Salah Langkah
Malam itu masih seperti biasa, kau dan aku masih bertukar cerita. Meski masih kau yang mendominasi, setidaknya ada beberapa tahap yang berhasil kuimbangi. Aku pun mulai berbagi.
Perkenalan kita ditemani ceritamu tentang dia. Kau mengenali dia padaku sebagai orang yang berarti di hatimu. Meski sudah beberapa bulan berakhir, tapi kau masih menyimpan dia di relung dada sampai kini.
Kau ceritakan betapa dia berarti bagimu. Betapa kau bahagia bersama dia-mu itu. Betapa hari-harimu menyenangkan diisi oleh dia. Sampai tiba pada ... betapa kau kehilangan setelah dia memutuskan pergi.
Kau pun terluka, menangis saat dia mengakhiri. Lalu menyimpan sakit itu sendiri. Aku terdiam, mendengar ceritamu tanpa mengomentari. Mencoba meresapi, tapi tak ada yang bisa kurasai.
Kau mungkin sudah terluka separah ini.
Lalu ceritamu berlanjut padanya, orang yang kau singgahi belum lama ini. Kau bilang dirinya yang kau cari, ternyata kau hanya terjebak insting sendiri. Kau bercerita padaku, lalu kutertawaimu saat itu. Sebab katamu, ceritamu dengannya tak ada bandingannya dengan dia.
Kau anggap dirinya kesalahan, sebab kau terlalu cepat mengambil kesimpulan setelah dulu kehilangan. Bagimu dirinya bak tempat singgahan, tempatmu menumpang untuk bertahan dari sakitnya ditinggalkan.
Lalu, dirinya pun kau tinggalkan, pada satu persimpangan yang kau namai perbedaan. Kau kembali melangkah, tak peduli dia melakukan hal yang sama atau bahkan kehilangan arah. Kala itu, aku tidak juga berkomentar, biarlah menjadi keputusanmu. Hanya satu kupesan, semoga langkahmu tak lagi salah.
Sampai kemudian tibalah kamu pada tempat yang kau pikir: "Ya, inilah yang kucari." Kau pun menepi, kembali ingin melabuhkan hati. Yang masih tidak bisa aku pahami, kenapa orang itu adalah aku?
Tidak salahkah langkahmu itu? Tidak silapkan instingmu kini? Coba dulu kau pikir sekali lagi? Mungkin kau hanya terjebak rasa nyaman yang tanpa sengaja kuberikan. Aku hanya memberimu tempat berbagi, bukan tempat memarkirkan hati.
Mungkin kau belum berdamai dengan hati, hingga terlalu mudah merasa ingin menetap begini. Lalu begitu mudah pun kau pindah saat di sana tak ada lagi yang kau ingini.
Maaf sekali, aku tidak mau jadi bagian dari ceritamu yang lucu ini. Cukup jadi tempatmu berbagi. Kuharap hatimu segera pulih kembali, agar kau benar-benar paham, mana yang memang kau butuhi sampai tidak pernah berniat menyudahi, dan mana yang hanya sekadar kau ingini sebagai tempat berbagi. Bukan dibagi.
-ooo-
28 Februari 2019
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro