Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 45 - Kembali -

Lagi-lagi aku meruntuki diriku karena kembali jatuh pada pria tinggi berkulit putih tersebut. Kemarin, kami memutuskan untuk kembali bersama. Namun dengan syarat, hanya kami yang tau tentang hubungan ini dan Rai menyetujuinya.

Kemarin juga, aku memutuskan untuk menginap di rumah Rai karena takut tubuh panas pria itu kembali datang. Ya walaupun di sisi lain, aku harus membohongi ibuku lagi dengan beralasan bahwa aku sedang mengerjakan tugas kelompok di rumah temanku dan tidak bisa pulang.

Maafkan aku ibu.

Sekarang sudah pukul delapan pagi, Rai sudah selesai mandi dan aku menunggu pria itu keluar kamar mandi karena kami akan pergi mencari sarapan.

Rai keluar dari kamar mandi dengan rambut yang basah. Pria itu mengusap rambutnya dengan handuk kecil yang dia punya.

"Ayuk, buruan," ucapku setelah berdiri.

Tadi, saat aku menunggu Rai. Aku duduk di atas kasurnya sembari memainkan ponselku.

"Iya, bentar," jawab Rai singkat sembari mengambil ponsel dan juga dompetnya.

Ponsel dan dompet itu kemudian dia berikan padaku. Rai sudah menggunakan pakaian lengkap saat keluar dari kamar mandi, hanya saja rambutnya masih sedikit basah.

Rai melempar handuknya itu ke atas kasur dan kemudian berjalan keluar kamar. Aku menghela nafasku saat melihat kelakuan pacarku itu.

Ku ambil handuk tersebut dan langsungku jemur di balkon kamarnya. Dari atas, aku melihat pria itu sudah berada di dekat motorku dan wajahnya terlihat bingung saat tidak mendapatiku di belakang tubuhnya.

Aku segera keluar dari kamar pria itu. Namun, sebelumnya aku mengunci kamar tersebut agar tidak ada maling yang masuk.

Saat turun, Rai memperhatikanku yang tengah berjalan santai ke arahnya. "Lama banget sih."

"Kamu yang lama banget."

***

Kami berdua menyusuri jalanan yang sudah cukup ramai itu untuk mencari sarapan. Aku melihat kanan dan kiri jalan untuk mendapat tempat makan yang enak. Rencananya kami mau makan langsung di tempat tersebut dan tidak membawanya ke kos Rai.

"Dee," panggil Rai tiba-tiba yang langsung membuatku mendekatkan wajah ke arahnya.

"Kenapa?" tanyaku sembari memunculkan wajah di sisi kiri pria itu.

"Mau makan apa?" tanya Rai pelan.

"Apa aja deh, laper nih," jawabku. Lalu Rai menarik tanganku untuk melingkar di perutnya.

Satu tangannya kemudian mengusap punggung tanganku dan hal itu berhasil membuatku bersemu. Jujur, ini adalah kali pertama aku diperlakukan sebaik ini oleh seseorang dan orangnya adalah pacarku sendiri.

Ketika asik mencari tempat makan, tiba-tiba ponselku berbunyi. Aku segera melepaskan tanganku dari perut Rai dan merogoh tas yang ku gunakan.

Setelah ku dapati ponsel itu, aku cukup terkejut karena melihat nama Feni tertulis di layar ponselku.

Tanpa berpikir panjang aku mengangkat panggilan tersebut. "Halo, kenapa Fen?"

"Kamu dimana?" tanya Feni yang berhasil membuatku bungkam.

"Kamu sama Rai? Bukannya udah putus?"

"Fen," panggilku dengan pelan. Sebelumnya aku memang sudah bilang pada Feni bahwa aku putus dengan Rai.

"Dee, kamu kok gini sih, jadi bener kamu sama Rai?"

"Iya," jawabku singkat.

"Kalau kamu sama Rai, kasih tau aku dong, jadi aku nggak bingung kalau Ibu kamu nelepon."

Aku menggigit bibir dalamku karena merasa bersalah, "Iya, maaf."

"Ya udah, kamu cepetan balik deh. Kasian orang tua kamu khawatir."

"Iya, abis sarapan aku balik kok."

Panggilan telepon itu mati seketika dan setelahnya aku menjadi lebih pendiam. Rai menyadari itu dan langsung menarik tanganku lagi.

"Kenapa?" tanyanya dengan lembut.

Kepalaku yang berada di bahunya bergerak. Menggeleng ke kanan dan ke kiri. "Nggak papa kok."

Setelah nyaris setengah jam, akhirnya kami memutuskan untuk makan di warung makan nasi kuning yang jaraknya agak jauh dari kos Rai.

Aku memesan nasi kuning telur dan Rai memesan nasi kuning ayam.

Kami berdua duduk berdampingan dan wajahku berubah sendu. Mataku terfokus pada ponsel yang sedang ku pegang dan Rai tiba-tiba mengambil ponsel itu.

"Udah, makan dulu," ucapnya pelan karena makanan yang kami pesan sudah ada di hadapan kami.

Aku mengangguk paham sembari mulai makan, tidak ada pembicaraan di antara aku dan Rai saat ini. Kami berdua fokus pada makanan kami masing-masing.

Setelah makan, aku meminta Rai untuk kembali ke kosnya karena aku ingin langsung pulang setelah ini.

"Siangan aja baliknya, Dee," ucap Rai pelan di atas motor.

Iya, kami belum sampai di kos pacarku itu.

"Nggak bisa, aku harus pulang sekarang," tolakku dengan cepat.

"Yaudah, kita nggak usah balik ke kos."

Rai memutar arah motornya ke arah lain yang tentunya berbeda dari arah ke kosnya.

Aku yang melihat hal itu langsung bingung dan menepuk punggung Rai dengan cukup keras. "Rai!" pekikku kesal.

"Aku mau balik," lanjutku.

"Nanti aja kenapa si!"

"Nggak bisa, harus sekarang."

Pertengkaran di antara kami pun dimulai. Rai terlalu keras kepala dan membuatku pusing dengan tingkahnya.

Cukup lama kami berputar-putar sekitar di jalan. Akhirnya Rai memutuskan untuk kembali ke kos. Pria itu memang jarang keluar rumah, dia pun bingung harus kemana lagi.

Setelah sampai di parkiran, aku segera berjalan menuju kamar kos pacarku itu yang berada di lantai dua. Aku yang memegang kunci kamar pria itu sehingga aku bisa masuk dengan leluasa.

Tak lama setelah aku sampai di kamar Rai, tiba-tiba saja pemilik kamar itu ikut datang.

Wajahnya berubah melas karena aku sudah bersiap-siap untuk pulang. Aku yang melihat hal itu langsung tersenyum geli.

Rai mendekat ke arahku dan langsung menahan tanganku yang tengah memasukkan baju ke dalam tas. "Nanti aja baliknya, aku masih kangen sama kamu."

Ingin sekali ku cubit pipi tirus milik pacarku itu karena wajahnya begitu mengemaskan.

"Rai, kita masih bisa ketemu besok-besok. Walaupun nggak sampai nginep," jelas ku agar Rai tidak merasa sedih.

"Yaudah," balas Rai sembari menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur.

Untung saja kasurnya empuk, jika tidak tubuhnya akan kesakitan.

Setelah selesai, aku segera memasang tas ranselku. "Ya udah, aku balik ya," pamitku yang langsung membuat Rai bangun.

Pria itu menarik tubuhku ke dalam pelukannya. "Makasih ya, udah mau kembali."

Ucapan Rai tersebut benar-benar membuatku sedih. Tidak hanya Rai yang tersiksa, tapi aku juga. Hubungan kami memang berat. Namun, jika berhenti malah menjadi lebih berat.

Aku menjauhkan tubuh Rai agar bisa melihat wajah pacarku itu. Tanganku mengusap rambut kecokelatan Rai dengan pelan. "Iya, makasih juga sudah berani buat ngambil tindakan."

Semua ini nggak bakal terjadi kalau Rai tidak berani memintaku kembali. Aku terlalu takut untuk mengatakan bahwa aku mencintainya karena jujur, aku takut perasaanku hanyalah perasaan sepihak yang tentu tidak ada artinya.

"Iya, aku sayang banget sama kamu," ucap Rai dengan pelan sembari mencium keningku setelahnya.

Semua sikap yang Rai beri padaku, membuatku merasa menjadi perempuan paling bahagia di dunia ini.

"Iya, aku juga sayang sama kamu."

***

Yeay, update lagii. Setelah istirahat sehari hehe.

Semoga suka sama ceritanya.

Makasih banyakk.

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro