Bab 8 - Cemburu Rasa Cokelat 80%
Siapa yang cemburuu heiiii?
Biar nggak cemburu, ikutan PO aja, yuk! 😍
Kisah Sebelumnya :
Aran mencoba mengingat barang-barang yang digudangkan setelah Nonna meninggal. Akhir minggu ini, Aran akan membongkarnya.
Dirinya harus menemukan resep sihir itu!
Agar Cinia bisa bahagia seperti dirinya.
Agar Cinia tak lagi menahan tangis yang terus menggerus dadanya.
Agar cewek yang paling berharga dalam hidupnya itu bisa terus hidup.
Cinia berusaha mengalihkan rasa kecewanya akibat peristiwa di Klub Masak kemarin. Untuk catatannya sendiri, dia tidak akan mau untuk diajak Aran lagi ke sana. Apa pun alasannya!
Dulu, Aran memang cukup sering mengajaknya ke klub. Namun, memikirkan cowok itu seorang ketua dan membawa cewek tidak bisa masak sepertinya ke dalam klub, rasanya pasti tidak akan menyenangkan. Cinia pun selalu menolak. Dan sekarang, Cinia menyesal kenapa dia tidak terus saja menolak.
Bagaimana pun Cinia tak ingin menyalahkan Aran juga Bana. Ini sepenuhnya kesalahannya yang tidak bisa tegas berkata tidak kemarin. Apalagi pesan yang baru diterima pagi ini juga memporak-porandakan hatinya.
Cewek itu menangkup wajahnya dan menguceknya kasar ketika mendengar suara salam dari luar rumah. "Semangat, Cinia!" bisiknya berulang.
Cinia pun bergerak menuju gerbang untuk mempersilakan Aran masuk untuk sarapan bersama.
Pagi ini Aran sudah menyiapkan roti isi aneka warna. Cinia merasa bentuknya cukup cantik. Rasa mayonya pun manis. Sayangnya, mood Cinia belum kembali. Dia berusaha sekuatnya untuk menghabiskan setidaknya empat potong roti seperti biasa. Akan tetapi, Aran tidak bisa ditipu.
"Enggak suka, ya?"
Cinia menggeleng dan tersenyum tipis. "Sorry, tapi lumayan, kok."
Aran tahu, kata lumayan bagi Cinia tidaklah cukup. Ekspresi gadis itu sama sekali tidak bahagia. Senyum getir yang dipaksakan, seperti sesuatu yang buruk sudah menanti di depan mata.
"Bapak pulang malam nanti," bisik Cinia.
Mendengar kata itu, jantung Aran seperti diremas kuat. "Ada yang bisa gue bantu?" Saat itu Aran sadar kalau dia salah berucap. Cinia adalah cewek mandiri yang selalu merasa gengsi jika dibantu. Apalagi, Cinia masih memendam semua masalahnya sendiri. "Eh, maksud gue, kali-kali lo butuh gue bantu beberes."
Serbet makan yang ada di meja melayang ke wajah Aran dengan telak. "Enak aja. Emang aku sejorok itu?!" Cinia tertawa kecil.
Aran berusaha tersenyum. Dia tahu Cinia akan terus merahasiakan tentang kekejaman bapaknya. Cewek itu berusaha berdiri dan tegar seorang diri. Maka, Aran pun mengalah dan tak mendesak. Aran harus mencari cara lain untuk membahagiakan Cinia.
Dengan resep sihir rahasia Nonna.
Cinia dan Aran pun berpisah ketika tiba di sekolah.
Masih dengan langkah gontai, Cinia bergerak menuju kelas. Wajahnya semakin pucat ketika mendengar suara memanggil namanya di depan ruang guru.
"Cinia, ini formulir beasiswa semester depan. Jangan lupa dikumpulkan Senin, ya." Wali kelasnya tersenyum ramah. "Kamu murid yang hebat, Cinia. Bapak dan Almarhum Ibu pasti bangga padamu."
Hanya anggukan dan senyum yang dipaksakan bisa menjawab pujian itu. Cinia tak tahu apa pun tentang ibunya. Dia terlalu kecil untuk bisa mengingat. Mengharap cerita dari bapaknya adalah sebuah kemustahilan.
Dia harus meminta tanda tangan bapak. Itu adalah hal paling dibencinya seumur hidup!
"Liburan semester sebentar lagi. Ibu harap, kamu juga bersenang-senang bersama teman-teman."
Lagi-lagi Cinia hanya bisa berterima kasih sebelum akhirnya berpamitan untuk kembali ke kelas.
"Jadi, libur semester ini kita akan ke Anyer!" Suara melengking Diatry mengejutkan Cinia yang baru saja akan berbelok menuju kelasnya. Suara cewek itu begitu keras sampai terdengar ke tikungan koridor.
"Soal bekal, serahkan pada BanaNa Lovado!" Bana menepuk dada bidangnya dengan bangga. Semua yang ikutan akan mendapat diskon 10%!" Suara Bana juga ternyata tak kalah kencang menghebohkan suasana pagi Cinia yang tadinya suram.
Ketika masuk ke kelas, Cinia melihat Diatry si Wakil Ketua Kelas rasa Ketua dan Bana di siswa biasa rasa pengurus sudah berdiri di depan kelas memimpin sebuah rapat dadakan.
"Pagi, Cinia!" Bana menyapa riang. "For your information, ini rapat untuk memutuskan kelas kita mau piknik ke mana saat liburan semester sekitar dua bulan lagi." Tangan kukuhnya melambai menyuruh Cinia lekas masuk dan duduk.
Tak enak menjadi pusat perhatian akibat ulah Bana, Cinia pun bergegas duduk di bangkunya.
"Untuk biaya per orangan, nanti biar bendahara dan ketua kelas kita yang akan mengaturnya." Diatry bersedekap puas. "Yang penting suara sudah bulat bahwa kita akan ke Anyer dan menginap dua hari satu malam."
Mata Cinia membelalak mendengar kata menginap. Yang benar saja! Berapa biayanya?!
"Kenapa harus menginap? Apa diizinkan oleh para guru?" Cinia menoleh ke sumber suara yang ternyata salah seorang cewek di kelasnya. "Aku nggak akan boleh ikut kalau nginep. Mamaku protektif."
Suara gelak tawa menyambut kalimatnya tadi. Namun, ternyata setelahnya banyak juga yang mengajukan keberatan karena bisa saja tidak dapat izin dari orang tua mereka.
Cinia mengembuskan napas lega. Mengerikan membayangkan biaya yang harus ditanggung jika sampai menginap. Cinia, tak suka keluar rumah, tapi ikut liburan bersama teman rasanya menyenangkan. Kabur dari rumahnya adalah hal yang paling dia idam-idamkan.
"Ya udah deh!" Diatry tampak tak senang, tapi dia cukup bijak untuk menyetujui permintaan teman-temannya. "Tapi, kita bikin jaket kembaran ya, Guys! Biar pas difoto, kita bisa kompakan gituuu!" Kedua jempol yang diacungkan tinggi ke atas langsung mendapat persetujuan teman-teman sekelasnya.
Cinia menghela napas panjang. Harusnya dia tahu bahwa tidak mungkin semudah itu untuk menekan biaya. Ya, sudahlah. Dia tidak perlu memesan. Dia tidak usah berfoto bersama saja. Dengan begitu, semua akan sama-sama senang, bukan?
"Nah, soal desain, biar kalian yang merasa sanggup bikin desain yang bikin. Aku tunggu sampai minggu depan, lalu kita vote." Diatry berkacak pinggang puas.
"Kalau begitu rapat kelar. Sekarang, siapa yang mau pesan BanaNa Lovado buat besoook?" Bana bertepuk tangan dengan meriah yang langsung disambut dengan serbuan cewek-cewek yang kelaparan.
Cinia pun kembali menyandarkan punggung mungilnya di kursi dan mulai menyiapkan perlengkapan belajar.
Saat hendak pulang, Cinia ternyata masih dihebohkan dengan urusan jaket yang ternyata sudah selesai didesain saat pelajaran. Sungguh sesat luar biasa!
Karena sang desainer memang sangat berbakat, suara bulat pun langsung tercipta. Cinia cukup suka desainnya. Warna biru indigo dengan logo kelas berwarna kuning yang tampak mencolok. Ornamen garis putih di beberapa bagian menambah kontras yang memukau. Seandainya keuangan keluarganya seperti Aran, tentu dia akan dengan senang hati memesannya. Lumayan untuk menghalangi cahaya matahari ketika pulang menyapa kulit pucatnya.
"Tulis nama dan ukuran jaketnya, ya!" Erina mengangsurkan buku catatan ke arah Cinia. Bendahara kelas itu tersenyum ke arah Cinia.
Selintas Cinia melihat sudah banyak yang mengisi nama dan ukuran jaket mereka.
"Maaf, Na. Aku nggak ikut beli jaket, ya." Cinia berusaha terlihat baik-baik saja.
"Eh? Kenapa? Sayang, lho! Nanti kalau foto bareng 'kan jadi jelek."
Cinia menggeleng. "Aku ikut pikniknya, tapi nggak usah ikut foto bareng. Biar nggak ganggu kompaknya. Enggak apa-apa, kok."
Erina terlihat tak enak. "Yakin, Cin? Bisa dicicil, kok. Aku talangin dulu nggak apa-apa."
"Kamu baik banget, Na. Tapi, makasih. Emang nggak ada budget buat beli jaket. Budget buat ikutan aja udah mepet." Cinia lagi-lagi memperdengarkan suara tawa yang getir.
"Ya udah, kalau kamu berubah pikiran, kabarin aja, ya. Jangan sampai nggak have fun nanti." Erina tersenyum tulus.
Cinia sangat menghargai kebaikan temannya itu. Namun, sama seperti yang ia katakan pada semua orang, cewek itu tak suka berutang budi.
"Oh, aku sudah kirimkan file surat izin piknik ke WAG. Tinggal kamu print terus minta tanda tangan orang tua, ya." Erina menambahkan dengan cepat.
"Terima kasih banyak." Namun, rahang Cinia berkedut berusaha menahan semua sesak yang terus menggumpal di dadanya.
Akan tetapi, Cinia hanya bisa menelan liur untuk mengenyahkan semua lara sambil membereskan semua buku di kolong mejanya. Saat itulah dia menemukan kantong kertas cokelat dengan kartu biru yang baru.
Alis cewek itu mengerut. Kartu biru dengan tulisan perak embos itu kali ini bertuliskan,
"Dear Cinia.
Semoga suatu saat kita bisa piknik bersama."
Siapa? Cinia langsung mencari Bana. Namun, lagi-lagi cowok jangkung itu sudah menghilang dari kelas.
Debas terdengar keras. Kali ini tiga potong chocolate nougat bertabur meses. Cinia pun menyimpannya ke tas dengan rasa penasaran yang membuncah.
"Aran, kamu ngasih cokelat ini?" Cinia tanpa tedeng aling-aling langsung melabrak Aran saat cowok itu sudah sampai di parkiran sepeda. Tangannya mengangsurkan kantong kertas yang diterimanya.
"Cokelat? Kenapa gue?" Aran terlihat kebingungan.
Cinia menatap mata Aran berusaha menelisik setiap dusta di sana. Namun, alih-alih dusta, Cinia merasakan kebingungan yang sangat. Reaksi penuh keterkejutan dan rasa tak suka yang terpancar.
"Oh, jadi bukan dari kamu. Apa dari Bana?" Cinia kembali memasukkan cokelat itu ke tas.
"Bana? Kenapa dia terlibat! Sejauh apa hubungan kalian?" Aran sama sekali tak menutupi kecemburuannya sama sekali. Sayangnya, Cinia sama sekali tidak menyadari itu selain fakta bahwa Aran terlihat marah-marah padanya.
"Kenapa sih kamu jadi sewot? Aku 'kan cuma nanya baik-baik!" Cinia tak memedulikan reaksi Aran dan langsung menaiki sepedanya dan meluncur menjauh.
Setelahnya, mereka tak ada yang saling bicara hingga tiba di rumah masing-masing.
Aran terlihat kesal ketika masuk ke rumah. Bahkan mandi pun tak bisa menenangkan gejolak cemburu mendengar nama Bana keluar dari mulut Cinia.
"Gue harus menemukan resep itu! Supaya Cinia nggak lagi mikirin cowok lain!" Aran pun menyambar masker dan bergegas bergerak menuju gudang.
1
80222
Siapa yang pernah ngerasain cemburu kayak Aran?
Kalian bakalan ngapain?
Shirei nggak tahu kalau cemburu kudu gimana. Wakkaakaka
Paling cemburu kenapa Cinia bisa ditaksir dua cowok ganteng (eh) ahahahah
Kepengin deh dikasih semangat buat nulis sama suara Aran! Udah pernah denger suara Aran beluuum?
Mau nggak dapat special suara Aran khusus nyemangatin kamu sekolah/kuliah/kerja?
Nantikan pas PO, yaaa!
8 Maret 2021
AAAAH ARAN CEMBUYUUUU!!! [Dibanting Aran]
Aran ngamok pemirsaaa!
Enaknya ketemu nggak ya resepnya?
Atau kita siksa Aran lebih lama lagi? Wakakakakak [Diceburin ke Palung Mariana]
Jadi gimana cemburu rasa cokelat 80%?
Eh, udah lihat kejutan Aran di part PUBLISIS NGOCEH hari Minggu kemarin? Yuk kepoin kalau belum.
Terus jangan lupa ikut BAGI-BAGI H-A-D-I-A-H di Instagram MagicamoreArancini.
Kapan lagi lho dapat buku dari Bentang G-R-A-T-I-S!
Iya itu dikasih dash biar ga didetect bot Wattpad! Ahahhaha
Jangan sampai nyesel kalau nggak sempet ikutan.
Sampai Jumpa InsyaAllah Rabu. Dan makasih buat ide makanannya wahai Magicaz di grup Whatsapp.
Shirei pakai, yaaaa!! MAKACI BUANYAAAK. Shirei sayang kalian semua.
Buat chapter berapa? Shirei lupa udah nulis sampai chapter berapa. 10 apa 11 gitu. Wakakakka
Magicamore Arancini: @magicamorearancini
Penulis: @shireishou
Publisis: @reyhan_rohman
Supported by:@wattpad_storyyyy @catatanwattpad_id @wattpad.diary @wattpadandmovie @wattpadquotes_id
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro