Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 7 - Hujan

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ


Air langit turun membasahi bumi, harusnya terasa sejuk, tetapi malah peluh yang bercucuran. Kuperiksa lagi tepat di hati, ternyata telah terbakar oleh dosa.

****

Keramahan senja nan epik berubah menjadi kelabu beserta air langit yang turun. Sudah tidak tahu berapa lama aku meringkuk di atas kasur berbalut sprei bercorak bunga. Membulirkan kayu-kayu kecil sembari menampung titik-titik air yang membasahi sudut bantalku. Lantunan istighfar membuat batin ini makin tersungkur. Kata teguh yang terucap tak seperti kenyataannya. Aku masih saja merangkak dalam perjalanan ini.

Suara gedoran pintu membuat kepalaku mendongak. Semakin keras menggema tanpa ada niat untuk bangkit. Dentingan nada panggil ikut meramaikan ruangan kecil ini. Mungkin sudah puluhan kali gawaiku berkedip dengan foto kontak yang sama. Sunyi, hatiku sunyi.

Ada saatnya hati ini ingin sendiri, bermunajat kepada Sang Khalik. Namun aku hanyalah manusia biasa, yang ingin bersandar. Wanita di balik pintu itu tidaklah salah. Hatiku yang salah membuatnya lelah menunggu. Membuatnya berlari satu demi satu anak tangga untuk satu kata empat suku kata, menemuiku.

Pintu tak lagi bergetar, suaranya melemah. Diiringi suara adzan yang membuatku bangkit. Gagang pintu terasa sangat dingin seperti tubuh wanita berkhimar maroon yang langsung berhamburan memelukku. Ia tergugu. Aku pun tergugu dalam tangan yang membalas pelukannya.

"Astaghfirullaha'adzim Cle, kamu tuh kemana aja? Aku dari tadi nyariin...Aku cari di hotel, katanya kamu nggak masuk. Terus aku udah nelpon kamu berkali-kali kamu nggak jawab-jawab, kamu kenapa Cle? Sakit? Ya Allah pucet banget, dan kamu tahu—nggak hanya aku yang khawatir, semua orang rumah! Tadi juga aku di anter Bang Tafa, Bang Tafa sekarang masih nunggu di bawah Cle tapi mungkin sekarang udah di masjid," kata Maryam sembari memindaiku, menyentuh dahiku, memelukku berulang-ulang. Aku menatapnya sendu.

"Aku nggak kenapa-kenapa Mar, ayuk kita sholat dulu," kataku menginterupsinya sembari menarik sudut-sudut bibirku.

Maryam menghela napas. Ia memegang tanganku lalu berkata, "Iya Cle, tapi selepas sholat aku sudah siap menjadi tempatmu bercerita, aku sangat tahu Cle. Kamu—sedang tidak baik-baik saja."

"Insya Allah Mar, aku wudhu dulu ya," kataku dengan suara lirih.

***

Selepas sholat maghrib yang diimami oleh Maryam, kami telah duduk diatas kasur sembari tetap membulirkan manik kayu untuk bertasbih. Maryam menatapku sendu.

"Cle, mau kah kamu membagi keluhmu?" tanya Maryam sembari mengusap punggung tanganku. Nampak pancaran tulus yang tersirat dari maniknya.

"Tenang Cle, Bang Tafa sudah aku kabarin, biar nggak nunggu," kata Maryam seperti tahu yang ada dipikiranku. Aku menyandarkan punggungku pada bantal yang sudah berdiri tegak. Aku masih saja tak bergeming.

"Dapatkah aku menebaknya? Kamu baru saja bertemu dengan keluargamu ya. Lebih tepatnya...Mamamu?" tanya Maryam. Aku mengangguk. Maryam sangat tahu jika hatiku mendadak lemah jika bertemu dengan keluargaku.

Helaan napas panjang awal mula ku berbagi cerita dengan Maryam. Ia mendengarkanku tak bergeming, tanpa menepis apapun. Ia hanya manggut-manggut. Sesekali ia mengusap punggungku saat air mata ini terjun bebas.

"Lalu aku harus bagaimana Mar? agar hati ini lebih kuat. Aku sangat rindu Mar, bahkan hatiku senang saat melihat mereka walaupun hanya sebatas punggungnya saja," kataku sembari mengusap pipi yang telah basah.

"Aku tahu Cle betapa beratnya langkahmu meninggalkan mereka. Betapa besarnya kerikil-kerikil itu mengiringi ragamu. Tetapi Cle, semua milik Allah. Keluargamu pun milik Allah tak peduli mereka ingkar, mereka tetap milik Allah. Benar adanya diri kita nggak semulia Nabi Ibrahim Alaihi Salam yang memiliki keteguhan yang Masya Allah, bijaksana, keimanan yang Masya Allah. Kita pun juga nggak sesabar Nabi Ayyub Alaihi Salam yang mampu bertahan dengan sakitnya. Tapi kita masih di bumi Allah. Munajatkan semua hal kepada Allah yang Maha Baik. Selalulah minta doa yang terbaik untuk mereka."

"Laa Tahzan Inallaha Ma'anaa."

"Saat batinmu mulai kecewa sama Allah ingatlah ayat ini Cle, Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, ya Tuhanku. Qs. Maryam : 4."

Aku memeluk erat Maryam, aku tidak akan berhenti berdoa meski rambutku telah memutih nanti, teguhkanlah hati hamba pada agamamu Ya Allah.

"Jazakillah khoir Maryam."

***

Awan-awan di langit seakan bernostalgia mungkin sebentar lagi titik-titik beku di atmosfer akan luruh. Membasahi bumi tempat kaki ini berdiri. Suara kemeriuh kelas mawar b membuat hati ini merasakan atmosfer hangat saat rindu dengan suasana rumah.

Hari ini pelajaran menggambar untuk pendekatan tematik "Diriku" dengan sub tema kesukaanku. Setelah mereka melihat video tentang seorang anak kecil yang menjadi dokter cilik, saatnya implementasi. Semua anak-anak dapat berekspresi melalui gambar apapun sesuai dengan kesukaan masing-masing.

Aku berkeliling, melihat gambar mereka masing-masing. Ada yang menggambar garis yang di putar-putar seperti benang kusut, ada yang menggambar ayam goreng, ada yang menggambar sawah disertai matahari yang diapit dua gunung, ada yang menggambar logo merah bertuliskan "youtube," aku terkekeh sendiri mengapa generasi sekarang menjadi candu dengan youtube? Dan bahkan tak sedikit yang bercita-cita sebagai youtuber.

Namun perhatianku teralihkan kepada Nick. Ia menggambar sebuah stetoskop dan suntik walaupun tidak sempurna.

"Nick sayang besarnya mau jadi dokter ya?" kataku sembari mengusap rambutnya yang berwarna coklat.

"Iya Miss biar bisa sembuhin orang," katanya polos.

"Masya Allah, semoga cita-cita baikmu terwujud ya handsome," kataku yang melihat ketampanannya dengan netra berwarna biru.

"Masya Allah itu apa sih Miss? Mama nggak pernah mengajarkannya sama Nick. Terima kasih Miss, nanti kalau Nick sudah jadi dokter Miss Cle berobat ya," katanya membuatku tersenyum.

"Masya Allah itu kalimat yang mengagungkan Tuhan apabila Miss mendengar sesuatu yang menakjubkan Nick. Iya yang jelas Nick harus berdoa terus ya sama Tuhan, berbakti sama kedua orang tua, dan selalu berbuat kebaikan kepada sesama." Nick hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

Netraku tertuju pada gambar Izza. Ia sedang menggambar wanita berkerudung panjang. Entah ada rasa yang tak bisa dituliskan, anak berumur lima tahun dapat menggambar seperti itu.

"Cita-cita Izza apa?" kataku membuatnya mendongak mengayunkan bulu mata lentikknya.

"Izza pengen jadi sepelti anaknya Nabi Muhammad Miss, kata bunda bisa menutup badannya kayak gini." Hatiku bergetar, orang tuanya sungguh hebat menanamkan kecintaannya terhadap Rasulullah serta keluarganya sedari dini. Memang pasangan sempurna, seakan terselip rasa nyeri saat kata itu terucap.

***

Bel tanda pulang telah berbunyi, sebagian siswa sudah ditunggu oleh wali masing-masing. Langkah-langkah riang beriringan ke luar. Saat ini di kelas mawar b hanya tersisa tiga siswa yang sedang menunggu. Mereka adalah Nick, Thomas dan Izza. Nick dan Thomas sedang asyik dengan mainan bus yang bergerak maju mundur, cantik, cantik, serta duel antara mobil Nick dan bus milik Thomas.

Aku menghampiri Izza yang sedang melihat kedua temannya itu bermain.

"Miss Cle, kenapa meleka sukanya main mobil-mobilan? Kan kasian mobilnya di tablak-tablakin gitu," kata Izza mengerucutkan bibirnya lucu.

"Mereka lelaki Izza, kalau mereka main boneka jadinya malah lucu, hihihi," kataku sembari mengusap pucuk jilbabnya.

"Oh gitu..." katanya manggut-manggut semakin terlihat menggemaskan.

Karena merasa keduanya merasa diperhatikan oleh kami, Nick dan Thomas malah main di depan meja Izza. Dengan menirukan suara knalpot mobil sport Nick menyerang bus tayo milik Thomas.

"Kalian kok gitu sih, mobilnya lusak nanti!" lalu Izza mengankat kedua tangannya,"sebental-sebental ada semut mau lewat. Kata oma nggak boleh dibuat mainan semutnya."

Sontak Thomas dan Nick menghentikan duelnya, sambil mendengus dan tidak membalas ucapan Izza justru memilih diam.

Aku terkekeh, melihat banyak sekali perubahan Izza sehingga ia sudah mulai berkomunikasi dengan teman-temannya. Mereka semua melihat semut yang sudah berhasil turun.

"Miss Cle kan suka celita, bisa celitain kenapa semut itu nggak boleh kita buat mainan? kata Oma itu dosa. Tapi oma nggak celitain kenapa kok bisa dosa," tanya Izza.

"Buat Mainan?" Izza mengangguk. Mungkin maksudnya membunuh semut ya? Aku mengerti jika semut adalah umatnya nabi Sulaiman, akan tetapi rasanya untuk fakir ilmu sepertiku tidak pernah menyangka akan menghadapi pertanyaan seperti ini dari anak umur lima tahun. Aku menggaruk tengkuk yang tidak gatal.

"Jelas kasihan sayang karena semut itu ciptaan Allah sama seperti Izza. Karena mereka itu adalah umatnya Nabi Sulaiman. Yang dimana Allah menanugerahkan kepada Nabi Sulaiman dapat berbicara terhadap semua binatang," kataku.

"Jadi Nabi Sulaiman bisa bicara sama semut? Semutnya bilang apa Miss sama Nabi Sulaiman?" kata Thomas ikut memperhatikan.

Sungguh aku tidak mengerti jawabannya, tidak mungkin aku mengisahkan tanpa dasar. Tetapi melihat mereka yang sedang mengerjapkan matanya membuatku menghela napas.

"Jadi gini..."

Namun suara bariton membuatku menoleh, ia ayah Izza yang ternyata sedari tadi mendengarkan percakapan kami. Ayah Izza tiba-tiba telah duduk di seberang mejaku. Semua mata anak-anak menuju Ayah Izza.

"Pada suatu hari Nabi Sulaiman Alaihi Salam melakukan perjalanan ke daerah Thaif. Dalam perjalanan itu, ia membawa pasukan yang sangat banyak. Pasukan itu terdiri atas manusia, jin, dan burung-burung.

Di tengah perjalanan, Nabi Sulaiman AS dan pasukannya memasuki sebuah lembah. Di lembah itu terdapat sarang semut. Melihat banyaknya pasukan yang dibawa Nabi Sulaiman, para semut pun ketakutan. Mereka khawatir terinjak-injak pasukan besar itu.

Jirsan, sang raja semut yang berasal dari Bani Syishibban berkata pada semut yang lain, ''Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari." (QS an-Naml: 18).

Mendengar perkataan raja semut yang ketakutan, Nabi Sulaiman as tertawa dan bersyukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta'alla yang telah memberi keistimewaan kepadanya, sehingga ia dapat memahami ketakutan para semut. Ia kemudian berdoa kepada Allah SWT.

"Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai, dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh." (QS an-Naml: 19).

Nabi Sulaiman kemudian meminta pasukannya untuk berhenti. Para pasukan yang tak mengerti maksudnya menjadi kebingungan. Nabi Sulaiman as menjelaskan apa yang ia dengar dari raja semut dan rakyatnya. Akhirnya, mereka mencari jalan lain untuk sampai ke tujuan. Nahmakanya itu sayang sifat kasih dari Nabi Sulaiman yang patut kita contohmengasihi semua makhluk."

Aku terbawa pada setiap aksara yang terucap darinya begitu tegas, lembut dan tak ada kesan menggurui. Pesonanya terasa walaupun hanya melihat ujung jarinya. Entah ada kata damai yang sedari tadi menelisik-lisik, namun lagi-lagi aku melihat cincin yang melingkar di tangan kanannya. Astaghfirullah Cle tak patut!

"Maafkan Izza ya Miss Cle, sampai membuat bingung. Saya juga terkadang kewalahan dia mewarisi sifat kritis bundanya," kata Pak Ahnaf.

Saat sadar namaku dipanggil, "Iya tidak apa-apa Pak Ahnaf. Anak kecil memang begitu, saya dulu juga sewaktu kecil banyak ingin tahunya. Emm—saya boleh bertanya Pak?"

"Silahkan Miss Cle," katanya dengan tersenyum, astaghfirullah runtuhsudah.

"Jika tentang hukum membunuh semut bagaimana Pak Ahnaf?" kataku sembari mengatur degub jantungku saat netraku bersirobok.

"Menurut hadis dari Ibnu Majah, Rasulullah Sholallahu Alaihi Wasalam melarang membunuh burung shurad, kodok, semut dan burung hud-hud.

Namun dari pendapatnya Imam 'Amudi dalam kitab Husni an-Najwa dari gurunya, Imam Ibnu Hajar bahwa boleh membunuh hewan hasyarat (hewan melata kecil, termasuk semut) ketika menyakiti dengan cara membakarnya ketika memang tidak ad acara lain selain membakarnya." (Abdurrahman bin Muhammad bin Husain bin Umar Ba'lawy, Bughyah al-Mustarsyidin, hal. 551)

Membunuh semut adalah hal yang diperbolehkan kecuali pada jenis semut yang besar dan panjang yang biasa ditemui saat membongkar rumah, sedangkan pada jenis selain itu diperbolehkan terlebih saat wujudnya dapat menyakiti manusia. Tetapi, alangkah baiknya kita lebih berhati-hati. Wallahu a'lam bishowab."

"Jazakillah khoir Pak atas ilmunya."

"Waiyyaki Miss Cle."

"Yuk sayang, pulang. Salim dulu sama Miss Cle."

"Assalamualaikum Miss Cle, da da teman-teman."

Terlihat kedua sosok yang punggungnya semakin mengecil di bawah hujan turun. Jika dapat kusampaikan kepadanya, aku mohon jangan membuat denyutan yang tak terlihat ini berpacu saat pesona itu memancar. Aku dapat mudah menghindar dari rasa yang memang diberikan untukku secara cuma-cuma berbalut ikhlas. Tapi mengapa aku malah mempertahankan jelaga rasa ini? Sungguh aku sangat malu dengan Allah yang sedang memperhatikanku saat ini. Apakah aku masih pantas disebut hamba?

****

Jazakumullah Khoir teman-teman SWP sudah mau baca, sampai part sekian.

Pernah ngerasain cidaha tbls (cinta dalam hati tak terbalas) nggak nih?

Semoga makin kesini MS dapat diterima di hati kalian.

Masih semangat semua kan pembaca SWP!!!

Jangan sampai ketinggalan vote dan komen semua karya temen-temen SWP gen 3, yang lainnyaa. Soalnya niih, ada GA yang pastinya kece bangeett!!!!!!!

Barakallah Fiikum,

Ayaflu from the other side.

Love Kinz, kinazadayu

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro