
꒰21꒱ :: Pertemuan tak terduga.
꒰Flasback꒱
Tahun 2007. Tokyo, Jepang.
[Name] melangkah santai di jalan setapak area taman. Ia mendongak, merasakan setetes air hujan mendarat di permukaan kulit hingga spontan menutup mata. Dia menghela napas panjang sembari menunduk.
“Semoga Gojo sudah baik-baik saja,” gumamnya. Mengingat keadaan si surai putih yang mungkin saja masih duduk di bangku dekat danau.
“Apa yang membuatnya sampai terpuruk seperti itu, ya?” [Name] mengapit dagu. “Karena lama tidak ketemu ... apa selama ini jangan-jangan dia sudah berubah jadi sad boy?!”
Ah, tapi setiap orang pasti punya kesedihan masing-masing, 'kan? batinnya. Menyangkal ucapan yang baru ia lontarkan.
[Name] mengernyit, juga menggigit bibir bawah. Merasa tak berguna kala sadar ia tak tahu apa-apa tentang Gojo. Logika berkata wajar sebab diri telah berpisah dengan pria itu cukup lama. Namun, perasaan janggal di hati sedikit mengganggu.
“Yah ... asal dia tak melukai dirinya sendiri.” [Name] tersenyum sendu. “Aku harus cepat-cepat pulang sebelum paman Haruto cepu pada kake—”
“[Name]?”
Hm? Gadis itu mengerjap. Seseorang memanggil dari belakang. Perlahan ia berbalik, menemukan seorang pria tinggi. Berambut hitam berantakan ... dengan mata hijau berkilat.
[Name] bergeming seketika.
“Aku benar, ya?” Pria itu menyungging seringai.
“Kakak ....” [Name] menahan napas. Spontan mundur satu langkah.
“Kenapa kau mundur?” tanya pria itu dengan nada sarkas. “Itu menyinggungku.”
Dia bernama Kouno Joon. Kakak kandung dari [Name].
“Kakak kenapa ada di sini? Bukannya Kakak tinggal di Kyoto, ya?” Tangan [Name] terkepal.
“Kau bahkan tak menjawab pertanyaanku dulu.” Nada suara Joon terdengar dingin.
“Aku ingat peringatan ayah setelah mengenalimu.” [Name] menghela napas. “Aku tak tahu alasan dia memintaku menjauhimu, tapi ... kalau boleh jujur. Kau benar-benar menakutkan ....”
[Name] menahan napas saat aroma alkohol juga bau keringat dan telur busuk tercium. Ia mengernyit, menahan diri untuk tak mengapit hidung dengan tangan sekarang.
“Kakak habis 'main', ya?” tanyanya spontan.
“Aku datang ke Tokyo untuk itu.” Joon membungkuk. Tangan kanan terangkat seolah-olah menangkup sebelah pipi [Name]. “Aku beruntung menemukanmu di sini.” Suaranya terdengar rendah.
[Name] mengerjap. Firasat buruk merangsek dalam dada. Melihat ekspresi dan kilatan mata sang kakak makin membuat perasaannya tak enak.
Joon mengalihkan pandangan pada bibir milik sang adik. Menatap fokus pada benda kenyal berwarna pink alami itu. Tanpa polesan apa pun. Sudah cukup mengundang nafsu muncul. Itu berbeda dari bibir merah karena lipstik dari para wanita yang pernah mengangkang di hadapannya.
Pria itu memajukan wajah, bahkan memiringkan kepala.
Membuat [Name] spontan menendang perut pria itu hingga dia mundur beberapa langkah.
[Name] meringis. Seketika merasa bersalah. Namun, perasaan itu tak mengalihkan pikiran dari tindakan yang akan sang kakak lakukan tadi.
“Kak Joon mau apa?” tanyanya dengan nada tak percaya.
“Menurutmu?” Joon berdiri tegak. Mengusap rambut ke belakang. “Kau pasti sadar aku ingin berbuat apa padamu, 'kan?” Dia terkekeh. “Inilah alasan kenapa ayah mau memisahkan kita.”
[Name] menelan ludah. Dia tahu sekarang ... alasan sang ayah memintanya untuk menjauhi sang kakak.
“Aku menyukaimu, [Name]. Tak peduli kita sedarah sekalipun,” kata Joon serius. “Kau muncul di hadapanku ... berbeda dari yang dulu. Kau makin cantik, ya?”
Entahlah. Pujian itu terasa begitu tak enak didengar [Name].
“Nak Joon bisa berhenti sekarang? Aku yang dengar jadi jijik, lho.”
[Name] dan Joon menoleh berbarengan ke kiri. Menemukan Haruto berdiri sambil memegang payung warna ungu.
“Kau makin tidak sadar diri rupanya.” Haruto melangkah ke arah [Name]. Menarik tangan gadis muda itu. “Aku akan bilang ini ke ayahmu karena aku lagi tidak mau menjadi 'paman tukang ikut campur'.”
“Kau datang ke sini itu sudah ikut campur,” balas Joon jengkel.
“Oh? Maaf, ya. Aku memang nggak peka.” Haruto menoleh ke arah [Name] yang membeku. “Ayo pulang, [Name]-chan!”
“Ah ....” [Name] mengerjap, lalu mengangguk. “Ayo.”
Mereka berdua berbalik, melangkah meninggalkan Joon.
“[Name],” panggil pria itu. Namun, ia tak menemukan respon dari sang adik yang makin menjauh. “Aku akan menemuimu lagi. Beberapa tahun ke depan. Jawab pertanyaanku saat itu dan jangan mengecewakanku.” Ia agak berteriak agar sang adik mendengar ucapannya.
“Jangan dengar. Tutuplah telingamu, [Name]-chan,” bisik Haruto.
Gadis itu mengangguk. “Aku tahu.”
Pada sisi lain. Di mana Gojo muda tengah melangkah di jalan setapak sekitar taman. Payung merah berada dalam genggaman. Memutar-mutarkannya di antara jari-jari.
“Payungnya cerah banget,” katanya sembari fokus menilik benda itu.
Hingga tanpa sadar menyambar orang lain.
“Oh, maaf,” kata Gojo tanpa niat. Hanya sebuah formalitas pada orang asing.
“Sial.”
Gojo mengernyit, melempar tatapan aneh pada pria surai hitam yang ia tabrak.
“Kenapa dia makin cantik saat sudah besar?” gumam lelaki itu.
Oh? Matanya warna hijau, batin Gojo. Kemudian lanjut melangkah. Itu mengingatkanku pada seseorang.
꒰Flasback End꒱
Maaf, ya. Chapter ini rada-rada rasanya 😭
Adios.
Ann White Flo.
31 Juli 2022.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro