Memori Terkelam
Selepas kepergianmu yang tiba-tiba tanpa aba-aba sore itu, aku mulai belajar banyak tentang kehilangan. Tentang merelakan meskipun pada dasaranya masih menginginkan. Pun tentang bersabar menyembuhkan luka yang ternyata tak semudah ketika aku jatuh dalam cinta. Kau tahu? Aku tidak sedang baik-baik saja.
Sekian waktu yang kita lalui bersama, ternyata masih ada orang lain yang bersarang di dalam dada. Ia masih terus kau puja hingga mata terpejam lalu kembali terbuka. Masih terus kau damba untuk kembali berdua.
Lalu, aku ini apa? Tak lebih dari sekadar jeda, yang kau butuhkan agar kisahmu dengannya lebih bermakna.
Sejauh yang kutahu, namanya selalu kau selip di dalam doa, sedang aku di anganmu saja tak pernah ada. Tak sedikit pun kau bawa masuk ke rongga kepala, apalagi tersimpan di dalam dada. Hanya sebatas dicari sebagai pelampiasan atas kalut yang kau terima darinya.
Aku tak lebih dari sekadar pelaraian, tempatmu melabuhkan kesepian. Tempatmu mendaratkan kekesalan atas pahitnya ditinggalkan. Sampai pada akhirnya akulah yang merasa kehilangan. Kepergiannyamu adalah luka terparah yang kuterima setelah kau diberi sandaran. Lebih dari itu, kuhadiahkan pula hati yang kini harus menerima penghianatan.
Mengenalmu adalah bagian yang kusebut sebagai memori terkelam. Di dadaku kau pernah bersemayam, sampai ditinggalkanmu aku kehabisan kalam. Sebagai orang yang pernah kutemani di kala malam temaram, kini aku ditinggalkan di hari yang begitu kelam.
-ooo-
Aceh, 20 Desember 2019
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro