Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Suara Sirine

Balada berhamburan tumpah menghindari kerumunan elit-elit berseragam rapih yang turun dari balik mobil hitam gagah yang membunyikan sirine. Kehadiran mereka memecahkan canda tawa yang dihadirkan selembar uang hijau, hasil jerih payah berjemur terik sejak fajar menyingsing.

Wanita paruh baya berlari, menabrak jeruji kokoh yang ternanam megahnya perkotaan. Muda-mudi yang sedang asyik menyanyi riang di tengah padatnya kepulan karbon sontak melarikan diri. Menyelinap di balik badan mobil besar, masuk ke gedung perkantoran, bahkan ada yang nekat menerobos kerumunan pasukan dengan stun gun.

Raungan balita pecah. Meminta susu dari sang ibu yang sibuk menyembunyikan hadir mereka di balik kardus. Sedangkan pria tua lain menanatap lesu pasukan tersebut tanpa mampu berbuat banyak.

Aku bertanya pada Ayah, "mengapa mereka mengejar kami? Memangnya kami ada salah? Bukankah selama ini kami hanya mencari makan? Kami tidak merugikan orang lain? Kami tidak mencuri! Kami tidak berbuat kriminal!" gerutuku.

Ayah mengusap kepalaku lembut. Nanarnya berkaca, sembari menggendongku dan masuk ke dalam salah satu angkutan umum yang sedang terparkir. Aku menatap keripik kentang dan seporsi nasi padang yang belum sempat kami habiskan. Ia memberiku isyarat untuk diam. Sembari menundukkan kepala dan menutupnya dengan topi, yang entah sejak kapan ada digenggaman tangannya.

Kutarik kaos ayah. Aku butuh jawaban. Aku rasa dunia teramat tidak adil untukku. Banyak orang yang berbuat lebih jahat daripada kami, namun tidak mendapat hukuman setimpal. Banyak orang yang terlihat 'baik' ditangisi banyak orang, sedangkan tak ada yang menghargai satupun golongan kamu.

"Yah," kutarik lagi kaos ayah. Ia memelukku erat, debaran jantungnya terasa begitu cepat. Dingin, nan hangat di saat bersamaan. "Mereka tidak salah, mereka hanya menjalankan tugas. Begitu juga dengan kita. Semua punya peran masing-masing dalam hidup."

"Tapi, Yah," kupotong kalimat yang belum ia selesaikan. "Lantas di mana kah letak keadilan itu?"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro