari tatapan tajam Bintang yang masih berdiri di tempatnya.

Gadis itu juga telah membantu salah seorang siswi yang tadi sempat terjatuh karena tabrakan yang tidak di sengaja.

Walau sedikit kesal, tetap saja, raut wajah ayu sang pemilik bola mata yang sedikit kecokelatan itu terlihat begitu tenang ketika berhadapan dengan Bintang.

Sebaliknya, Bintang yang di landa amarah yang mulai memuncak itu hampir saja membuat keributan hanya karena seragam sekolah yang ia kenakan kotor akibat tersiram es cendol yang entah dari mana di dapatnya.

Bintang memang bukan lelaki yang mudah melampiaskan apa pun pada  seorang perempuan, ia juga sudah bersumpah pada Bunda saat wanita cantik itu masih ada di sisinya.

"Bi janji, kalau sudah besar nanti, Bi  akan menjaga Bunda, tidak akan membuat Bunda bersedih."

Ingatan itu justru sangat melekat di benaknya, walaupun dirinya terlihat suka berganti pasangan, nyatanya belum ada satu pun yang ia sentuh selain berpegangan tangan atau hanya makan bersama.

Bintang hanya ingin satu wanita yang mampu membuatnya nyaman, nyatanya hingga usianya sekarang saja, sudah hampir sembilan puluh mantan yang menjadi koleksi karena bosan.

Ia tidak peduli akan bisik orang-orang di sekitarnya, bahkan ia juga tidak peduli tentang perselingkuhan yang dilakukan ayahnya. Bagi Bintang, hidup tentram bukan hanya sekadar kata, melainkan tindakan yang nantinya akan dipertanggung jawabkan.

Kini, apa yang ia pikirkan berhari-hari telah sampai pada waktu yang mungkin masih belum tepat. Di hadapan beberapa siswa yang masih berada di sana terus menatap ke arahnya. Seakan Bintang telah melakukan hal fatal.

"Kenapa diem? Nggak punya mulut? Gagu, ya?" Celetuk gadis yang masih berdiri di depannya.

Ia sedang malas meladeni hal sepele yang sebenarnya sudah sangat jengkel, terlebih dengan seragamnya yang benar-benar bernoda, walau sudah dibersihkan dengan air yang diberikan Rafi.

Bintang menunduk beberapa saat, sebelum akhirnya kembali menatap gadis yang masih berdiri tegap sambil menatap ke lekat ke arahnya.

"Kita belum selesai."

Mendengar ancaman Bintang, gadis itu sama sekali tidak bergeming, membalikkan tubuh saja enggan. Walau Bintang melewatinya dengan cepat.

"Apa-apaan dia itu, seenak hati mengancam makhluk malang ini." gerutunnya dalam hati.

Tidak pernah ada yang membayangkan sedikitpun tentang apa yang ada dalam benak manusia, bahkan saat tatapan keduanya beradu saja, tak ada yang berani mendekat, kalau saja bukan karena Pak Riko yang tiba-tiba muncul, pasti Bintang sudah membuat perhitungan.

Menggerutu sambil melepaskan seragam sekolahnya, membuat Rafi yang berdiri di belakangnya justru terkekeh. Apalagi saat ia memberikan air mineral pada Bintang,  hal unik yang pertama kali dilihatnya adalah kekesalan dengan wajah memerah.

"Diem!"

Rafi tidak semudah itu untuk melakukan apa yang seharusnya dinikmati, nyatanya, tingkah Bintang berhasil membuat perutnya sakit.

"Karena Abang cendol, muka lo di tekut begini, malu Bi."

Bintang menoleh, sambil mengancingkan seragam yang sudah ia ganti dengan yang baru. Berdiri di depan loker nyatanya tidak membuatnya usai menggerutu.

"Bukan soal Abangnya, tapi manusianya."

Sementara Rafi hanya mengangguk, entah bagaimana kisahnya nanti, yang pasti hanya Bintang yang mampu menyelesaikannya.

🍂🍂

Hola, kembali lagi sama Bang Bi, terima kasih sudah berkunjung  salam manis Bintang

Publish, 5 April 2023

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro