Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

꒰18꒱ :: Di hadapan matahari sore.

[Name] menangkup wajah, menopang tangan di meja. Tersenyum lebar hingga mata tertutup, disusul rona merah pada kedua pipi. Senang rasanya melihat Gojo makan. Bahkan suasana hati pria itu pun terlihat membaik.

“Kenapa kau menatapku seperti itu, huh?” tanya Gojo dengan pipi mengembung sebelah.

[Name] menunjuk sudut mulut. “Ada krim di ujung bibir Gojo.”

“Terus?”

“Nggak ada apa-apa. Omong-omong, bagaimana perasaanmu sekarang?” Dia mengaduk es krim cokelat di hadapan. “Hujan sudah berhenti! Jadi, rasa sedihmu pun mesti lenyap, dong!”

“Kau pikir aku pengendali cuaca?” tanya Gojo dengan wajah aneh.

“Hehe~” [Name] menyendok es krim itu. Memasukkannya dalam mulut, merasakan sensasi dingin dan manis. “Enaak.”

Ia menoleh. Menatap pemandangan luar. Hujan berhenti sejak mereka duduk di kafe 25 menit lalu. Kini, awan hitam pun berangsur-angsur lenyap menyisakan langit berwarna kuning dan jingga.

“Hei, setelah ini mau ke pantai nggak? Gojo suka liat langit sore, 'kan?” Pandangan beralih pada surai putih.

“Boleh.”

[Name] menanggapi dengan senyuman. Kemudian mencocok cake di depan menggunakan garpu, lalu mengulurkannya pada Gojo. “Coba makan ini. Enak, lho.”

Gojo menatap kue itu sebentar, lalu mengambil alih garpu dari tangan [Name]. Mencoba rasa sepotong cake pemberian sang gadis.

Pipi kanan Gojo mengembung. Sambil mengunyah dia menjawab, “Lumayan.”

“Menurutku ini enak banget.” [Name] menangkup sebelah wajah. “Omong-omong, Gojo selalu mikirin apa saat lihat langit sore? Kalau aku karena warnanya hangat!”

Gojo menyungging seringai. “Ada, deh.”

꒰꒰꒱꒱

“Aku kenyang banget.”

Gojo menoleh, sedikit menunduk untuk menatap [Name]. “Bagus, dong.”

“Gojo juga kenyang, nggak?”

“Lumayan.”

“Aku heran.” [Name] mengernyit. “Tubuhmu masih keliatan bagus padahal suka makanan manis.” Dia menusuk-nusuk perutnya sendiri. “Aku malah nggak punya satu pack pun.”

“... Perutmu rata, tuh?”

“Tapi nggak apa-apa. Ngeri juga kalau aku punya six-pack kayak Mikasa!”

“Terserah. Ayo pergi.” Gojo melangkah duluan. Disusul [Name] yang berusaha menyamai jalannya.

“Sudah berapa lama Gojo suka lihat langit sore?”

“... Nggak tau, sih. Mungkin sejak aku SMA?”

“Gojo tampan banget, lho, kalau pakai kacamata?”

“Iya, dong.”

“Apa kau sering pakai?”

“Saat suasana hatiku bagus, doang.”

“Selain itu?”

“Hmm ....” Gojo mengapit dagu. “Saat aku mau ketemu para gadis?”

[Name] tertawa sembari menggeleng. Menatap ke depan. Langsung disuguhkan pemandangan lautan bersama matahari terbenam.

“Wah, padahal habis hujan, tapi cuacanya sudah bagus seperti ini.” Mata maroon itu berbinar terang.

Pandangan Gojo beralih. Cahaya kuning dan jingga dari sinar matahari juga  pantulan air laut seketika jadi penghangat. Ia tak mengukir ekspresi apa pun. Hanya wajah datar. Meskipun begitu, respon tubuhnya tak bisa berbohong jika ia menikmati momen ini.

“Pergi ke sana, yuk!” [Name] menunjuk pantai. Ingin bermain dengan air laut.

Gojo tak menjawab, tapi melangkah duluan. [Name] menyusul segera. Menyamai jalan sang pria.

Gadis itu tersenyum lebar setelah kaki menginjak pasir putih. Dengan buru-buru, ia melepas sepatu kemudian berlari ke pinggir pantai.

“Gojo! Ayo sini!” Ia melambai pada sang pria.

Gojo memasang wajah jengah, tapi tak ayal menghampiri sang gadis. Berdiri tepat di hadapannya. Sedikit menunduk untuk menatap wajah senang [Name].

“Hei, Gojo,” panggilnya.

“... Kau mau mengungkapkan perasaanmu padaku?”

[Name] menggeleng. “Ada sesuatu yang lebih penting untuk kukatakan padamu.”

“Ho? Apa?”

“Aku nggak tahu pasti keadaanmu sekarang, tapi setelah melihatmu terpuruk seperti tadi ... itu sungguh membuatku cemas.” [Name] mengangkat kedua tangannya. “Boleh aku menggenggam tanganmu?”

Gojo diam. Agak tak menyangka. Walau demikian, ia mengeluarkan tangan dari saku, meletakkannya pada telapak tangan [Name] ... yang langsung digenggam.

Tangannya kecil banget, batin Gojo.

Gadis itu tersenyum lembut sembari menatap tautan tangan mereka. “Aku tak tahu ini berguna bagimu atau tidak, tapi biarkan aku mengatakan apa yang kulihat darimu sekarang.” Ia mendongak, menatap Gojo penuh kehangatan. “Mengenang seseorang itu tentunya hal baik, tapi jika kenangan itu menyakitimu ... bukankah kau harus menghilangkannya?”

Gojo membelalak.

[Name] kembali menunduk. Menatap tangan yang masih menggenggam. “Itu pendapatku ... aku hanya ingin Gojo mendengarnya.” Perlahan, ia melepas pegangan dari tangan Gojo, juga hendak mundur selangkah untuk menjaga jarak.

Namun, Gojo langsung menahan tangan [Name] hingga kembali bertaut.

“Eh?”

“Apa ini maksud perkataanmu waktu itu, [Name]?” tanya Gojo tiba-tiba.

Sang gadis mengerjap. Memutar ingatan setelah mendengar ucapan si pria. Perkataan waktu itu?

“Maksudmu?” tanyanya tak paham.

“Kalimat yang kau katakan pada anak terkutuk di rumah sakit.”

Kita harus merelakan orang yang sudah meninggal. Namun, kamu boleh mengenang mereka ... selama kenangan itu tak merusak dirimu juga.

“Ah ....” [Name] ingat. Ia mengatakan kalimat itu saat si anak bingung memutuskan sesuatu. “Aku ingat, tapi ... apa kau sangat memikirkan ucapanku?”

“Kau pikir kenapa aku langsung pergi setelah misi itu, huh?”

“He?! Karena itu?” [Name] mengernyit. Menatap Gojo tak percaya.

“... Kau menyinggungku, tau.”

“Ah, maaf. Aku nggak tahu ....” [Name] meringis. Merasa bersalah. Ia sungguh tak sadar jika Gojo mendengar pembicaraan bersama anak terkutuk waktu itu.

“Jadi?”

[Name] menghela napas, lalu mengangguk. “Itu maksudku. Jangan sakiti dirimu sendiri karena kenangan mereka yang sudah pergi. Gojo masih hidup, maka nikmati saat-saat ini tanpa terikat masa lalu. Gojo jalan ke depan, bukan ke belakang, 'kan?”

Pria ini membuatnya merasa panik.

Gojo bungkam. Namun, pandangan di balik kacamata tak sekalipun beralih dari sang gadis. Menilik ekspresinya, mendengar ucapannya ... menatap bibir pink yang berkata. Juga merasakan kehangatan dari genggaman tangannya.

Benar-benar membuat diri nyaman.

“Temanku meninggal satu tahun lalu.”

[Name] membelalak. Bibir spontan terbuka, melempar tatapan tak percaya pada sang pria. Apa dia mulai terbuka?

“Namanya Geto Suguru. Aku dan dia berteman baik sejak SMA dengan gelar duo terkuat, tapi kemudian dia menemukan jalannya sendiri hingga membuat perang besar satu tahun lalu  ... dan meninggal di tanganku.”

[Name] mengatup bibir. Spontan menahan napas. Pegangan tangan mengerat, tatapan pun berubah sendu. Ia mulai mengerti kenapa Gojo begitu terpuruk. Apa karena rasa bersalah pria itu? Atau karena ... lelaki ini belum siap melepaskan?

Entahlah. Namun, hal yang pasti adalah ....

“Itu berat banget, ya?” [Name] menyungging senyum. “Kau sudah bertahan dengan sangat baik, kok.”

Pria itu masih bisa tersenyum senang ... padahal sedang menyimpan luka.

Tangan kanan [Name] terangkat, menangkup sebelah wajah Gojo. “Sesekali ... kau boleh melepaskan semuanya. Meski Gojo yang terkuat, bukan berarti kau nggak boleh bersedih, 'kan?”

Sekali lagi. Gojo membelalak lebar.

Ombak besar datang. Ingin menghantam pantai tempat [Name] dan Gojo berdiri. Si pria menyadari itu. Dengan segera menarik sang gadis ke pelukan untuk bertukar posisi. Melindungi [Name] dengan punggung lebar miliknya sembari mengaktifkan mugen.

“Wah ....” [Name] mengerjap setelah ombak itu menghantam mereka. “Aku kaget banget ....”

Hm? Ia mengernyit. Sadar jika Gojo tak bergerak dari posisinya. Masih memeluk, melingkarkan tangan di perut juga sekitaran pundak [Name]. Bahkan makin mengerat.

He?! Ini lebih membuatku kaget?! Wajah [Name] memerah. Senang dan gugup. Jantung pun makin berdetak kencang bahkan tertangkap pendengaran sendiri.

“Gojo, kau kenap—”

Ia mengatup bibir kala pria itu menjatuhkan wajahnya ke pundak. Disusul pelukan yang mengerat lagi, tapi tak membuat sesak.

Ah .... [Name] mengendalikan diri dengan cepat. Kenyataan jika si pria tak melepas pelukannya ... apa ini cara Gojo menuangkan kesedihan?

Apa pun itu. [Name] membiarkan Gojo mendekap dirinya sesuka hati. Sembari ... mengelus punggung lebar pria itu.

Sorry, guys, kalau feel-nya nggak sampe. Lagi agak susah ngerangkai kata-kata 😭😭

Adios.
Ann White Flo.
24 Juli 2022.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro