Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

꒰28꒱ :: Jangan sia-siakan.

Flasback, pembicaraan Gojo dan Haruto꒱

“[Name] tak mungkin kabur terus dari pandangan kakaknya, bukan?”

“... Ah.” Haruto mengangguk setuju.

Gojo bersandar pada dinding di belakang. Melihat lantai. “Aku dengar dari [Name] ... dia sudah dipanggil ke Korea oleh kakeknya.”

“Waduh.” Haruto menutup mulut menggunakan lengan kimono. “Kalau sudah dipanggil ... mungkin darurat banget, sih. [Name]-chan tinggal di sini karena keras kepala.”

“... Kau tahu kapan dia akan pergi?”

Haruto mengangkat bahu. “Tidak. Aku akan coba bicara dengan kakeknya. Omong-omong, Nak Gojo kenapa? Panik, ya~”

“Nggak.”

“Jangan sia-siakan waktumu.”

Gojo spontan menatap Haruto.

“Katanya, orang baru menyadari perasaannya sendiri setelah kehilangan. Itu mainstream, tapi tak bisa disangkal kalau benar adanya.”

“Hmm ....”

Haruto bertepuk tangan sekali. “Jadi! Apa rencanamu nanti?”

Gojo menyungging seringai.

꒰꒰Flasback End꒱꒱

Gojo menutup pintu kamar [Name] setelah berada di luar. Bersandar sebentar sembari memasukkan tangan ke dalam saku. Mengingat pesan yang habis ia baca di ponsel sang gadis. Dari kakek [Name].

“Menyusahkan.” Gojo melangkah.

Jangan sia-siakan waktumu.

“Dia memang gak bisa ditahan, ya?” Gojo mengapit dagu. Memikirkan sebuah cara agar [Name] tak pergi.

Bagaimana jika menyatakan perasaannya?

“Tapi aku masih marah pada [Name], sih ....” Gojo cemberut. “Ck, nyusahin aja.”

“Gojo-san ....”

“Huh?” Gojo berbalik ke belakang. Menemukan Ijichi menggendong buket bunga mawar Juliet dan gebera. “Oh? Letakkan bunganya di depan kamar [Name] aja.”

“Anu ... apa Anda belum ingin berhenti mengiriminya bunga? Maksud saya ... kenapa tak mengatakan perasaan saja?” Ijichi meletakkan bunga itu di lantai.

Sejujurnya ia merasa tak enak hati melayangkan pertanyaan seperti ini pada Gojo. Mungkin lebih merasa tak pantas. Namun, rasa penasaran mengalahkan semua itu. Lagi pula, dia kelelahan juga harus pergi ke toko bunga tiap Gojo menelepon pada waktu yang tak menentu.

“Oh, aku masih marah padanya,” jawab Gojo tanpa ekspresi.

“Eh?” Ijichi mengerjap.

“Jangan bertanya apa-apa lagi, Ijichi.” Gojo berbalik, lantas melangkah.

“Ah ....” Ijichi keringat dingin.

Orang itu marah karena apa?

꒰꒰꒱꒱

“Uh ... kepalaku sakit.”

[Name] perlahan bangkit dari baring sembari memegang kepala. Ia meringis saat sisi kiri kepalanya berdenyut-denyut.

“Seharusnya aku jaga kesehatan.” [Name] mengulum bibir. Melihat sekitar ruangan. Tak menemukan sang surai putih. “Gojo sudah pergi, ya?”

Ia turun dari ranjang. Perlahan melangkah ke sofa dan membanting tubuh di sana kala merasa tak bisa lagi berjalan. Dia meringis kembali, lalu melirik ke meja. Menemukan panci kecil di sana.

“Bubur?” [Name] menyungging senyum kecil. Pandangan melembut. “Gojo manis banget.”

Dia bangkit lagi dan bersandar. “Dia juga yang memindahkanku ke ranjang, ya?” Tangannya terulur menarik panci itu. Mencungkilnya sedikit menggunakan sendok. Merasakan rasanya. Agak asin, tapi tetap nikmat.

“Enak.” [Name] meletakkan sendoknya. Lalu menyandar lagi.

Suara dering ponsel terdengar. [Name] menatap benda pipih itu di meja. Mengambilnya kepayahan. Melihat nama si penelepon.

Kakek.

“Kakek?”

“Pulanglah. Kakek minta kamu berangkat lusa. Kakakmu benar-benar sudah gila.

[Name] menghela napas. Ia menangkap nada khawatir dari suara sang kakek.

“Waktuku ... hanya sampai lusa?”

“Kakek sudah mencoba berbagai cara. Waktumu hanya sampai lusa. Pulanglah, Nak. Kakek akan melindungimu di sini.”

[Name] mengulum bibir. Ingin rasanya menolak. Namun, jika ia keras kepala sekarang, itu tak sopan pada sang kakek yang sudah mencoba menahan kakaknya di sana.

“Baiklah. Terima kasih sudah menahan kakak, ya.”

Kyaa~ akhirnya kamu mau pulang! Jangan lupa ajak Haruto juga, ya.  Kakek mau dia ketemu sama sekretaris cantik! Sampai jumpa!

[Name] mengerjap heran. “Paman Haruto pasti ngikut kakek.” Ia menggeleng.

Jadi ... aku harus meninggalkan Gojo? [Name] menyandar. Menatap langit ruangan. “Padahal dia belum luluh.”

Katanya, cinta pertama sering tak berhasil.

“Aku benar-benar tak mau pergi ....” [Name] mengernyit.

꒰꒰꒱꒱

Haruto menopang dagu. Tangan kanan bergerak di permukaan kertas, mengukir tulisan menggunakan pensil.

“Buntu.” Haruto melempar pensil itu. “AKU TAK BISA MIKIR!”

Ia membaringkan kepala di meja. Lalu mengambil ponsel, melihat isinya. Membuka aplikasi berwarna hijau—untuk mengirim pesan. Haruto mengangkat satu alis saat kontak bernama 'papa' mengirim sebuah foto.

“Papa ngirim foto apa, sih?” Haruto menekan kontak itu. Disuguhkan gambar seorang wanita berambut pendek seperti laki-laki, bertubuh mungil, tapi pada beberapa bagian agak menonjol.

“Oh? Anak ini sudah jadi sekretaris, ya?” Haruto menopang dagu. Lalu membaca pesan dari ayahnya.

Papa
Dia cantik dan imut, 'kan?  Kau tidak tertarik dengannya? Bukankah anak ini pernah kau tolong beberapa tahun lalu?

Haruto memasang wajah aneh. “Aku masih muda padahal.” Ia menyandar. “Umurku sudah 35 tahun, itu berarti ... gadis ini berusia 24 tahun, ya?”

Gadis yang pernah ia tolong sekitar delapan tahun lalu.

“Aku masih bingung sama anak ini, sih.”

“PAMAAN!”

Hm? Haruto mengerjap. Suara itu berasal dari luar rumah. Ia berdiri. “[NAME]-CHAN!” Lalu berlari ke pintu keluar.

Oke, aku mau buat cerita cinta Paman Haruto. Alur juga maju mundur. Tapi itu ditulisnya di akun AnnLoreleiFlo  yaa. Soalnya ini termasuk Original fiction, gak ada unsur-unsur animenya sama sekali.

Fyi, kemampuan Haruto yang bisa lihat masa depan itu gak ada energi terkutuk, yaa. Dia pakainya 'mana'. :33

Ann White Flo.
15 Agustus 2022.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro