Bab 3 - Penentuan UKT -
Tepat hari senin, aku dan juga Feni datang ke fakultas kami. Jadi, kampus kami itu seperti perumahan. Setiap fakultas memiliki tempat yang berbeda-beda walaupun dalam lingkungan yang sama.
Ternyata fakultas tempat aku belajar nanti cukup luas, terdiri dari 3 bangunan untuk belajar dan juga satu gedung Dekanat.
Sesampai di FEB, aku cukup terkejut karena melihat banyak orang tengah berdiri di depan pintu masuk gedung Dekanat, lokasi dimana MABA akan melalukan Validasi UKT.
"Rame banget, Fen," keluhku pada Feni.
Feni hanya terdiam tanpa menanggapi keluhanku.
"Ya sudah yuk, kita ke sana, sekalian tanya-tanya," ajak ku sembari menarik tangan kiri Feni.
Tentu dia tidak menolak dan tetap mengikutiku dari belakang.
"Hai, mau nanya dong , tempat Validasi UKT dimana ya?" tanyaku dengan ramah pada wanita yang tengah berdiri dekat pintu masuk dekanat.
"Validasi ya, di atas Mbak," jelas wanita itu.
"Oh di atas ya, Mbak sudah selesai Validasi?"
Wanita itu mengangguk, "Iya, baru aja selesai Mbak."
"Lama nggak, Mbak?" tanyaku dengan wajah penuh penasaran.
"Lumayan sih, Mbak kalau mau cepat. Naik aja ke atas terus kumpul berkas di meja, nanti Mbak liat aja di atas atau tanya sama orang-orang di atas. Terus nunggu deh."
"Oh gitu, ya sudah, Mbak. Makasih ya, saya naik ke atas dulu."
Aku kembali menarik Feni untuk naik ke lantai dua gedung Dekanat. Ternyata di atas ada lebih banyak orang yang tengah menunggu.
Mataku kemudian melihat sebuah tumpukan berkas dan berjalan ke arah tersebut.
Di belakang tumpukan berkas itu, ada seorang wanita paruh bayah dan aku segera bertanya pada beliau.
"Maaf, Bu. Mau nanya, ini tempat pengumpulan berkas Validasi UKT ya?" tanyaku dengan pelan karena ruangan tersebut cukup sunyi dan hanya ada suara beberapa orang yang tengah bertanya kepada MABA mengenai berkas Validasi UKTnya.
"Eh, iya Mbak. Silahkan dikumpulkan di sini ya," jelas wanita itu dengan ramah.
Aku segera mengeluarkan berkas di dalam tasku dan meletakkannya di atas tumpukan berkas lainnya.
"Fen, punya kamu mana?" tanyaku pada Feni.
Feni pun menyerahkan berkasnya dan aku taruh tepat di atas milikku.
"Makasih ya, Bu. Permisi."
Aku dan Feni pergi menjauh dari tempat sebelumnya, tak lama kemudian ada banyak mahasiswa lain yang ikut maju dan menaruh berkasnya.
"Lah, ternyata banyak yang belum ngumpul berkas ternyata," ucap Dee sedikit heran.
Satu jam terlewati, sudah banyak mahasiswa yang selesai Validasi. Kini, aku dan Feni sudah bisa duduk di kursi setelah sebelumnya kami hanya bisa berdiri sambil menyender di tembok salah satu ruangan di lantai dua dekanat tersebut.
Aku yang asik berbincang dengan Feni itu pun melihat beberapa mahasiswa yang baru datang, padahal sudah nyaris pukul 12 dan kegiatan Validasi tersebut harusnya akan berakhir.
Untungnya mereka masih diperbolehkan untuk mengumpulkan berkas.
Beberapa orang tersebut kemudian bingung harus kemana, aku pun memanggil mereka dengan suara yang cukup pelan.
"Hei, sini," panggilku sembari melambaikan tangannya.
Mereka datang mendekat ke arahku dan juga Feni.
"Sini duduk di samping kami," jelasku sembari bergeser agar orang-orang tersebut dapat duduk.
Feni yang berada di sampingku pun tidak mengeluarkan sepatah kata pun, dia hanya kembali fokus pada ponselnya setelah aku berhenti mengajaknya berbicara.
"Kenapa baru datang?" tanyaku dengan penuh penasaran.
"Iya, kami salah tempat tadi terus juga kost kami jauh," jelas salah satu di antara mereka.
Aku mengangguk paham, "Oh gitu, tapi enggak papa yang penting kan masih boleh ngumpul berkas. Daripada kembali lagi besok ya kan?"
Mereka mengangguk serempak, mengiakan ucapanku.
Validasi UKT ini memang akan berlangsung dalam beberapa hari dan hari ini adalah hari pertama.
Tak lama kemudian, ada beberapa orang mahasiswa yang datang lagi. Beberapa diantaranya orang pria dengan wajah seperti baru bangun tidur.
Mereka sempat dimarahi oleh Ibu yang menjaga berkas Validasi tersebut. Namun, untunglah berkas mereka tetap diterima. Tiba-tiba saja, wanita yang tadi aku ajak untuk duduk di sampingku memanggil mahasiswa yang baru datang.
"Eh, sini," panggilnya.
Tiga pria tersebut mendatangi wanita yang memanggilnya.
"Duduk di bawah," perintah wanita itu.
Ketiganya mengikuti omongan wanita itu.
Aku yang berada di sampingnya jadi bingung, "Kalian saling kenal?" tanyaku pada wanita itu.
"Iya, dulu kami satu sekolah."
"Oh gitu."
Setelah nyaris satu jam, aku akhirnya dipanggil untuk validasi UKT persemesternya.
"Deena Erina," panggil seorang wanita paruh bayah sembari menatap sekeliling.
Aku berdiri dengan cepat, "Saya, Bu."
Tanpa berlama-lama aku bergegas maju dan duduk di kursi yang kosong, tepat di depan Ibu yang memanggilku.
"Deena Karina ya," ucapnya lagi.
"Iya, Bu. Nama saya Deena Karina."
Wanita di hadapanku itu kemudian melihat berkas milikku dengan seksama.
"Lengkap, hmm, Ibu kamu PNS ya?" tanya Ibu di hadapanku.
Aku mengangguk pelan, "Iya, Bu. Ibu saya PNS, bekerja sebagai guru TK," jelasku.
"Kalau Ayah kamu?"
"Ayah saya, supir Bu."
"Supir?" tanya wanita tersebut sembari mengerutkan dahinya.
Aku tersenyum kecil sebelum menjawab.
"Iya, Ayah saya supir. Lebih tepatnya, menyewakan mobil, Bu," jelasku yang langsung membuat wanita di hadapanku paham.
"Oh, maksud kamu menyewakan mobil gitu ya?"
"Iya, Bu."
"Hmm, kalau saya kasih UKT 3 juta kamu mampu?"
"Tiga juta ya, Bu?".
Aku terdiam sembari berpikir, "Hmm, apa boleh diturunin dikit, Bu? Soalnya orang tua saya ngebiayain dua orang kuliah, Bu."
"Dua orang?"
"Iya, Bu. Saya punya kakak dan kakak saya juga masih kuliah."
Wanita di hadapanku mengangguk seraya menulis di sebuah kertas.
"Jadi gini, untuk UKT Mahasiswa jalur SNMPTN khusus FEB itu, paling tinggi 3 juta. Tapi, setelah saya mendengar penjelasan kamu. Saya turunin jadi 2 juta ya."
"Makasih, Bu."
"Iya, sama-sama. Kalau boleh tau, kakak kamu kuliah di mana?" tanya wanita tersebut.
"Di sini juga, Bu. Tapi, dia di fakultas lain."
"Oh seperti itu, ya sudah. Terima kasih ya."
"Saya yang harusnya berterima kasih, Bu."
Aku pun segera beranjak dari duduk yang sebelumnya ku duduki, tak lama kemudian sebuah nama kembali dipanggil.
Aku kembali duduk di tempat sebelumnya. Namun, sudah tidak ada feni di sampingku, karena wanita itu telah dipanggil tak lama setelah aku dipanggil tadi. Tetapi, Sahabatku itu, melakukan validasi dengan orang lain.
Tak lama kemudian, Feni selesai Validasi dan mendekat ke arahku.
"Sudah?" tanyaku pada Feni sembari menatap wanita itu yang tengah berdiri di hadapanku.
"Iya, sudah," jawab Feni singkat.
"Oke."
Aku beranjak dari tempat dudukku dan kemudian pamit pada orang-orang yang duduk tepat di sampingku, mereka yang sebelumnya berbincang denganku.
"Duluan ya," pamitku.
Aku dan Feni kemudian turun ke lantai satu. Kami berencana untuk pergi pulang karena waktu sudah menunjukkan pukul 2 siang.
"Balik yuk," ajakku yang langsung diiakan oleh Feni.
***
Di kampus kalian gini juga nggak?
Spill yuk kalian dapet UKT berapa hihi.
***
Jangan lupa tinggalin jejaknya ya.
Semoga suka dengan cerita ini.
***
Terima kasih❤️
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro