Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 39 - Ambil Motor -

Tepat hari rabu, aku memutuskan untuk membayar UKT semester tiga dan setelahnya aku akan pergi ke kost Rai. Rencananya kami berdua akan mengambil motor pacarku itu di bengkel, katanya sih sudah selesai diperbaiki.

Selama ini, Rai hanya di dalam kost. Tapi, pria itu tidak terlalu peduli karena dia juga jarang berpergian keluar rumah dan lebih senang berada di dalam kost.

Karena aku datang ke bank agak siang, aku mendapat antrian yang lumayan jauh. Di hadapanku masih ada tujuh orang dan aku orang ke delapan.

Saat menunggu, tiba-tiba saja Rai menghubungiku melalui panggilan telepon biasa. Aku lupa menyalakan paket dataku sehingga pria itu tidak bisa menghubungiku melalui whatsapp.

"Kenapa, Rai?" tanyaku dengan pelan setelah mengangkat panggilan tersebut. Aku tidak mau mengganggu orang lain di dalam bank tersebut. Apalagi sedari tadi hanya ada keheningan. Aku bahkan mengantuk saat menunggu giliran.

"Dimana?"

"Masih di bank. Antri."

"Beneran?"

"Iya, kalau nggak percaya nanti aku video call. Telepon di wattsap aja deh. Bentar aku nyalain paket data aku. Tadi lupa."

"Ya udah," jawab Rai mengalah.

Panggilan tersebut mati dan setelah ku nyalakan paket dataku. Ada banyak pesan yang masuk dari Rai. Segera ku hubungi Rai agar dia percaya jika aku masih mengantri.

Setelah di angkat oleh Rai. Kamera ponsel milikku langsung ku arahkan ke orang-orang yang tengah berada di hadapanku. Lalu ku kirimi lagi pria itu pesan agar dia mempercayaiku.

Hmm, sebenarnya aku tidak mempermasalahkan hal tersebut. Namun, di suatu ketika aku tengah dalam suasana hati yang kurang baik. Kami bisa saja bertengkar. Selebihnya aku tidak terlalu peduli. Toh, aku tidak melakukan hal-hal aneh sehingga tak ada yang perlu ku tutup-tutupi.

---

Rai

Ya udah, kalau mau ke sini. Chat aku ya.

Iya.

---

Pesan singkat yang sebenarnya tidak terlalu penting itu. Menjadi penting jika Rai yang mengirim. Sepertinya pria itu benar-benar tidak ada kerjaan sehingga selalu menghubungiku setiap saat.

Setelah selesai dengan pembayaran UKT. Aku langsung pergi ke kost Rai, agak jauh tapi yasudahlah. Sebelum sampai di rumah Rai, aku menyempatkan diri untuk membeli makanan. Tadi pagi aku lupa sarapan karena telat bangun dan juga pasti Rai belum makan.

Aku membeli dua ayam lalapan beserta nasi dan jangan lupakan untuk membeli es teh hehe.

Aku sampai di kost milik pria itu. Sebelum pergi aku sudah bilang padanya bahwa aku sudah menuju kostnya. Belum sempat aku naik ke lantai dua kost Rai. Tiba-tiba saja pria itu keluar dari kostnya. Turun ke lantai satu dimana aku tengah sibuk membuka helm.

Aku terkejut saat melihat pria itu berdiri tepat di sampingku.

"Astagfirullah, Rai!" pekikku dengan cukup nyaring.

Rai tersenyum kecil sembari membantuku membawa plastik berisikan makanan juga es teh itu.

Rai memang jarang mengeluarkan suaranya. Bahkan kini, pria itu sudah jalan lebih dulu di depanku. Melupakanku yang sering kali dia tanyakan keberadaannya.

Sesampai di depan pintu kamar kost Rai, pria itu menahan pintu dengan menggunakan tubuhnya agar aku bisa masuk kostnya dengan mudah. Padahal aku bisa masuk sendiri dan menahan pintu tersebut. Agak bingung memang dengan kelakuan pacarku tersebut.

Rai menaruh makanan kami di atas kasur, tetapi untuk es tehnya pria itu menaruhnya di lantai.

Aku kemudian mengambil piring juga sendok untuk kami gunakan makan dan setelahnya kami berdua makan dengan santai sembari berbincang.

***

Tepat pukul lima, aku dan Rai memutuskan untuk pergi ke bengkel dimana motor Rai di perbaiki. Sejak pukul empat pekerja di bengkel tersebut menghubungiku terus bahkan hingga Rai yang mengangkatnya.

Sebenarnya kami bisa saja pergi duluan alias saat pukul empat tadi. Namun, sedari tadi hujan tak kunjung berhenti. Sembari menunggu hujan berhenti, Rai membantuku untuk mengisi KRS yang sesuai dengan miliknya dan teman-temanku.

Pengisian KRS kali ini agak susah karena kelasnya tidak hanya satu. Jadi kami harus menyesuaikan jadwal kami. Baiknya, jika ingin mengambil pekerjaan lain. Tentu bisa.

Kami saja memutuskan untuk mengambil 4 hari saja untuk kuliah, walaupun ada 10 mata kuliah yang perlu diambil. Lumayan, ada tiga hari libur. Hehe.

"Ayo, cepetin," seruku pada Rai yang masih bolak balik mencari pakaian.

"Pake apa aja udah, lama banget sih," gerutuku kesal.

Rai kemudian mengambil sweater cream dan menggunakannya.

"Ayo," ajaknya sembari keluar dari kamarnya.

Aku mengikuti pria itu dari belakang dan pergi menuju parkiran.

Di sana, Rai langsung menyodorkan telapak tangannya padaku. Aku yang bingung hanya menatap tangan pacarku tersebut.

"Kuncinya mana?" tanya Rai yang langsung membuatku paham.

Ku rogoh kantung celanaku dan memberikan kunci motorku pada Rai. Pria itu segera mengeluarkan motorku dan menyalakannya.

Aku menatap punggung pacarku itu, agak lucu sebenarnya melihat dia menggunakan motorku karena dia cukup tinggi. Sebenarnya motor kami sama-sama matic, hanya saja motorku motor perempuan yang pendek dan kecil.

Rai menoleh ke belakang dan melihat ke arahku yang masih belum juga naik ke atas motor.

"Ayo, Dee," serunya lagi.

Aku segera naik ke atas motorku itu. Agak aneh juga ternyata saat aku di bonceng orang lain selain keluargaku. Ini kali pertama aku di bonceng oleh Rai.

Gugup? Sudah pasti.

"Pegangan, Dee," perintah Rai yang langsung ku turuti.

Aku memegang kedua sisi jaket pria itu dari belakang dan Rai kemudian menjalankan motor tersebut. Cukup lama kami berada di jalan karena di beberapa ruas jalan ada genangan air setelah hujan tadi.

Selama di perjalanan juga, kami asik berbincang agar tidak bosan. Ya walaupun hanya aku yang lebih banyak berbicara di banding Rai. Pria itu hanya mendengarkan semua ocehanku.

Sesampai di bengkel tersebut, aku langsung masuk dan menanyakan tentang Motor Rai. Sebelumnya aku sudah melihat bahwa motor pacarku itu sudah baik. Ya walaupun ada banyak goresan di badan motor tersebut. Setidaknya lebih baik daripada sebelumnya.

"Mas, itu motornya udah selesai?" tanyaku sembari menunjuk motor Rai. Rai tidak ikut denganku dan hanya menunggu di atas motor.

Pekerja yang ku tanyai itu kemudian melihat ke arah motor yang ku tunjuk.

"Iya, Mbak. Udah selesai. Mbak yang punya ya?"

Aku menggeleng pelan, "Bukan, Mas. Tapi, dia yang punya." Aku menunjuk ke arah Rai yang tengah sibuk memainkan ponselku. Seperti biasanya, Rai akan memeriksa ponselku saat kami bertemu.

"Oh gitu, langsung ke dalam aja, Mbak. Buat tanda tangan surat penerimaan. Semua biayanya sudah di bayar."

"Oke, Mas. Makasih ya."

Aku kembali ke motorku dan mengajak Rai untuk ikut masuk ke ruangan yang dimaksud oleh pekerja tersebut.

Saat di dalam, aku lebih banyak bicara dibanding Rai. Pria itu hanya mendengarkan dan setelahnya menandatangani surat penerimaan motornya.

"Makasih ya, Mbak," ucapku pada perempuan yang melayani kami.

Aku dan Rai keluar dari ruangan tersebut dan menggunakan motor kami masing-masing.

***

Yeay, bab 39🥰

Semoga suka ya.

Makasih.

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro