Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

➥ Nanase Riku

"...Sudah pagi, ya? "
"Ya... Sudah pagi... Ingin aku buatkan sarapan, Nanase-san ? "

Anggukan pelan diberikan kepada wanita berambut (Hair color) yang duduk dihadapannya. Wanita itu tersenyum tipis, bangkit berdiri menuju dapur dan mulai membuatkan sarapan.

Lelaki berambut merah itu menatap dalam diam wanita yang terlihat cantik walau hanya dengan balutan pakaian sederhana. Tanpa riasan dan perhiasan indah. Polos dan terlihat murni. Mata merahnya melirik lembaran kertas yang berserakan dihadapannya. Pandangannya menyendu ketika judul bercetak tebal tertangkap mata merahnya sekali lagi.

'SURAT PERMOHONAN CERAI'

Sekali lagi hatinya terasa perih, semalaman ia begadang bersama Nanase (Name) untuk membicarakan tentang kelanjutan perpisahan mereka. Atau sekarang bisa disebut (Surname Name) saja?
Nada sendu nan getir selalu dikeluarkan olehnya ketika berbicara semalaman dengan (Name).

Wanita itu terlihat tegar, kedua bola mata indahnya memancarkan keyakinan walau Nanase Riku tahu ada luka yang disembunyikan oleh wanita itu. Pembicaraan malam tadi berjalan lancar tanpa pertengkaran, hanya terbalut dalam diskusi ringan bak seperti ingin merencakan akan liburan kemana mereka esok hari.

Terdengar miris, tapi Riku bersyukur mereka tidak bertengkar.
Karena Riku tak sanggup mendengar suara tangisan atau bentakan dari (Name)

Riku bangkit dari duduknya dengan perlahan. Decitan suara kursi yang beradu dengan lantai terdengar mengiris kedua hati yang sebentar lagi berpisah.

(Name) dengan senyum lebar menoleh belakang,
"Anda ingin pergi kemana, Nanase-san ? " tanyanya dengan nada lembut. Asap masakan mengepul dari arah panci yang sedang memasak sup.

Riku memandang (Name) dengan senyum tipisnya,
"Aku ingin berjalan-jalan sebentar, (Surname)-san. "

Senyuman (Name) sedikit memudar, namun mati-matian (Name) menahan perasaan sesak didadanya ketika melihat tatapan terluka milik suaminya.
"Begitu, ya? Berhati-hatilah. Cepat pulang. "

Riku hanya mengangguk pelan, berbalik badan menuju pintu rumah. Suara pintu yang tertutup bersamaan dengan setetes air mata (Name) yang mengalir.
"Ternyata... Sesakit ini dipanggil dengan marga oleh pasangan hidup kita, ya? "

'•'

Riku masih berjalan. Langkah demi langkah ia lewati. Matanya melirik sepasang kekasih yang sedang bercanda tawa, terlihat begitu bahagia. Dengan getir Riku membisikkan kata 'Semoga bahagia selalu ' didalam hatinya.

Langkah kembali dititi. Seorang wanita tengah mengandeng anak kembar melewati Riku. Wanita itu terlihat begitu bahagia, bercengkerama dengan kedua anak kembarnya yang terlihat menggemaskan.

Riku berhenti melangkah. Ditolehkan kepalanya kekanan. Sebuah cafe bergaya klasik tertangkap matanya. Senyum getir kembali tersemat dibibir. Kilas balik indah mulai merangsek tanpa permisi dalam pikirnya. Sebuah fatamorgana terbentuk dipelupuk mata, meja disamping kaca transparan pada cafe itu diduduki dua orang yang terlihat tak asing baginya.

'Riku-kun! Tahu tidak jika aku sangatttt mencintaimu! '
'Hee!!! Tidak! Tidak! Aku yang lebih mencintai (Name)-chan! '

'Hah?! Tidak, dong! Jelas-jelas aku yang lebih mencintaimu! '
'Ukh... Kalau Riku-kun masih bersikeras akan kucium disini! '

'(Name)-chan mana berani! Sudah kubilang kalau–'

Cup.

'Aku berani, kan?! '
'...tidak adil!!! (Name)-chan jahat!!! '

Riku melebar senyumnya. Sedikit kekehan lirih keluar dari bilah bibirnya. Sekali lagi fatamorgana itu muncul, berganti scene bak film layar lebar.

'Sayang... '
'Ya? Ada apa, sayang? '

'Pffft... Sayang tahu tidak? Aku bermimpi ingin memiliki anak kembar bersamamu! '
'Anak kembar? Seperti aku dan Tenn-nii? '

'Ya! Pasti akan sangat mengemaskan! '
'Baiklah. Kalau itu keinginanmu maka kita akan punya dua jagoan kembar sendiri! '

Riku menutup mata, tak sanggup mengingat mimpi polosnya. Tidak. Mimpi polos mereka berdua. Sesak menusuk-nusuk dadanya. Melebihi rasa sakit sesak ketika ia sedang kambuh. Ia mendongak, menatap langit pagi yang terlihat biru. Bersih tanpa awan yang menutupi warna biru indahnya.

"Riku-kun. "

Riku menoleh perlahan, (Name) berdiri disana. Menenteng bungkusan dengan senyum tipis.

"(Name)-chan. "

(Name) mengangguk, kembali melangkah dan berhenti tepat berada dihadapan Riku. (Name) menolehkan kepala menuju cafe bergaya klasik itu. Senyum tipis terbit dibibirnya, matanya mulai berkaca-kaca.

"Berkali-kali... Ternyata... " gumam (Name) dengan suara menahan tangis.

Riku meraih kepala (Name), menyederkan perlahan wanita yang sebentar lagi akan berpisah dengannya. Riku ikut menatap cafe itu. Maniknya ikut berkaca, ia mulai tenggelam dalam memori fatamorgana itu.

"...kita masih mengingat mimpi yang polos ini, (Name)-chan..."

_______________________

Side Riku. Fin.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro