Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

꒰09꒱ :: Menemukan jawaban.

[Name] mulai mengajar. Tepat pada sore hari. Ia bertemu anak perempuan yang menarik pakai kacamata, pria pendek lucu mengenakan baju dengan kerah tinggi menutupi mulut, juga seekor panda yang empuk saat dipeluk.

Anak kelas dua.

“Sial!”

“Menang~!” [Name] mengangkat kedua tangan. Tersenyum lebar juga keringatan sehabis membanting Maki. “Tubuhmu kuat banget, ya. Aku jadi kesusahan!”

Maki mendecih, lalu bangkit berdiri. “Kau kuat juga, ya.”

[Name] terkekeh. “Aku kesusahan saat menyerangmu, lho~ aku memang kurang di pertarungan fisik.”

“Kau sudah cukup bagus.”

[Name] menangkup pipi kanan. “Rasanya Maki yang jadi guru, deh.”

“HA?!”

“Mereka cepat akrab, ya.” Panda menyentuh moncong menggunakan satu jari. Menyaksikan interaksi [Name] dan Maki dari pinggir lapangan. “Dan Maki babak belur.”

Shake.”

“Sama kayak keadaan kita, sih.”

Panda dan Toge pun sudah dihabisi saat latihan pertarungan fisik. [Name] sudah menghajar mereka pada awal-awal latihan.

“Kita harus ke Shoko-san kalau kayak begini, sih,” ucap Panda.

Shakeee.”

“Wah, kalian sudah kena pukul, ya?”

Kedua anak itu menoleh. Menemukan Gojo berjalan santai dengan tangan dalam saku, juga menyungging senyum menyebalkan.

“Satoru? Kau ada urusan apa sampai datang ke sini?” tanya Panda.

“Hee. Jadi aku nggak boleh ke sini gitu?” Gojo cemberut juga mengernyit. Lalu menoleh ke lapangan. Mendapati [Name] dan Maki sedang mengobrol.

“Oh? Dia dapat kelas dua, ya? Pengganti?”

“Masamichi bilang kayak gitu, sih,” sahut Panda. “Lagian kami juga nggak bisa selalu latihan sendiri dan di saat bersamaan juga kadang melatih kelas satu karena dirimu.”

“Kau tahu aku itu sibuk, bukan, Panda?”

Ha'iii, ayo kita pergi sekarang!” Panda berdiri, diikuti Toge. “Maki! Ayo pergi ke ruangan Shoko-san buat diobati!”

“Oke!” teriak Maki agar Panda dapat dengar.

[Name] berpaling ke pinggir lapangan. Mata maroon itu pun spontan berbinar kala menemukan Gojo berdiri di sana.

“GOJOO~” Ia melambai sambil tersenyum lebar.

Sementara Gojo hanya diam mengamati, tak lama mengukir wajah dongkol. “Ih.”

“Satoru, kau dekat dengannya?” tanya Panda.

“Tidak. Dia yang sering mengikutiku.” Gojo berbalik, segera beranjak dari pinggir lapangan.

[Name] melihat Maki. “Kamu ke Shoko-san secepatnya, ya! Aku mau pergi dulu. Bye-bye!” Ia berlari menghampiri Gojo yang sudah agak jauh.

“Ada apa dengan mereka berdua?” tanya Maki sambil mendekati Panda dan Toge.

Panda mengangkat bahu. “Entahlah, tapi Satoru keliatan cukup terganggu.”

“Gojo mau ke mana?”

[Name] berhenti jalan di samping pria itu. Ia mendongak agar dapat menatap wajah tampannya. Meskipun sebagian muka Gojo ditutup kain hitam, [Name]—selama ini—sadar jika si surai putih begitu rupawan.

Namun, ada sesuatu yang membuat diri penasaran.

“Hei, Gojo~” Tangan kanan [Name] melambai di depan muka pria itu. “Aku bukan hantu yang mesti diabaikan, lho?”

“Apa?” Nada suara Gojo terdengar jengkel.

“Apa kau bisa melihat dengan baik meski pakai penutup mata?”

“Anggap saja mataku ini bisa tembus pandang.”

“Woah, jago banget. Bisa keluarin laser, nggak?” [Name] tersenyum sampai mata tertutup.

Gojo mengukir senyum miring penuh bangga. “Kalau mataku bisa keluarin laser kayak Suspermen nanti aku bisa tambah kuat, dong.”

[Name] terkekeh. “Bakal susah kalau kayak begitu. Omong-omong, kau mau ke mana?”

Gojo spontan memasang muka datar. “Kau bakalan ngapain kalau kubilang?”

“Ikut, dong!”

“Nggak.”

“Aku tidak akan mengganggu, kok.”

“Aku bisa sendiri.”

“Memangnya Gojo mau ngapain?” [Name] memiringkan kepala.

“Pergi buat misi.”

[Name] mengangguk-angguk. Akhirnya dia bilang bakal mau ke mana, batin sang gadis senang.

“Semangat kalau kayak begitu, ya!” Ia tersenyum lebar, mengangkat kedua tangan memberi dukungan ringan pada sang pria.

Gojo refleks berhenti melangkah. Menatap [Name] dengan alis terangkat. “... Kau nggak bakalan ikut?”

[Name] menggeleng, kedua tangan pun turut mengibas di udara mengikuti geleng kepala. Pertanda ia menolak agar tak melakukan tindakan yang bisa mengganggu sang pria.

“Aku hanya ingin tahu Gojo mau ke mana makanya bilang bakal ikut.” Ia mengangkat bahu ringan.

Gojo diam. Membiarkan ketenangan menghampiri sesaat. Menatap sang gadis begitu teliti.

“[Name] ini ....” Ia membungkuk. Menyejajarkan wajah mereka, bahkan mengikis jarak, nyaris bersentuhan hidung.

[Name] menelan ludah. Kepala spontan mundur agar jarak masih ada di antara mereka. Jantung pun mulai berdetak tak karuan hingga suaranya terasa mengikis keheningan.

“Kenapa kau terus mengikutiku?” tanya Gojo dengan nada datar. Tidak ada seringai yang terukir di wajah.

Sang gadis mengerjap. Menilik perubahan raut Gojo. Meski hanya tebakan, ia tahu sang pria merasa terganggu, tapi jika [Name] tidak melakukannya ... bagaimana cara dia untuk dekat dengan Gojo?

“Apa itu sangat mengganggumu?” balas [Name]. Ingin memastikan. Sebab Gojo bukanlah orang yang ekspresi wajahnya mudah untuk ditebak.

“Sangat.” Gojo menegakkan tubuh.

Tebakan gadis itu benar.

“Jadi? Kenapa kau mengikutiku? Apa maumu?” tanya Gojo lagi dengan nada yang benar-benar tak enak didengar. Suara yang dapat membuat semua orang ketakutan dan ingin kabur dari hadapan pria itu dengan cepat.

[Name] menahan napas. Mendengar ucapan pria ini ... sejujurnya membuat bulu kuduk berdiri. Itu pertanda jika Gojo benar-benar tak suka. Hal itu mengundang pikiran kalau si surai putih mungkin membenci [Name] jika ia tak mengatakan alasannya sekarang.

Membayangkan hal itu ... membuat [Name] menampik segera. Rasa tak rela memenuhi relung hati. Ia tak ingin Gojo membencinya. Hanya mau Gojo bersifat terbuka, mengingat momen jika mereka berdua adalah kenalan sejak kecil meski singkat.

Oh, perasaan apa ini?

Jantungku makin berdebar kencang, batin [Name]. Menatap Gojo yang mungkin saja melempar tatapan rendah.

Ia tak ingin pria ini menatap seperti itu pada diri. Dia ingin ... Gojo menyukainya.

“Aku menyukaimu,” kata [Name] spontan.

Dia menemukan jawaban atas rasa kemauan tinggi untuk memiliki.

“Aku ingin kau tertarik padaku sebagai wanita, bukan orang yang kuat.”

Itulah jawaban dari kenapa dia merasa tak puas setelah dipuji oleh Gojo. Karena dia menyukai pria itu ... dari awal ... mungkin sejak dulu mulai dari mereka bicara di UKS.

Gojo tak menjawab. Sejujurnya tak menyangka [Name] akan mengungkapkan perasaan. Ia beranjak pergi tanpa berkata apa-apa, mengisi keheningan dengan suara langkah kaki tenang miliknya.

[Name] menahan napas. Seketika terguncang, seperti gempa. Semua rasa jadi campur aduk disusul pikiran negatif. Apa Gojo akan menjauhinya setelah ini? Jika memang seperti itu ... ia akan sangat menyesal karena mengutarakan keinginannya sekarang.

Namun ....

“Hoi! Apa yang kau lakukan di sana, huh?”

[Name] tersentak. Spontan mengangkat wajah, menatap Gojo yang sudah agak jauh di depan sana.

“Eh?”

“Kau mau ikut, 'kan? Cepat jalan sebelum kutinggal.”

Namun, pria itu langsung menghapus pikiran negatif sang gadis.

[Name] mengangguk cepat, bahkan mengukir senyuman senang. Ia menghampiri Gojo segera. Berhenti tepat di samping sang pria.

“Apa kau menolakku?” tanya [Name] penasaran. Bagaimanapun dia membutuhkan jawaban.

Gojo masih diam. Hanya melangkah sambil menatap ke depan.

“Apa kau mau menerimaku saat kau mulai mengingatku?” tanya [Name] lagi.

“Nggak ada jaminan aku akan menyukai [Name] ketika sudah mengingatmu, lho?” balas Gojo dengan nada santai.

“Aku tahu! Makanya untuk itu kau harus mendengar pernyataan cintaku kapan pun aku mengungkapkannya, ya!”

“....”

Gimana? Feel-nya dapet?🥺

Di sini bisa dibilang, [Name] love at first sight, sementara Gojo nanti slow burn🤣🤣

Ya karena memang hati Gojo yang diluluhin😶

Btw, ini agak beda dengan yang di prolog. Bisa dibilang, adegan di Prologue terpecah saat masuk chapter. Aku memang sengaja sebenarnya 🤣🤣

Adios.
Ann White Flo.
Jumat, 8 Juli 2022.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro