Ditinggalkanmu, aku tak lagi sekuat dulu
Jiwaku rapuh seiring berjalannya waktu
Hatiku tak lagi utuh sebab kamu
Dan kini hidupku dipenuhi halu

@@@

Kamu tahu, kan, tersandung saja aku masih susah untuk kembali berdiri tegak. Apalagi terjatuh begini? Di mana aku harus berpegang untuk kembali bangkit jika untuk bertumpu saja, kedua kakiku terasa sakit. Ke mana aku harus bersandar, jika yang selama ini adalah kamu tempatku merebah. Sedangkan kau menjadikanku tak lebih dari sekadar singgah untuk beristirahat dari runyamnya kisahmu yang belum sudah. Lalu, saat semuanya kembali baik-baik saja, kau pun pergi, kembali bersamanya yang kau tuju.

Bodohnya, kedatanganmu kusambut seakan aku rumah, tempatmu pulang. Kusediakan tempat ternyaman agar kau senang. Tanpa berpikir pada suatu ketika kau pun akan pamit, kembali bertualang, pada hatinya yang kau anggap tenang. Jadilah aku yang harus mengenang.

Lalu, siapakah yang harus disalahkan?

Pantaskah aku menyalakhanmu yang saat itu sedang bimbang mengatur arah langkah? Hingga kau temui aku sebagai tempat singgah. Kau berlabuh sebentar, sebelum kemudian kembali pindah.

Atau, haruskah aku menyalahi hatiku yang kosong, hingga dengan mudah memberi ruang. Dengan tanpa berpikir panjang, kuberimu tempat pada dada yang kini harus kuusahakan lapang.

-ooo-

-R Rhey-

November 2018