➥ Rokuya Nagi
"Hm~ Hm~ Hm~ "
Senandung seorang wanita menggema diteras rumah sederhana bergaya Jepang lama itu, senyum tipis tersemat dibibir merahnya. Semilir angin menerbangkan anak rambut wanita yang masih asyik bersenandung itu. Anak rambutnya yang berterbangan diabaikan, memilih menikmati kemana semilir angin itu memainkan anak rambutnya.
Tangan mungilnya mengelus perlahan kepala laki-laki yang merebahkan diri dipangkuannya. Rambut pirang dari laki-laki itu terlihat bersinar indah dibawah cahaya matahari yang akan terbenam.
"(Name). "
Wanita yang bersenandung itu berdeham, menjawab panggilan singkat yang dilemparkan laki-laki pirang itu. Laki-laki pirang itu menyamankan posisinya sebelum kembali membuka suara.
"Bolehkah aku merekam senandungmu ini? "
(Name) memasang wajah bingung, tanganya masih mengelus perlahan rambut halus milik suaminya.
"Tentu. Tapi mengapa tiba-tiba, Nagi? "
Gelengan diberikan oleh laki-laki yang tengah menutup matanya, masih menikmati elusan dikepalanya. Pegangnya tangan istrinya, perlahan ia bawa tangan itu kepipinya. Merasakan kehangatan yang menguar dari telapak tangan mungil istrinya.
Kikikan geli keluar dari (Name), tingkah manja dari suaminya membawa getaran menyenangkan didadanya.
"Hanya ingin mendengarkan senandungmu selain diwaktu sore seperti ini. Rasanya sangat menenangkan! "
(Name) menggeleng maklum ketika mendengar nada ceria dari suaminya itu.
"(Name). Bolehkah aku bertanya? "
(Name) yang masih asik mengelus rambut pirang Nagi sedikit mencubit pipi milik suaminya itu, pekik suara kesakitan terdengar dari bibir Nagi.
"Bertanya saja, Nagi. Mengapa kau harus meminta izin? " tanya (Name) membalas pertanyaan Nagi.
Nagi mengucutkan bibir, merasa tak terima pipinya dicubit.
(Name) menggumamkan kata maaf sambil tertawa canggung.
Nagi menatap paras (Name), raut wajah laki-laki pirang itu terlihat serius.
"(Name)... Serenada spesial ini akan tetap jadi milikku, kan? "
(Name) mengangkat kedua alis, lalu tawa riang keluar dari wanita itu.
Masih dengan tawa lebar, (Name) menganggukkan kepala.
"Tentu, Nagi! Serenada ini akan tetap jadi milikmu, dan sudah kuserahkan padamu! "
Nagi menatap haru istri tercintanya itu, ia bangkit dari posisi terlentangnya. (Name) menatap dengan pandangan kebingungan, namun kebingungan itu terhapus setelah dengan perlahan Nagi menarik kepala (Name) untuk bersandar ke bahu Nagi.
"Tidak jadi saja. Lagipula aku yakin (Name) akan tetap menyanyikan serenada ini selamanya, hanya untukku. " ujar Nagi sambil mengelus perlahan rambut yang terasa lembut bak kain sutra milik (Name).
Angin sekali lagi berhembus, sebuah koran tak sengaja terbang dan mendarat disamping Nagi, laki-laki itu melirik judul utama koran yang tergeletak disampingnya. Senyum tersemat dibibirnya. Kepalanya menyender ke kepala (Name). Nagi dan (Name) menutup mata, menikmati angin sepoi yang lagi-lagi menerpa.
"Tentu saja. Karena kita sudah memilih jalan yang akan menyatukan kita untuk selamanya, Nagi. " jawab (Name) dengan nada lembut.
Kedua tangan mereka saling bertautan, saling merasakan 'kehangatan' walau mereka tahu 'kehangatan' mereka sudah menghilang. Menikmati ketenangan karena tidak akan terpisahnya mereka, karena mereka yakin dengan cara ini mereka tidak akan terpisahkan.
'sepasang suami istri ditemukan tak bernyawa di kediaman mereka. Motif bunuh diri belum dipecahkan! '
Nagi menoleh perlahan kebelakang, menatap dalam diam dengan satu jari telunjuk berada didepan bibirnya. Seakan mengetahui apa yang ada dipikiranmu, dan ia ingin kalian menutup mulut.
______________________________
Side Nagi. Fin
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro