Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 66 - Skripsi Duluan -

Setelah selesai kuliah, aku langsung pergi ke ruangan Pak Aryo sesuai dengan pesan yang beliau kirimkan. Saat datang, aku langsung masuk dan ternyata beliau sudah ada di dalam ruangannya. Sepertinya beliau menungguku hingga sore hari seperti ini.

Pak Aryo yang melihatku datang langsung menyuruhku untuk duduk. "Eh, udah datang. Ayo, duduk sini," suruh Pak Aryo yang langsung kulakukan.

Aku sedikit heran karena beliau terlihat begitu bahagia. Namun, tentu aku tidak menanyakan alasan beliau seperti itu. Aku menunggu Pak Aryo membuka suaranya lagi karena kini beliau tengah sibuk menyusun beberapa buku di atas meja.

"Gimana kuliah kamu?"

"Alhamdulillah, baik, Pak."

Pak Aryo mengangguk paham. "Ada yang ngulang nggak?"

"Nggak ada, Pak."

"Syukurlah. Hm, Bapak nyuruh kamu ke sini karena Bapak mau kamu buat skripsi duluan."

Dahiku mengerut karena bingung dengan ucapan yang dikeluarkan oleh Pak Aryo. "Skripsi duluan?"

"Iya, di semester depan sudah ada pembagian dosen pembimbing skripsi. Jadi, kalau kamu sudah mulai garapnya dari sekarang, kamu bisa ajuin skripsi itu semester depan."

Aku terdiam sesaat untuk mencerna apa yang Pak Aryo sampaikan. "Kalau saran Bapak sih, mending kamu bikin skripsi yang sebelumnya sudah dibuat sama kakak tingkat kamu. Jadi, skripsi yang kamu buat nanti sebagai versi lebih baik dari skripsi yang sebelumnya," lanjut Pak Aryo yang tak mampu kusela.

"Kamu mampunya dimana? Coba deh kamu baca buku ini, terus kamu pahami. Yang mana yang kamu suka, nanti ketemu Bapak lagi biar kita bahas."

Pak Aryo menyerahkan tiga buah buku ke hadapanku. Aku mengambil ke tiga buku tersebut dan Pak Aryo mengeluarkan suaranya lagi.

"Di baca ya. Kan masih ada dua minggu lagi nih, kalau bisa kamu sudah mulai bikin skripsi bayangan."

"Bayangan?"

"Iya, kamu bikin skripsi yang datanya itu data fiktif."

Aku mengangguk paham dan Pak Aryo kemudian mengeluarkan suaranya lagi. "Itu aja kok yang mau Bapak sampaikan."

"Baik, Pak. Makasih, ini saya pinjam dulu ya bukunya."

"Iya, silakan."

Aku bergegas keluar dari ruangan Pak Aryo dan pulang ke rumah. Sebenarnya badanku amat letih. Namun, aku harus tetap bergerak apalagi ada dosen yang mau membantuku untuk cepat lulus kuliah.

Memang benar bahwa semester ini sisa dua minggu lagi dan tak terasa bulan depan sudah mulai masuk semester baru yaitu semester enam. Aku sedikit gugup saat memikirkan jika harus membuat skripsi. Tapi, untungnya ada Pak Aryo yang mau membantuku.

Malam harinya, aku mulai membaca satu persatu buku yang Pak Aryo pinjamkan. Hampir semua materi yang ada di buku-buku tersebut sudah pernah kupelajari. Namun, ada satu materi yang menarik bagiku yaitu tentang Kualitas produk.

Aku mulai mencari materi tentang kualitas produk di internet dan kudapati beberapa jurnal yang menarik. Aku langsung mencetak beberapa jurnal tersebut untuk kukonsultasikan dengan Pak Aryo nanti.

Saat tengah asyik membaca jurnal yang baru saja kucetak. Tiba-tiba saja ponselku berbunyi dan ternyata Rai meneleponku. Aku segera mengangkat panggilan tersebut agar pacarku itu tidak mengambek.

"Iya, halo."

"Halo, lagi ngapain?"

"Lagi baca jurnal nih."

Aku dan Rai kemudian asik berbincang. Aku juga bercerita tentang Pak Aryo yang mau membantuku untuk mengerjakan skripsi.

"Kamu yakin? Pak Aryo nggak ada niatan aneh sama kamu?" tanya Rai tiba-tiba.

"Rai, nggak boleh ngomong gitu."

"Ya kan selama ini kamu udah berapa kali digangguin sama dosen gitu."

Aku terdiam sesaat mencerna ucapan pacarku itu. Memang benar beberapa dosen pernah bersikap tak pantas padaku. Namun, Pak Aryo berbeda.

"Ya udah, kalau gitu temenin aku konsultasi."

"Iya, nanti aku temenin."

Beberapa hari kemudian, aku kembali mendatangi Pak Aryo untuk berkonsultasi. Kali ini Rai ikut menemaniku seperti janjinya dulu. Pacarku itu hanya menunggu di luar ruang Pak Aryo sembari bermain ponselku dan aku langsung masuk ke dalam ruangan tersebut.

Seperti biasanya, Pak Aryo langsung menyuruhku untuk duduk. "Silakan duduk, Dee."

Aku langsung duduk dan mengambil beberapa buku yang dulu pernah aku pinjam pada beliau. "Ini, Pak. Buku Bapak yang pernah saya pinjam."

Aku mendorong tiga buah buku tersebut ke hadapan Pak Aryo dan beliau langsung menerimanya dengan senang hati. "Jadi gimana? Sudah ada materi yang kamu sukai?"

Aku mengangguk pelan. "Sudah, Pak. Saya tertarik dengan Kualitas produk, Pak. Tapi, saya lihat untuk analisisnya menggunakan dua metode ya, Pak."

Pak Aryo terlihat membuka buku di hadapannya. "Iya, bener. Nih, kamu sudah baca kan yang bab ini. Di sini di jelasin gimana cara analisisnya."

"Iya, Pak. Saya juga sudah mencetak beberapa jurnal mengenai hal itu," jelasku sembari menyodorkan tiga jurnal ke hadapan Pak Aryo.

Pak Aryo mengambil jurnal itu dan membacanya satu persatu. Setelah semua sudah beliau baca, jurnal itu dia kembali taruh di atas meja.

"Setau Bapak, ada salah satu Kakak tingkat kamu yang ngambil tema serupa. Coba deh kamu cari di perpustakaan fakultas."

Aku kembali mengangguk paham mendengar ucapan dari Pak Aryo. Memang selama aku melakukan konsultasi dengan beliau, aku lebih banyak diam dan mendengarkan apa yang beliau sampaikan.

"Nah, kalau kamu tertarik sama tema tersebut. Coba deh kamu bikin bab satu sampai tiganya."

Aku terkejut kaget karena mendengar perintah dari Pak Aryo. "Bab satu sampai tiga gampang kok, tinggal cari di google pasti dapat," jelas Pak Aryo yang langsung kubalas dengan anggukan.

"Bapak kasih waktu tiga hari ya, coba bikin ya. Kalau bingung kamu bisa tanya ke saya lewat whatsapp ya."

"Baik, Pak."

"Ya sudah, itu dulu yang kita bahas hari ini. Ketemu tiga hari lagi ya."

"Baik, Pak. Permisi."

Dengan cepat aku keluar dari ruangan Pak Aryo dan duduk tepat di samping Rai, pacarku itu langsung menoleh ke arahku ketika merasa aku sudah selesai berkonsultasi. "Gimana? Udah?"

Aku mengangguk pelan. Namun, mataku tengah kupejamkan. "Udah, tapi sekarang malah nambah kerjaan baru," jelasku dengan kepala yang cukup berat.

"Ya udah sih, nggak usah dulu dipikirin."

"Tapi, Rai ... ."

"Dee, daripada kamu pusing terus jadi penyakit. Mending kamu lepasin deh sekarang , nanti skripsiannya bareng aku."

Aku mendekatkan diriku ke badan Rai dan mengaitkan tangan kami berdua. "Nggak mau, sayang tau. Lumayan banget kan kalau dibantuin."

"Ya terserah kamu lah," ucap Rai dengan wajah kesal.

"Ih, kok gitu. Bukannya ngedukung aku."

"Aku dukung kalau bermanfaat, tapi kalau bikin kamu sakit, ya enggak."

"Nggak kok, aku janji nggak bakal sakit."

Rai hanya melirikku sekilas, lalu matanya kembali fokus melihat layar ponselku. Entah apa yang pacarku itu tengah lakukan. Aku juga tidak terlalu peduli karena tidak ada yang kusembunyikan lagi pada pacarku itu.

"Ya udah, yuk, balik," ajakku sembari berdiri.

Rai ikut berdiri dan kami langsung pergi pulang. Aku mengantar pacarku itu ke kosnya dan setelahnya aku langsung pulang ke rumah karena aku harus memulai untuk menggarap skripsi bayanganku.

***

Yeay, udahh bab 66

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro