➥ Osaka Sougo
"Selamat atas pertunanganmu, Sou-kun. "
Sougo yang sedang meminum tehnya sedikit tersentak, ia mendongak dan menemukan seorang gadis yang sedang tersenyum tipis kearahnya.
"(Name)... san? "
Gadis itu mengangguk pelan lalu menunjuk dirinya sendiri,
"Bolehkah aku duduk didepanmu? "
Sougo sekali lagi tersentak, dengan gugup ia mempersilakan (Name) untuk duduk dihadapannya. Dengan pelan, (Name) mendudukkan diri didepan Sougo sambil mengucapkan terima kasih. Segera pelayan restoran menghampiri (Name). Dengan nada pelan dan anggun, (Name) menyebutkan hidangan apakah yang ia inginkan.
Sougo menatap paras (Name) yang sedang menyimak absen pesanan hidangan miliknya dengan serius. Senyum getir muncul dibibir Sougo, (Name) kembali menatap kedepan dan menemukan Sougo yang memasang senyum tenangnya.
"Terima atas ucapannya, (Name)-san. "
(Name) kembali memberi anggukan, masih menatap manik Sougo. Gadis itu menumpukan kepalanya ke telapak tangannya. Sougo mengalihkan pandangannya, dadanya mendadak bergemuruh ketika ditatap intens seperti itu oleh (Name).
"Bahagia dengan dia, Sou-kun. "
Sougo kembali menatap (Name), gadis itu memasang wajah tenang. Tak mengambarkan ekspresi apapun, hingga Sougo kesulitan mengetahui perasaan apa yang dirasakan oleh (Name).
"(Name)-san... "
(Name) menegakkan badan, menarik napas perlahan dengan menutup kedua matanya. Kembali manik sebening kaca itu menatap mantan kekasihnya yang menatapnya dengan pandangan yang membuatnya goyah.
"Aku tak apa, Sou-kun. Percayalah. "
Sougo menarik napas berat, ia tak bisa berkata jika (Name) sudah menatap dirinya dengan tatapan yakin dan teguh seperti itu. Gadis dihadapannya ini jika sudah berkata 'Tak apa' maka ia benar-benar 'Tak apa'
Dada Sougo berdenyut nyeri, apa benar-benar (Name) tak apa? Dadanya terasa nyeri, bukankah (Name) harusnya lebih merasakan sakit ini?
Sougo merasa sangat bersalah karena tak bisa berjuang tentang hubungan mereka, ia tak berdaya. Tapi sisi lain darinya berteriak, mengatakan jika ia harus mempertahankan hubungan mereka dan menolak perjodohan ini.
Tapi ketika (Name) ia berikan berita ini, ketika gadis lain berteriak, menangis tersedu, atau marah sambil mengutuk. (Name) hanya mengenggam erat tangannya, lalu berkata jika ia harus menerima pertunangan itu.
Karena (Name) yakin, pilihan orang tua Sougo itu yang terbaik. Hanya saja... Bukan dia yang menjadi pilihan terbaik itu.
"Jangan menyalahkan diri sendiri, Sou-kun. Kita bertemu disini untuk menghabiskan waktu terakhir kita sambil bernostalgia, kan? "
Sougo meremas celana yang dipakainya. Ia merasa cemas dan gundah, namun gadis dihadapannya dengan hebatnya bisa mempertahankan ketenangannya.
Sougo rasanya semakin tak rela melepaskan gadis sehebat (Fullname)
"Sou-kun ingat? Saat itu Sou-kun duduk disini lalu segera membuka laptop dan menuliskan sesuatu, namun beberapa kali kau memandang bolpointmu? "
Sougo mengangguk pelan,
"Iya. Aku ingat, setelahnya (Name)-san datang menanyakan pesanan, kan? "
(Name) tersenyum simpul, tangan lentiknya mengelus perlahan meja kayu yang ada dihadapannya.
"Lalu setelahnya aku menawarkan bolpoint untukmu, benar? "
Sougo mengeluarkan sesuatu dari sakunya, sebuah bolpoint berwarna ungu muda tergenggam ditangannya.
"Ya. Sampai sekarang aku masih menyimpan bolpoint darimu, (Name)-san. "
(Name) menolehkan kepala, menatap ke jalanan. Ia menunjuk sebuah titik diseberang jalan, Sougo ikut menolehkan kepala menatap kearah yang ditunjuk oleh (Name).
"Disana. Kita bertabrakan disana lalu bajumu terkena kopi milikku. Saat itu ekspresiku pasti sangat konyol. "
Sougo menyemburkan tawa, pemuda berambut ungu muda itu menutup mulutnya sambil mati-matian menahan tawa.
"Lihat? Bahkan Sou-kun saja sampai tak bisa menahan tawa. "
Sougo menggelengkan kepala berulang kali, masih berusaha menghentikan tawanya. (Name) ikut menyemburkan tawa, bergabung menertawakan memori nostalgia mereka.
"Be-besoknya (Name)-san kembali menabrakku. Kali ini dengan es krim-"
Sougo menyambungkan kisah memori mereka dengan masih tertawa. (Name) menggelengkan kepala, merasa sangat konyol ketika mengingat kecerobohannya dimasa lalu.
(Name) menatap wajah Sougo yang masih tertawa, kelegaan hati memenuhi relung jiwanya.
Baguslah. Memori indah yang ia munculkan di nostalgia ini terasa amat sangat manis seperti selai. Namun terasa singkat bak rasa manis selai yang tak bisa dirasakan lidah selamanya.
Side Osaka Sougo. Fin
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro