Bab 55 - Liburan -
Panas tubuh Rai tak kunjung turun saat pacarku itu tidur di pangkuanku. Aku bingung harus melakukan apa, sehingga akhirnya aku menyuruh Deon untuk mencari tempat penjual obat dan ketika pacar Dira itu melihat posisi kami berdua, dia terkejut bukan main.
"Lah, ngapain kalian pangku-pangkuan," ucap Deon dengan wajah terkejut.
Bola mataku menatap ke atas dan aku mengulas senyum kesalku padanya. "Udah sih, nggak usah ngebacot," tegurku pelan agar tidak mengganggu orang lain yang ada di warung tersebut.
"Iya, iya," jawab Deon mengalah dan pria itu bergegas pergi mencari obat yang aku maksud.
Cukup lama aku menunggu Deon kembali, kuusap terus kepala Rai dan berharap panas tubuhnya segera turun.
Kulihat wajahnya memucat dan tidurnya tidak nyenyak, "Rai," panggilku pelan setelah Deon terlihat berjalan ke arah kami.
Rai mengeliat pelan. Namun, harus tetap kubangunkan. "Rai, bangun yuk, makan obat dulu," ajakku yang langsung membuat pacarku itu membuka matanya perlahan.
Aku membantu dia untuk bangun dan ketika Deon sampai, pria itu langsung menyodorkanku obat penurun panas. "Nih, Dee."
Aku segera mengambil obat tersebut, kubuka dan kuberi langsung pada Rai. Untungnya pacarku itu tidak cerewet dan langsung meminum obat yang kuberi.
"Mau makan dulu nggak? Nanti berentinya masih lama loh," jelasku karena rencananya kami akan berhenti lagi setelah satu jam.
Rai menggeleng pelan dan menyenderkan tubuhnya ke arahku. "Nggak, aku nggak laper, aku mau tidur."
Kubawa Rai agar tidur ke pangkuanku lagi dan setelahnya pria itu tertidur pulas.
Agak lama kami berada di warung itu, teman-temanku juga menunggu Rai untuk bangun dari tidurnya. Kasian jika pria itu dibangunkan sekarang.
Sembari menunggu Rai bangun, kami asik berbincang mengenai kegiatan yang akan kami lakukan nanti. Rencananya kami akan pergi ke pantai, pasar tradisional, nonton pertunjukkan juga main beberapa permainan pantai di sana.
Tak terasa, sudah setengah jam kami berada di warung itu dan syukurnya Rai sudah bangun walau tubuhnya masih lemah. Kami pun memutuskan untuk kembali melakukan perjalanan agar tidak ke siangan sampai tempat tujuan.
Satu persatu temanku berdiri dan berjalan menuju mobil masing-masing, aku membawa Rai bersamaku. Merangkul pria itu agar tidak jatuh.
Sesampai di mobil, aku meminta Feni untuk duduk di depan agar Rai bisa duduk denganku di belakang. Jujur, aku takut jika sakit pacarku itu semakin memburuk.
"Fen, kamu duduk di depan ya. Rai biar duduk sama aku di belakang."
Feni menatapku lalu menatap Rai yang wajahnya masih terlihat pucat itu, mungkin ada keraguan di benak sahabatku itu. Namun, wanita itu tentu tidak punya pilihan.
"Hmm, boleh deh."
Feni langsung naik ke mobil dan aku juga Rai ikut naik di belakang. Aku memperbaiki posisi tidur pacarku itu agar badannya tidak sakit dan setelahnya mobil itu melaju dengan kecepatan sedang.
Dapat kulihat, lambat laun kondisi Rai membaik. Beberapa kali pula aku memaksa pria itu untuk makan roti yang kubawa. Setidaknya perut rata pacarku itu bisa terisi dan tidak mengundang penyakit lain untuk datang.
Satu jam berlalu dan kami kembali berhenti di perhentian terakhir karena setelah ini kami langsung menuju ke tempat tujuan.
Sekarang, Rai sudah bisa jalan sendiri walau pacarku itu masih merangkul tubuhku dengan erat. Aku menatap wajahnya dari bawah, jangan lupakan bahwa dia memiliki tinggi badan yang cukup jauh dariku.
"Makan ya, biar cepet sembuh," mohonku pada Rai dan pria itu hanya melirikku sekilas.
"Aku udah sembuh kok," jawabnya singkat.
Aku menghela nafas karena kesal pada pacarku itu. "Tetep aja, Rai, kamu belum ada makan dari tadi pagi!" benakku yang langsung membuat Rai menatap ke arahku.
"Iya, iya, aku makan."
Akhirnya Rai menyerah juga setelah bertengkar denganku. Pria itu kemudian mengelus bahuku dengan perlahan. Sepertinya, hal itu menjadi kegiatan kesukaannya karena selalu dia lakukan padaku.
Sesampai di warung, aku langsung memesan makanan dan Rai bilang dia mau makan bersamaku alias sepiring bersama. Takut-takut jika pacarku itu tidak bisa menghabisinya. Mubazir bukan?
Aku dan Rai makan bersama begitu pula dengan teman-temanku yang lain, pacarku itu sibuk dengan ponselku dan akhirnya aku yang harus menyuapinya makan, jika tidak Rai tentu tidak makan.
Aku melakukan itu sembari menyimak setiap pembicaraan teman-temanku, ada saja yang mereka bahas dan tidak ada habisnya.
Setelah selesai makan, kami langsung melanjutkan perjalanan kami yang akan selesai dalam satu jam lagi dan syukurnya kondisi Rai sudah membaik. Pacarku itu sudah bisa ikut berbincang dan tidak tidur terus-terusan.
Satu jam berlalu dan kini kami telah sampai di penginapan yang akan menjadi rumah bagi kami beberapa hari kedepan. kami memutuskan untuk hanya memesan dua kamar dengan dua kasur yang cukup besar di dalamnya. Memang sebelum pergi, kami mencari-cari dulu penginapan yang pas dan akhirnya kami mendapatkan penginapan tersebut.
Karena sampai di penginapan pukul 2 siang, kami memutuskan untuk istirahat saja sembari menunggu sore datang dan kami akan pergi ke pantai nantinya.
Lagipula kami sekarang sibuk menata barang dan mengisi energi yang terkuras habis di perjalanan.
Tidak semua dari kami menghabiskan waktu untuk tidur atau beristirahat, seperti pada pria itu. Mereka malah sibuk bermain game bersama. Empat-empatnya.
Aku yang baru saja bangun langsung pergi ke kamar mereka untuk memberitahu kepergian kami nanti, tapi setelah melihat mereka yang masih segar. Aku hanya mampu menghela nafas.
Semuanya memegang ponsel karena asik bermain game bersama. Aku yang melihat pacarku juga melakukan hal itu langsung mendekatinya.
"Nggak istirahat?" tanyaku sesaat setelah duduk tepat di samping Rai.
Rai melirikku sekilas lalu kembali menatap layar ponselnya. Aku memperhatikan permainan itu yang memang begitu seru jika dimainkan bersama dan setelahnya mereka menang.
"Nah, udah selesai kan, yuk siap-siap kita ke pantai," ajakku setelah berdiri di tengah-tengah mereka.
Tidak ada satupun dari mereka yang bergerak dan aku langsung mengambil guling dari salah satu kasur. "Buruan siap-siap, kalau enggak aku pukulin ya kalian," ancamku sembari mengangkat guling tersebut.
Mereka berlari menuju tempat masing-masing, ada yang langsung ke kamar mandi, ada juga yang langsung mencari baju di koper masing-masing.
Setelahnya, aku melempar guling yang kupegang tadi dan beranjak keluar kamar pria-pria itu.
"Aku tunggu di depan setengah jam lagi."
Sesampai di kamar wanita, aku menemui teman-temanku yang sudah siap pergi. Mereka menatapku dengan penuh tanya.
"Gimana? Mereka udah bangun?" tanya Dira yang langsung membuatku menghela nafas.
"Mereka nggak tidur, malah main game tadi tuh, tapi udah pada siap-siap kok. Tunggu setengah jam lagi ya."
Ketiga teman wanitaku itu pun mengangguk paham dan kemudian mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing.
Aku juga akhirnya memutuskan untuk mandi dan ganti baju padahal rencananya setelah berenang di pantai aku akan mandi, tetapi alangkah baiknya hal itu kulakukan sekarang sekalian menunggu para pria selesai bersiap-siap.
***
Semoga sukaa ya guys.
Hehe.
Makasih banyak udah mampir🥰
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro