Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

꒰27꒱ :: Merawat gadis itu.

Pada pagi hari yang cukup cerah. [Name] keluar dari kamar, menutup pintu tanpa menguncinya. Ia menghela napas. Lantas menarik ponsel dari saku celana jeans, melihat layar ponsel yang belum dinyalakan—untuk bercermin.

Wajah sedikit pucat. Hidung memerah. Mungkin demam. Yah, belakangan ini dia sering keluar saat hujan. Juga begadang tengah malam.

“Biasanya nggak sampai demam?” [Name] menyentuh kening. Merasakan suhu hangat. “Semoga baik-baik saja.”

Masker ia pakai. Menutupi sebagian muka. Lantas beranjak. Namun, baru satu langkah, kerah sweater putihnya ditarik ke belakang.

“Eh?!” [Name] menoleh ke kiri. Disuguhkan pemandangan wajah Gojo yang begitu dekat, tampak mengangkat satu alis. “Gojo?”

“Kenapa pakai masker?” tanya pria itu.

“Oh ... aku agak nggak enak badan.”

“Hmm ....” Gojo melepas kerah baju [Name] hingga gadis itu bisa berdiri normal. “[Name] bisa istirahat dulu aja. Hari ini masih libur, 'kan?”

“Maunya begitu, tapi kalau nggak lihat wajah Gojo sehari aja rasanya hampa banget!”

“... Kau itu lagi sakit, lho?”

“Hehe~” [Name] terkekeh. “Aku mau ke rumah paman Haruto.”

“Buat?”

“Kakekku kembali meminta agar aku kembali ke Korea.”

Gojo bungkam seketika. Bahkan mengepalkan tangan dalam saku.

“Tapi aku masih menolak karena ingin berada di sini ... lebih lama lagi. Aku ingin Gojo membalas perasaanku sebelum kau ingat tentang masa lalu.”

Gojo bungkam. Ia ingat ... [Name] pernah berkata akan terus mengungkapkan perasaannya sebelum ia ingat masa kecil mereka. Jika gagal, maka sang gadis akan ditolak.

Namun, bagaimana dengan sekarang? Hati si surai putih ... sudah mencair.

“... [Name] benar-benar harus pergi?” tanyanya.

“Yeah, aku belum bisa mengendalikan diriku sendiri saat di hadapan kakak. Kakekku juga mudah khawatir jika ada masalah yang berhubungan denganku.” [Name] mengangkat bahu.

“Hee.” Gojo mengeluarkan tangan kanan, lantas menarik lengan [Name]. Melangkah ke kamar gadis itu.

“Eh? Gojo mau apa—”

“Kau lagi sakit. Jadi butuh istirahat, 'kan? Percuma kau pergi dengan kondisi lemah kayak begitu.” Gojo menarik [Name] masuk. Kemudian menutup pintu.

“Kupikir ini tak masalah.”

Gojo menyentuh kedua bahu [Name], mendudukkannya di sofa. Lalu ... dia berjongkok di hadapan gadis itu.

“Gojo?” [Name] memiringkan kepala. Mengerjap. Tak menyangka ... Gojo mau berlutut di hadapan wanita.

Setelah semua rasa tinggi langit pria itu.

“Tubuhmu lemah begini, jadi harus istirahat. Nggak berguna kalau dipakai lawan kutukan,” kata Gojo dengan nada menyebalkan.

[Name] tersenyum hingga mata tertutup. Padahal aku sempat terlena dengan tindakannya ....

Gojo berdiri. “[Name] baring aja.” Kemudian menyentuh bahu sang gadis lagi, memaksanya untuk tiduran.

“Baiklah, baiklah.” [Name] menuruti Gojo. “Terus? Gojo sendiri mau ngapain?”

“Masakin bubur.”

“He?” [Name] mengerjap. “Gojo pintar masak?”

“Kau meremehkanku?”

“Aku hanya kaget ... kok.” [Name] memeluk bantal sofa. Menyembunyikan wajah di sana.

Gojo melepas seragam. Menyisakan kaos hitam panjang. Menggulung lengannya sedikit, menunjukkan tangan kekar.

Aku baru sadar, tangannya Gojo besar banget, ya? batin [Name]. Pemikiran ini membuat diri bertanya, “Apa Gojo bisa memasukkan benang ke lubang jarum?”

“Huh?” Gojo mengikat apron. “Bisalah.”

“Tanganmu besar banget, lho?”

“... Jadi, maksudmu karena tanganku besar aku nggak bisa masukin benang ke jarum, gitu?” kata Gojo. Mengangkat satu alis, juga memasang ekspresi aneh.

[Name] mengangguk. “Iya.”

“Dalam kepalamu itu apa, sih?”

“Gojo.”

“... Sudahlah.” Pria itu berbalik. Menghadap kompor juga pantri. Membelakangi sang gadis.

[Name] tersenyum senang. Kemudian mengeluarkan ponsel dari saku. Aku harus mengabadikan ini, lalu memamerkannya pada paman! batinnya.

“Aku tahu aku keren, tapi [Name] nggak perlu ambil fotoku, dong~” Gojo memasang wajah angkuh.

“Eh? Maaf.” [Name] meletakkan ponselnya di meja. “Gojo ganteng banget kalau dari belakang soalnya~”

“Kau tidur aja sekarang.”

“Tapi buburnya—”

“Aku akan membangunkan [Name] setelah makanan ini masak.”

“Oke!”

꒰꒰꒱꒱

“Hee.” Gojo menyungging seringai. Membawa panci kecil berisi bubur yang  asapnya mengepul, menaruhnya di meja. Melepas apron, dilempar ke sofa tunggal. Lalu berjongkok di depan sang gadis.

Gojo bungkam. Bibir pun sedikit terbuka. Menilik wajah tidur [Name]. Tampak damai. Benar-benar tenang.

Itu membuat jantung sang pria makin berdetak kencang.

Dia berdiri, kemudian membungkuk, menarik tangan [Name] dan diletakkan pada leher, lalu mengangkat tubuh gadis itu dengan bridal.

Ia berjalan ke ranjang. Membaringkan [Name] di sana, menarik selimut yang terlipat di ujung bawah tempat tidur. Membungkus tubuh mungil gadis itu.

Gojo duduk di tepi ranjang. Menatap wajah [Name]. Ia menopang kepala, bertumpu pada paha—tanpa mengalihkan pandangan dari sang gadis sedikit pun.

Kenapa aku bisa punya perasaan kayak gini padanya? batin Gojo.

Ia mengulang semua memori. Sejak bertemu [Name] di jalan setapak sekolah, gadis itu datang mendekat, menyatakan perasaannya, dan terus menempel. Kemudian, menenangkan diri kala kesulitan. Tak pernah meninggalkannya.

Dan dalam proses itu, perasaan sang pria sudah campur aduk.

Nggak ada alasan, ya? Gojo menyeringai. Kemudian terkekeh kecil. “Terserah.”

Ia menatap [Name] lagi. Lalu berdiri dari tepi ranjang. Hendak melangkah keluar dari ruangan ini.

Namun, suara dering ponsel membuat Gojo berhenti.

“Ponselnya [Name], ya?” Ia melangkah ke meja dekat sofa. Menemukan benda pipih itu terus bergetar sebab diserang notifikasi beruntun.

“Hmm.” Bibir Gojo monyong. Apa dia harus memeriksa isi ponsel anak itu?

“... Liat aja, deh~” Pria itu mengambil ponsel [Name]. Menatap layar yang sudah menyala akibat masuknya notifikasi.

Notifikasi itu ... adalah pesan yang dikirim dari kakek [Name].

Udah berapa hari aku baru nongol? 🤧 Maaf, yaa, lagi sibuk di dunia ijo soalnya. Mau cari inspirasi dulu 😂

Ann White Flo.
13 Agustus 2022.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro