Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

꒰17꒱ :: Di bawah tangisan langit.

Flasback

Tahun 2007. Tokyo, Jepang.

“Sudah lama aku nggak ke Jepang.”

Dia [Name]. Berusia lima belas tahun. Membeku di depan rumah tingkat dua sambil memegang koper.

“Oh? Sudah sampe?”

Senyuman sang gadis mengembang saat melihat seorang pria keluar dari halaman rumah bertingkat itu. Haruto.

“Haloo, [Name]-chan!” Dia tersenyum lebar.

“Pamaaan!” Gadis itu melambai senang.

“Jadi? Bukankah kamu dilarang kembali ke Jepang?”

Senyuman [Name] lenyap. Melempar tatapan lelah pada Haruto yang masih tersenyum. Kenapa pria ini merusak suasana?

“Aku bakal dimarahi saat pulang nanti.”

“Kakeknya [Name]-chan serem banget, sih.” Haruto membuka pagar rumah. “Masuklah. Kamu cuma satu hari di sini, 'kan?”

[Name] mengangguk sambil berjalan masuk. “Iya. Aku mau menemui seseorang makanya datang.”

“Uwo~” Haruto menutup mulut menggunakan tangan kanan. “Siapa? Pujaan hatimu, ya?”

[Name] mengerjap, lalu mengapit dagu. “Bukan ... tapi aku merindukannya!”

꒰꒰꒱꒱

Kau Gojo Satoru karena kau yang terkuat, atau kau yang terkuat karena kau Gojo Satoru?

“Sial—”

Remaja surai putih mendudukkan diri di bangku panjang menghadap danau. Kedua tangan bertumpu di lutut, tangan kanan pun mengusap rambut kasar. Mengacak-acak. Tampak begitu stres tiap kalimat dari sang kawan terulang dalam kepala.

Dia Gojo Satoru.

Remaja itu menatap kedua telapak tangan. Matanya tertutup poni lebat hingga tak tahu sedang melempar tatapan seperti apa.

Namun, setelah ditinggalkan kawan baik. Sudah seharusnya dia merasa sedih, bukan?

Rasa sedih menghampiri. Pikiran bingung pun menyertai. Ingin mengamuk rasanya, tapi tak mungkin ia lakukan karena itu tak menjamin sang kawan kembali.

Geto Suguru.

“Kenapa dia melakukan ini?” Tangan Gojo mengepal erat.

Di saat itu juga, setitik air mendarat di permukaan kulitnya. Disusul rintikan lain hingga membasahi diri. Namun, ia tak hiraukan, sebab sudah tenggelam dalam rasa sakit.

“Woaah ... hujan!”

[Name] membuka payung berwarna merah. Warna yang cerah untuk cuaca mendung ini. Pada pemegangnya, terdapat gambaran kucing lucu. Jika ditilik, nama sang gadis tertulis di kalung yang hewan itu kenakan.

“Untung aja nggak deras.” Ia berjalan. Segera menyeberang jalan. Setelah sampai, dia langsung disuguhkan pemandangan taman indah dengan danau di sisi kiri.

[Name] mengerjap. Rasa lelah menghampiri setelah jalan-jalan sambil mencari seseorang. Ia punya waktu satu hari, hanya saat ini saja.

Semoga bisa ketemu, batinnya. Lantas melangkah masuk daerah taman. “Tapi mesti istirahat sebentar dulu. Tepar aku nanti.”

Ia melangkah santai. Melirik sisi kiri di mana pemandangan danau begitu menarik. [Name] menyungging senyum senang, lalu berbelok tanpa mengalihkan pandangan dari kolam itu.

“Wah, tempatnya bagus banget ....” [Name] tersenyum senang. “Bagus juga kalau main hujan!” Ia berjalan riang.

Namun, ia seketika bergeming saat aura kuat tertangkap radar indra.

Eh? [Name] mengerjap. Lantas menoleh ke samping kiri. Menemukan ... seorang pria duduk membelakangi juga membungkuk menumpu kedua tangan di lutut.

“Kasihan ... dia kehujanan,” gumam [Name] setelah menemukan pria itu basah kuyup. Terlihat dari pakaian yang makin berwarna gelap karena air juga surai putihnya yang sudah lembap.

Surai putih?

[Name] tertegun. Dengan tubuh agak gemetar, ia melangkah ke depan pria itu.

Masa? Ia berhenti melangkah. Agak menunduk, menatap si surai putih yang masih membungkuk.

Kak Gojo? batinnya. Rasanya campur aduk. Bingung, senang, terkejut, dan sedih.

Bingung karena bertemu tiba-tiba seperti ini. Senang karena akhirnya bisa melihatnya lagi. Terkejut dengan keadaan sang pria yang tak baik ... juga sedih melihatnya seperti itu.

Dia kenapa? batin [Name] lagi. Sedikit mencondongkan tubuh. Hendak mengintip. Namun, surai sang pria menutup wajahnya hingga [Name] menarik diri.

Aku nggak tahu dia kenapa, tapi ... pasti sakit banget, ya? Ia membungkuk. Berbagi payung dengan Gojo.

Selama beberapa saat dia tetap pada posisi itu. Meskipun hanya bisa melihat surai sang pria, tapi itu sudah cukup membuat diri senang. Setidaknya, rasa kangen dalam hati telah terobati.

Tapi aku harus pergi .... [Name] menghela napas.

Hal yang tak ia syukuri sekarang adalah ... karena dia tak bisa menghabiskan banyak waktu di sini.

[Name] menegakkan tubuh. Masih menatap lekat pada Gojo. Ia menyungging senyum kecil, lantas meletakkan payung di pundak pria itu.

Sampai jumpa .... [Name] melangkah mundur. Lalu berlari menjauh dengan cepat.

Meskipun Gojo sudah basah kuyup yang artinya tak dapat diselamatkan dengan payung. Namun, [Name] mau main hujan.

Atau ingin membuat kenangan dengan meninggalkan payung itu pada sang pria.

Flasback End꒱

Tokyo, tahun 2018.

Suara gerimis hujan masih terdengar begitu jelas di area taman. [Name] menyungging senyum lembut. Tangan kiri terangkat, mendarat di puncak kepala sang pria. Mengelusnya dengan pelan. Entah berefek pada Gojo, tapi ia tetap ingin melakukan ini.

“... [Name]?”

Gadis itu tertegun. Mengerjap sebentar, lalu menjawab, “Iya?”

“Apa yang kau lakukan di sini?”

“Aku merindukan tempat ini.” Senyumannya makin lebar. “Dan sungguh kebetulan bertemu Gojo di sini.”

“Hee ....”

“Perasaanmu ....” Suara [Name] sedikit tertahan, takut pertanyaan yang akan dia lontarkan dapat menyinggung Gojo. “Bagaimana?”

“... Buruk banget.”

Namun, Gojo merespon pertanyaan itu cukup baik.

[Name] menegakkan tubuh. “Kalau kayak begitu jangan sampai basah kuyup, dong!” Ia mengulurkan tangan kanan di hadapan Gojo.

Sayangnya, pria itu masih bergeming.

“Tempat ini punya kenangan untukku,” ucap [Name] dengan nada halus. “Rasanya senang, sedih, juga bingung. Itu terjadi delapan tahun lalu, tapi aku masih bisa merasakannya. Ajaib, bukan? Mungkin ... karena aku menganggap kenangan di sini sangat penting.” Ia tersenyum hingga mata tertutup.

“Aku nggak tahu alasan Gojo kayak begini, tapi ... kenangan yang kau bawa ke pemakaman 'seseorang' itu ... pasti berat sekali, ya?” Ia membuka mata, seketika itu juga melempar tatapan sendu. “Saking beratnya ... Gojo masih bisa merasakannya sampai sekarang.”

Gojo tak menjawab. Tidak ingin membalas perkataan sang gadis. Namun, ia tetap mendengarkan dengan baik.

“Nggak ada seseorang pun yang baik-baik saja saat mengunjungi pemakaman orang berharga. Gojo pun kayak begitu, 'kan?” Tangan kanan—yang masih terulur—bergerak sedikit ke depan. “Pergi, yuk. Aku tahu bagaimana cara menghilangkan kesedihan Gojo, lho!’

Gojo menatap telapak tangan mungil sang gadis selama beberapa saat. Kemudian berdiri, lalu merampas payung itu dari genggaman [Name].

“Ayo.” Gojo beranjak duluan.

[Name] mengerjap, lantas tersenyum ceria. Segera mengikuti Gojo, melangkah di sampingnya.

“Kita ke kafe, ya!” katanya.

“Aku mau minuman cokelat.”

“Oke! Nanti aku yang pesan!” jawab [Name] riang. Lalu melirik ke bangku yang sudah jauh jaraknya di belakang.

Aku tiba-tiba penasaran ... saat itu di sana ... aku memberikan dia payung. Apa masih disimpan? [Name] mengalihkan pandangan ke Gojo. Lalu menggeleng.

Mungkin tidak ... lagian siapa juga yang mau menyimpan payung dari pemberian orang asing? batin [Name]. Ingin rasanya tertawa, tapi perasaan agak mengganjal di hati tak mendukung.

Dia sendiri juga menyumbangkan buket bunga dari si pengirim misterius itu ke panti asuhan. Gojo yang memiliki sifat agak cuek pun mungkin akan membuang payung itu, bukan?

Apakah benar?

Extra : Flashback꒱

“... Ha? Payung?”

Gojo muda mengernyit. Menatap payung berwarna merah itu sebentar, lalu menyentuh pegangannya.

“Siapa yang ngasih?” katanya. Menutup penangkal hujan itu. Lalu menatap pegangan di mana ada gambar kucing di sana.

“Hmm ....”

Ia masih menilik gambar kucing itu.

“Ya sudah, simpan saja.”

▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃

꒰Note꒱

Berapa hari aku nggak update, ya? 😭 Sumpah capek banget, aku pulangnya jam 2 siang. Itu pun kadang nggak langsung pulang karena ke sana kemari dulu bareng Ibu, malamnya langsung tepar 😭😭

Yah, tapi chapter ini Alhamdulillah selesai juga.

Adios.
Ann White Flo.
20 Juli 2022.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro