Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

꒰05꒱ :: Setelah sekian lama.

“Nah, sekarang dia ada di mana, ya?”

[Name] mengapit dagu sambil berdeham singkat. Ia pun juga mengernyit, berpikir keras di mana kira-kira orang yang dia cari berada.

“Miguel bilang dia bekerja sebagai guru, 'kan? Tapi letak sekolahnya di mana ....” [Name] mengulum bibir. Lantas kembali menyeret koper dan menuruni tangga.

“YAHO! [NAME]-CHAN!”

“Hm?” [Name] menoleh ke kiri. Menemukan seorang pria berumur tiga puluhan mengenakan kimono tidak rapi sedang melambai riang.

“Oh! Hai, Paman!” sapa [Name] balik.

Pria itu adalah Haruto. Paman dari sang gadis.

“Aku sudah menunggumu dari tadi. Kamu mampir dulu ke rumahku, ya!” kata Haruto sambil mengembangkan senyum.

“Ah, oke. Aku juga punya sesuatu yang ingin kutanyakan padamu.”

꒰✐꒱

“Ini enak sekali!”

[Name] tersenyum sambil mengangkat panci berisi sup ayam. “Syukurlah kalau Paman suka.” Ia meletakkan benda itu di meja, lantas menarik kursi dan duduk di hadapan Haruto.

“Omong-omong, apa yang ingin kamu tanyakan padaku?” Haruto menyendok nasi. “Pasti soal 'dia', 'kan?”

“Tentu saja. Aku pulang ke sini hanya untuk menemuinya!” Mata maroon [Name] seketika berbinar, begitu pun dengan senyuman yang makin mengembang indah. “Aku benar-benar ingin melihatnya ....”

Haruto bungkam karena mengunyah. Melayangkan tatapan mengerti pada sang gadis.

“Apa [Name]-chan merindukan dia?” tanya Haruto.

Sang gadis mengatup bibir juga mengerjap. Tak lama kemudian mengalunkan sebuah kekehan.

“Aku tak bisa memastikan perasaan apa ini dan ... jika kau berpikir kayak begitu. Maka silakan.”

Karena selama ini, hal yang ia pikirkan hanya ingin melihat 'dia'. Bagaimana keadaannya? Perubahan yang dia alami selama tujuh belas tahun?

“Dia ada di SMK Jujutsu. Jaraknya tidak begitu jauh dari sini. Lokasinya akan Paman berikan setelah selesai makan.” Haruto menggigit paha ayam.

“Ah, um. Terima kasih.”

꒰✐꒱

“Kau orang yang Okkotsu katakan, ya?”

[Name] mengerjap. Menatap pria berkulit hitam yang tengah menjahit boneka aneh. Dia mengenakan kacamata hitam, bertubuh kekar, juga berewok.

“Iya.” [Name] mengangguk sambil menyungging senyum.

“Namaku Masamichi Yaga, Kepala Sekolah di SMK Jujutsu. Aku tak bisa menerima sembarang orang untuk dijadikan guru. Karena kau harus mengajar, menjaga, dan memastikan anak-anak muridmu aman ... juga ... siap kehilangan!”

Lampu ruangan tiba-tiba mati. Hingga [Name] menaikkan kewaspadaan. Ia menoleh ke kanan kala indra miliknya menangkap sesuatu akan datang dari sebelah sana dalam waktu lima detik.

Tepat setelah hitungan itu, [Name] spontan mundur. Menangkap sesuatu itu menggunakan tangan kanan lalu membantingnya ke bawah tanpa melepas cengkeraman. Menekan benda yang terasa empuk di atas lantai hingga tak bergerak.

Lampu ruangan kembali menyala. [Name] mengerjap saat tahu benda yang ia cekal ini merupakan salah satu boneka milik Yaga.

“Itu teknik kutukanku,” kata Yaga.

“Ah, begitu.” [Name] menyungging senyum, lantas berdiri sambil mengangkat boneka itu. Membuatnya tidur dalam genggaman.

Yaga menatap gadis muda di hadapan. Anak itu punya refleks yang sungguh bagus bahkan dalam kegelapan sekalipun. Ia menilik ciri-ciri [Name], rambut hitam panjang agak bergelombang di ujung, mata maroon penuh binar, juga bibir yang mudah menyungging senyuman.

“Apa alasanmu jadi penyihir?” tanyanya.

[Name] bungkam. Membiarkan keheningan mengisi ruangan. Tak lama kemudian, dia mengembangkan senyuman.

“Sejujurnya ... saya datang ke sini karena mencari seseorang.” Ia menunduk. “Saya tinggal di luar negeri dalam waktu lama dan belajar. Melihat berbagai kematian dan rasa kehilangan. Setelah melewati semua itu, saya jadi berpikir ... ingin menyelamatkan mereka selama mereka mau diselamatkan, dari pada saya diam padahal memiliki kemampuan.”

Yaga bungkam. Tak lama menungging sebuah seringai kekeci “Baiklah. Kau diterima.”

“Terima kasih.” Muka gadis itu makin melunak.

“Omong-omong, siapa orang yang kau cari?”

“Ah ... itu ... saya mencari Gojo Satoru.”

Yaga mengatup bibir sebentar, lalu berkata, “Kau punya dendam padanya?”

“Eh?” [Name] mengerjap. Ia menggeleng dengan kedua tangan melambai—pertanda menolak. “Saya hanya ingin menemuinya. Um ... kami pernah bertemu saat kecil dan dia melakukan sesuatu yang membuat saya sangat berterima kasih.”

Tangan Yaga berhenti bergerak. Seketika bergeming setelah mendengar ucapan [Name]. Anak itu dan Gojo kenal sejak lama?

“Dia lagi ada misi. Kupikir anak nakal itu akan pulang sebentar lagi.” Yaga berdiri. “Aku akan panggilkan seseorang untuk mengantarmu ke kamar asrama.”

“Ah, begitu ....” [Name] mengangguk. “Terima kasih.”

꒰✐꒱

[Name] menatap tertarik pada anak berambut berdiri bermuka datar. Pria muda itu melangkah beberapa jarak di depan [Name] dengan kaku.

“Namamu Fushiguro Megumi, 'kan?” tanyanya ramah.

“Ah ... ha'i,” jawab anak itu.

“Aku Kouno [Name]. Salam kenal, ya, Fushiguro-kun!”

“Iya.”

[Name] mengembangkan senyum hingga mata tertutup. Nyelekit. “Omong-omong, kamu kelas berapa?”

“Tahun pertama.”

“Ohh ... aku bakal ngajar kelas berapa, ya?” gumam [Name] sambil mengernyit. “Yah! Apa pun itu terima aja, deh!”

Wajah Megumi makin datar. Apalagi saat merasakan aura bunga-bunga yang berada di balik punggung. Ia tahu itu berasal dari sang gadis. Tak menyangka perempuan itu ceria dan ramah—setelah ia berkali-kali melihat gadis galak.

“Ini kamar asramamu.” Megumi berhenti di depan pintu bercorak cokelat. Ia merogoh saku, lantas memberikan kunci ruangan itu pada [Name].

Gadis itu menerima dengan senang hati. “Terima kasih, ya. Maaf merepotkan juga.”

“Tak masalah. Kalau begitu, aku pergi dulu.” Megumi segera beranjak.

“Hati-hati!” [Name] melambai riang. Setelah Megumi hilang dari jarak pandangan, ia membuka kunci pintu.

Namun, kuncinya malah mentok.

[Name] menjedotkan kepala ke penghalang ruangan itu. “Aku lupa nggak bisa buka pintu yang terkunci ....”

Ia menghela napas, lantas melirik ke koper. “Lewat jendela aja, tapi ... pasti terkunci juga.”

Ia bergeming. Menyadari tak bisa melakukan apa-apa selain meminta bantuan orang lain.

[Name] mendorong koper miliknya ke depan pintu. Kemudian melangkah keluar gedung asrama. Hendak mencari seseorang agar bisa menolong diri yang kesusahan hanya karena tak tahu cara buka pintu yang terkunci.

“Oh, iya. Gojo nggak lama lagi bakal pulang, 'kan?” Ia mendongak. Menatap langit sore. Menikmati warna-warna hangat hingga mengundang senyuman.

Aku tiba-tiba jadi gugup, batin [Name] saat merasakan jantung mulai berpacu kencang, juga tubuh agak gemetar.

“Bagaimana rupanya sekarang, ya?” [Name] mengulum bibir. Menunduk sambil menangkup kedua pipi. “Dia pasti jadi makin tampan.”

“Aaah, repot banget. Kenapa para petinggi menyusahkan sekali, sih?”

[Name] spontan berhenti melangkah saat suara bernada kesal itu tertangkap pendengaran. Kedua mata membulat lebar kala seorang pria tinggi surai putih berjalan melewatinya.

Orang itu kembali berceletuk, “Kalau sudah tua itu harusnya tinggal aja di rumah nggak melakukan apa-apa. Aku harus hati-hati biar nggak jadi kayak mereka.”

[Name] refleks berbalik. Menatap tubuh bagian belakang pria itu dengan saksama.

Ia kenal nada jengkel juga surai putih itu.

“... Gojo?” panggil [Name] dengan suara kecil.

Huh? Pria itu berhenti melangkah. Spontan menoleh ke belakang.

Menemukan seorang gadis yang menatap diri penuh dengan binar mata.

▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃

꒰NOTE꒱

Aku baru bisa nulis satu chapter setelah beberapa hari libur😭😭 maaf, nggak diduga banget bisa sakit kayak gini 😭

Oh iya, untuk jadwal update belum ditentukan, ya. Silakan pantau aja bio akunku, di situ ada bagian schedule, kalian bisa lihat jadwalnya di sana.

Btw, ganti theme warna abu-abu bisa gak ya?🤣


Adios.
Ann White Flo.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro