Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Prolog

 

PROLOG

Seperti kebanyakan orang, sejak kecil aku bercita-cita untuk menjadi seorang dokter di masa dewasa kelak.

Akan tetapi, apa yang terjadi?

Pada akhirnya, aku tidak berakhir menjadi dokter. Aku tidak memasukkan jurusan kedokteran saat pendaftaran berkas online saat itu. Aku sadar diri. Sekalipun aku bisa mendapatkan beasiswa, tetapi tetap saja aku membutuhkan biaya-biaya lain yang tidak sebanding dengan pendapatan Mama.

Aku lulus di jurusan akuntansi yang membawaku berakhir menjadi seorang pegawai kantoran dan besok aku akan mendapatkan gaji pertamaku yang sedikit di atas UMR itu. Besok aku juga akan berumur 22 tahun.

Sekarang pukul 9 malam. Tak akan mungkin ada yang datang mengetuk pintu dan memberikan kejutan untuk ulang tahunku karena aku tak punya teman akrab. Keluargaku juga tidak pernah merayakan hal semacam itu. Aku juga tidak akan mau merayakan ulang tahunku maupun orang lain.

Mengapa juga orang-orang merayakan usia mereka yang semakin bertambah?

Tok Tok

"Aylin? Kamu belum bawa minum, kan?"

Aku bangkit dari tempat tidur, menyibak selimut, dan segera menyalakan lampu kamar. Kubuka pintu kamar. Mama berdiri di depan pintu, memegang gelas kaca berisi air yang bagian atasnya tertutup rapat.

Ketika aku baru akan mengambil gelas di tangan Mama, Mama sudah berjalan melewatiku dan menaruh gelas tersebut di meja samping tempat tidurku.

Mama selalu mengingatkan hal kecil yang sempat kulupakan. Ngomong-ngomong, meskipun aku memiliki ingatan yang baik dalam hal pelajaran, tetapi entah kenapa aku selalu lupa akan hal-hal kecil.

"Temenin tidur, Ma," kataku, merangkak naik ke tempat tidur sembari menahan Mama yang hampir berjalan pergi. Mama ikut naik dan berbaring di sampingku, lalu memejamkan mata sembari menepuk-nepuk pelan punggung tanganku.

Gaji pertamaku akan aku berikan semuanya ke Mama. Aku tidak akan membahasnya malam ini. Aku tak sabar memberikannya. Aku akan siap menggantikan Mama yang sudah menjadi tulang punggung keluarga sejak aku masih kecil. Aku siap jadi budak korporat. Aku akan pelan-pelan dari bawah dan perlahan-lahan mengambil jabatan tertinggi di perusahaan itu.

Kutatap wajah Mama yang semakin menua. Mama langsung tertidur. Pasti lelah bekerja seharian. Besok aku akan meminta Mama untuk berhenti bekerja karena pendapatanku adalah tiga kali lipat dari pendapatan Mama selama ini. Sudah waktunya Mama istirahat total dari segala pekerjaan serabutan yang beliau lakukan selama belasan tahun.

Sejak kecil, aku telah kehilangan Papa. Mama menjadi kepala keluarga. Meskipun tanggungan Mama hanyalah aku, tetapi pendapatan Mama yang di bawah rata-rata itu tidak cukup. Mama bekerja serabutan dengan kakinya yang pincang sebelah.

Saat masih sekolah, aku hanya bisa membantu Mama sedikit karena terbatas oleh usia dan menghabiskan waktu lebih banyak belajar karena ingin menjadi dokter. Di masa SMA, aku bisa membantu Mama lebih banyak lagi, tetapi di tahun ketiga aku menghabiskan waktu 24/7 demi lulus pada jurusan yang aku pilih, yang bertolak belakang dengan jurusan IPA karena berpikir lebih realistis, yaitu akuntansi. Setelah lulus SMA, aku kuliah sambil bekerja dan terbantu beberapa beasiswa yang lebih meringankan beban Mama.

Apa itu jatuh cinta? Aku tak pernah merasakannya. Sekadar menyukai seseorang di masa pubertas? Tidak. Bahkan di umurku yang sekarang, aku belum pernah berpacaran. Aku terlalu sibuk. Tak punya waktu untuk memikirkan hal-hal seperti itu. Duniaku hanya tentang bertahan hidup dari kemiskinan.

Kupegang tangan Mama yang keriput dan kasar. Aku memejamkan mata, menggenggam tangan Mama yang bergerak pelan karena sentuhanku.

Satu-satunya yang kupunya saat ini hanyalah Mama. Meskipun ada keluarga lain dari Mama dan Papa, tetapi Mama satu-satunya penopang hidupku selama ini.

***

"Hoaaam...." Aku merenggangkan kedua lenganku ke atas. Ada sesuatu yang menutupi mataku sehingga aku tidak bisa melihat apa-apa. Apakah ini penutup mata saat tidur? Aku tak ingat pernah memakainya.

Sebentar....

Rambut yang terasa tebal dan panjang yang terasa di punggung yang sedikit terbuka, membuatku membelalak dalam keadaan masih memakai penutup mata. Kutarik penutup mata itu dari lingkar kepala dan aku hanya bisa bergeming di atas tempat tidur dalam posisi seperti seekor katak.

Rambut panjang ini masih terasa. Meskipun aku tidak pernah percaya bahwa kuntilanak berambut panjang itu adalah arwah gentayangan, tetapi saat ini aku terbayang-bayang bahwa di punggungku ada rambut kuntilanak!

Akan tetapi, di mana ini...? Jelas bukan kamarku yang luasnya hanya 9 meter persegi itu. Kupandangi sekeliling ruangan yang hanya disinari oleh dua lampu tidur di tiap sisi tempat tidur ini. Kamar ini luasnya tiga kali lipat dari kamarku. Ada banyak boneka, dari Hello Kitty sampai Doraemon, yang ada di tempat tidur ini. Ukurannya dari yang lebih besar dariku sampai yang hanya segenggam.

Punggungku terasa terbuka sampai rambut tebal ini menyapunya. Aku menunduk. Baju tidur ini hanya sepaha. Bukankah yang aku pakai sekarang adalah piyama seksi yang meperlihatkan belahan dada... tunggu! Memangnya dadaku sebesar ini?

Sepertinya aku mimpi.

Aku mengerjap berkali-kali setelah melihat jarum jam pendek pada jam dinding itu menunjuk ke angka 4 sementara jarum panjangnya terus bergerak. Aku segera berbaring dan memejamkan mata. Mau dipikir bagaimana pun, ini jelas mimpi. Aku tak pernah punya rambut panjang, tebal, dan halus seperti ini. Tak pernah punya dada sebesar ini. Tubuhku tak sepadat ini. Tak pernah! Meskipun aku tidak masuk kategori kurus, tetapi perhitungan BMI-ku nyaris masuk kategori kurus. 18,7!

Tunggu. Pikiranku terus berisik. Ini terasa nyata.

Apakah ini yang namanya lucid dream?

Aku segera duduk dengan frustrasi. Kucoba menyalakan lampu yang membuat ruangan ini berakhir terang. Aku bisa melihat semuanya dengan jelas, lalu terduduk di tepi tempat tidur sambil menggaruk paha yang terasa gatal.

"Aw!" rintihku sembari menatap paha ... berdarah? Bekas luka yang kugaruk barusan mengeluarkan sedikit darah yang membuatnya gatal sekaligus perih.

Apa ini...? Aku tak pernah menggores tubuhku seperti ini.

Jelas ini mimpi.

Akan tetapi, mengapa aku merasakan gatal dan perih di luka itu?

Semuanya semakin tak wajar. Kulangkahkan kaki menuju sebuah lemari pakaian yang di tenganya terdapat cermin besar. Aku terdiam memandang pantulan diriku di cermin itu.

Aku hampir berteriak karena mulai percaya bahwa yang kulihat adalah arwah gentayangan yang sedang memakai piyama seksi dan menakut-nakutiku dengan wajah cantiknya yang mungkin akan berubah menjadi sosok buruk rupa.

Siapa yang kulihat di cermin itu? Zoey Putri Abigail. Seorang primadona di sekolah semasa SMA-ku.

Dan dia sudah meninggal satu minggu lalu karena bunuh diri.

Setiap kali aku menggerakkan tanganku, sosok di pantulan cermin itu mengikutiku seolah aku sedang berada di tubuh Zoey.

Aku duduk di tepi tempat tidur dan menghela napas dalam-dalam. Merenung sebentar, lalu menghela napas lagi. Aku bisa merasakan kelima panca inderaku.

Jika arwah Zoey menggangguku, maka aku pasti punya salah padanya. Kenyataannya, kami tak pernah berurusan. Hidup kami juga terlalu bertolak belakang sehingga mustahil bersenggolan. Aku hanya melihatnya dari jauh dan tak sengaja mendengar segala gosip tentangnya dari orang-orang yang menggosipnya saat masih di bangku SMA. Kabar meninggalnya juga aku baca dari grup angkatan yang anggota grupnya hanya muncul sesekali.

Arwah? Kenyataannnya aku seperti berada di tubuhnya. Arwahku yang masuk ke tubuhnya, kan?

Kutatap ponsel yang tergeletak di atas nakas. Aku mengambilnya. Wallpaper foto Zoey yang sedang mencium pacarnya muncul.

Mahardika Wijaya. Aku hanya mendengar satu fakta itu bahwa Zoey dan Mahardika berpacaran selama SMA.

Aku tertegun memandang waktu yang tertera di layar kunci ponsel ini.

Agustus 2017.

Itu adalah lima tahun lalu. Masa kelas XII SMA semester ganjil.

Jika semua ini bukan mimpi, maka jiwaku kembali ke lima tahun lalu.

Bukan ke tubuhku sendiri, tetapi ke tubuh Zoey Putri Abigail...?

*** 

🌺

catatan:

selamat datang dan selamat membaca 🫶🏻


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro