
Tidak Membenci
Pernah aku ingin berbicara, tentang semua yang belum bisa kuterima. Tentang rasa yang kini hilang, tiada.
Ingin sekali aku memarahimu perihal percaya yang telah kau khianati. Perihal hati yang telah kau tikam hingga mati.
Namun, aku tak punya daya. Lidahku kelu seakan lupa caranya bicara. Takut suara-suaraku tak terjamah telinga. Hanya menjadi santapan udara yang kau hirup setiap harinya.
Ingin rasanya kau kumaki, kucaci hingga mulut ini lelah sendiri. Tapi, urung kulakukan. Sebab aku bodoh dalam hal membenci.
Kau adalah orang yang pernah berarti. Pernah kuikat pada hati. Pernah kusebut namanya pada doa-doa dini hari. Meski akhirnya berujung pada menyakiti.
Lantas, haruskah aku berbalas sama? Mengatas namakan dendam hanya untuk menjadikan diriku sama sepertimu. Kurasa tidak, sebab itu lebih bodoh lagi daripada membenci.
- R Rhey -
Senin, 26 November 2018
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro